9
2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Sistem Agribisnis Pertanian Padi Sawah
Kabupaten Indramayu merupakan penyangga kebutuhan beras di Jawa Barat, yang juga merupakan salah satu produsen terbesar, sehingga sampai saat ini
Kabupaten Indramayu dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya bahkan terjadi surplus yang dapat didistribusikan ke kabupaten lain. Nilai produksi padi yang
diusahakan di Indramayu sebesar 82.96 dari seluruh nilai total produksi komoditas tanaman pangan, dimana dari 31 kecamatan yang ada, 29 diantaranya
menempatkan padi sawah sebagai komoditas utamanya Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu 2011.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Indramayu, pada tahun 2011, produksi padi Kabupaten Indramayu sebesar 1 415 050 ton dengan produktivitas rata-rata
6.13 tonha. Tingkat produktivitas tersebut relatif cukup tinggi atau di atas rata- rata produktivitas nasional. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari program
intensifikasi padi yang dicanangkan pemerintah dengan berbagai lembaga yang terkait di dalamnya. Perbaikan sistem pertanian menjadi syarat mutlak untuk
mencapai swasembada dan kemandirian pangan. Untuk itu, subsistem-subsistem yang mendukung sistem pertanian harus segera dibenahi dan diperbaiki,
diantaranya yaitu: 2.1.1 Subsistem Pengadaan Saprodi
Ketersediaan saprodi dalam agribisnis padi sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil produksi usaha tani. Sarana produksi usaha tani padi meliputi
benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja manusia. Benih yang digunakan bervariasi, seperti varietas IR 64, Muncul, Ciherang dan Cisadane, digunakan
sebagai selingan. Benih padi diperoleh dari tokokios, balai benih dan perusahaan swasta. Jenis pupuk yang harus selalu tersedia pada komoditas tanaman pangan
adalah urea, TSP, KCL dan ZA. Pupuk bisa diperoleh dari tokokios yang menjual saprodi di lokasi kecamatan ataupun kabupaten. Penggunaan urea berkisar antara
200-250 kgha, SP 36 sebanyak 100-150kgha, KCl sebanyak 50 sampai 100kgha Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu 2011.
Kebutuhan tenaga kerja relatif terpenuhi dari tenaga kerja dalam dan luar keluarga yang tersedia di Kabupaten Indramayu. Kebutuhan tenaga kerja per
hektar dipengaruhi oleh musim tanam. Pada musim rendeng musim hujan, tenaga kerja berkisar antara 50-65 HOK, sedangkan pada musim tanam gadu
musim kering, berkisar antara 80 sampai 100 HOK per hektar per musim tanam.
2.1.2 Subsistem Produksi
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang temperatur panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1 500 sampai 2 000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C.
Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 sampai 1 500 m dari permukan laut dpl.
10 Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 sampai 22 cm dengan pH antara 4 sampai 7.
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak
dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik terutama
harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi. Tahapan dalam budidaya padi sawah secara
konvensional dapat dijelaskan sebagai berkut:
Persemaian
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah. Oleh karena itu, persemian harus benar-benar mendapat perhatian agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai. Benih yang digunakan sebaiknya benih unggul yang telah disebarluaskan kepada petani dan
bersertifikat, sehingga kualitas benih dapat dijamin. Kebutuhan benih padi per hektar sekitar 20 sampai 25 kilogram.
Persiapan dan Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah struktur tanah yang dikehendaki oleh
tanaman. Secara umum pengolahan tanah pada tanaman padi memiliki beberapa tujuan yaitu pengendalian gulma, keseragaman pemupukan, menaikan porositas
tanah, pelumpuran tanah dan menaikan daya serap tanah terhadap unsur hara. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap yaitu: i pembersihan, ii
pencangkulan, iii pembajakan, dan iv penggaruan.
Penanaman
Penanaman merupakan kegiatan memindahkan bibit dari persemaian ke lahan sawah. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 15
cm atau jarak tanam jajar legowo 40 cm x 20 cm x 12.5 cm 2:1. Penanaman sebaiknya dilakukan dalam keadaan lahan tidak tergenang macak-macak. Bibit
yang ditanam sekitar 2 sampai 3 batang per lubang Herawati 2012. Pemindahan bibit padi biasanya dilakukan pada bibit berumur 25 sampai 30 hari setelah semai
HSS.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk menjaga tanaman agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanaman padi yang dipelihara dengan baik dapat
membuahkan hasil yang memuaskan, sesuai dengan yang diharapkan. Dalam rangka pemeliharaan tanaman padi ini, yang perlu diperhatikan yaitu: i
penyulaman dan penyiangan, ii pengairan, iii pemupukan dan iv pengendalian hama dan penyakit.
11 Kegiatan penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman padi yang
mati atau rusak akibat proses penanaman dengan jenis dan varietas yang sama supaya pertumbuhan tanaman sama dan serempak. Penyulaman tidak boleh
melampaui 10 hari setelah tanam HST. Guna melindungi tanaman padi dari gulma maka perlu dilakukan penyiangan. Gulma berkompetisi dengan tanaman
padi dalam zat makanan, ruang dan potensi sebagai tanaman inang host bagi hama dan penyakit tertentu. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual
dengan mencabut tanaman pengganggu gulma yang ada pada pertanaman atau secara semi mekanis dengan alat bantu seperti landak, kiskis atau rotary weeder
dan pemberian herbisida. Penyiangan umumnya dilakukan 2 sampai 3 kali selama tanam, biasanya pada umur 14 HST, 35 HST dan 55 HST.
Air sangat diperlukan tanaman padi sawah untuk pertumbuhan. Menurut cara pemberian, pengairan padi sawah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
pengairan secara terus-menerus continuous flow dan pengairan secara periodikterputus-putus intermitten. Pengairan secara intermitten lebih hemat
dalam penggunaan air, karena air tidak diberikan secara terus-menerus pada fase- fase tertentu dilakukan pengeringan. Teknik budidaya padi secara konvensional
bisanya menggunakan teknik irigasi secara terus menerus countinuous flow.
Tanaman padi membutuhan zat hara makro dan mikro untuk pertumbuhan dan perkembangan. Zat hara makro terutama nitrogen N, pospor P dan kalium
Aak 1992. Ketiga unsur tersebut diperoleh dari pupuk buatan pabrik anorganik seperti urea, SP36 dan KCl. Pupuk ini menjadi penopang utama selama proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi secara konvensional. Jika kondisi kesuburan lahan tidak dapat menopang pertumbuhan optimal maka perlu
dilakukan pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan 2 sampai 3 kali selama musim tanam, yaitu pada umur 14 HST, 30 HST dan 50 HST Herawati 2012.
Serangan hama dan penyakit pada tanaman padi dapat menurunkan hasil produksi bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu diperlukan
penanganan yang serius terhadap kemungkinan muncul dan berkembangnya organisme penggangu tanaman OPT. Pengendalian hama dan penyakit dapat
dilakukan melalui cara mekanis seperti gropyokan untuk tikus, pemberian pestisida alami atau manufaktur, musuh alami dan kultur teknis atau budidaya.
Pengaturan tinggi genangan dapat juga mengendalikan serangan tikus. Pengelolaan ikan dalam petakan sawah terutama jenis predator seperti ikan mas
atau gabus juga dapat mengendalikan serangan hama tertentu.
2.1.3 Subsistem Panen dan Penanganan Pasca Panen