49 besar daripada metode konvensional, hal ini disebabkan oleh besarnya tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam proses penyulaman dan penyiangan. Dengan tanam satu batang per tanam menyebabkan banyaknya bibit yang mati akibat proses
tanam kurang baik tidak terbenam sempurna pada tanah atau serangan hama keong emas sehingga penyulaman dilakukan secara intensif. Selain itu
penerapan irigasi secara intermitten menyebabkan tumbuh suburnya tanaman penggangu gulma sehingga kegiatan penyiangan yang biasanya dilakukan 2 kali
pada metode konvensional bisa dilakukan 3-5 kali pada metode SRI. Kondisi tersebut menyebabkan biaya usaha tani yang dikeluarkan pada metode SRI lebih
besar daripada metode konvensional.
Rata-rata pendapatan bersih tanpa sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga pada musim hujan jika padi dijual dalam bentuk gabah kering panen
GKP, menunjukkan tidak berbeda nyata secara statistik antara pendapatan bersih dari usaha tani padi metode konvensional dan metode SRI, sedangkan pada
musim kering I MKI berbeda nyata pada taraf kepercayaan 90 α = 10.
Rata-rata pendapatan usaha tani padi sawah metode konvensional pada MKII lebih besar dan berbeda nyata dibanding motode SRI. Hal ini disebabkan oleh
biaya usaha tani metode SRI lebih tinggi daripada metode konvensional sehingga pendapatan bersih yang diperoleh petani SRI lebih kecil. Proses uji beda rata-rata
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pendapatan bersih petani SRI akan lebih besar dan berbeda nyata secara signifikan pada taraf derajat kepercayaan 95 dari petani konvensional jika padi
dijual dalam bentuk gabah kering giling atau beras. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan antara harga bersih gabah kering giling GKG dan beras SRI dan
konvensional. Harga gabah kering giling dan beras SRI lebih mahal karena beras SRI dijual sebagai beras organik dan memiliki pangsa pasar tertentu melalui
penjualan perorangan konsumen perorangan bukan ke tengkulak atau pengepul beras. Harga bersih gabah kering giling dan beras selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa dengan perubahan bentuk produk yang dijual dari gabah kering panen ke beras dapat meningkatkan
pendapatan petani. Kondisi tersebut mengindikasikan peranan industri penggilingan padi dalam meningkatkan nilai tambah produk dan pendapatan
petani di perdesaan sangat penting sehingga sektor padi dan industri penggilingan padi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, serta peranannya akan
lebih besar jika kedua sektor tersebut digabungkan terintegrasi ketimbang secara terpisah. Hal ini terbukti dari analisis tabel input-output yang dijelaskan pada
subbab 5.6 dan 5.7, bahwa penggabungan sektor padi dan industri penggilingan padi memberikan efek multiplier terhadap output, nilai tambah dan pendapatan
petani yang lebih besar daripada efek multiplier sektor tersebut secara terpisah.
5.3 Optimasi Pendapatan Petani Skala Kewilayahan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, penerapan budidaya padi sawah dengan metode SRI aplikasinya terdapat beberapa variasi seperti tersaji pada
Tabel 5.4. Sedangkan hasil produksi dan jumlah penggunaan input produksi untuk masing-masing metode tanam per musim dapat dilihat pada Lampiran 2.
50 Tabel 5.4 Variasi penerapan budidaya padi sawah di Kabupaten Indramayu
Variasi Metode
Tanam Pupuk
Pestisida Penerapan
Air Jumlah
responden SRI 1
Tunggal Organik
Organik Macak-
macak 3
SRI 2 Tunggal
Campuran Anorganik
Berselang 10
SRI 3 Tunggal
Organik Organik
Kontinyu 9
SRI 4 Ganda
Organik Organik
Kontinyu 8
Konvensional Ganda
Anorganik Anorganik
Kontinyu 60
Hasil akhir dari usaha tani padi sawah padi yaitu berupa gabah kering panen GKP, gabah kering giling GKG dan beras. Gabah kering panen GKP adalah
gabah hasil penen yang belum dijemur. Gabah kering giling GKG adalah hasil panen berupa gabah yang sudah dijemur sekitar 2 sampai 3 hari. Pada umumnya
berat GKG sekitar 85 daripada berat GKP, sedangkan beras adalah gabah yang sudah giling, berat beras sekitar 65 dari pada GKG.
Harga jual rata-rata GKP yaitu Rp 3 700 per kilogram, petani biasanya menjual hasil penennya kepada tengkulak. Tidak ada perbedaan antara harga GKP
hasil panen metode konvensional dan SRI. Sedangkan harga GKG dan beras terdapat perbedaan harga, harga gabah GKG dan beras hasil metode SRI lebih
tinggi daripada metode konvensional hal ini terjadi karena beras hasil metode SRI dijual sebagai beras organik dan biasanya petani menjual beras organik kepada
konsumen tertentu perorangan bukan kepada tengkulak. Harga jual kotor GKG dan beras metode SRI yaitu Rp 6 000kg dan Rp 11 000kg, sedangkan harga
GKG dan beras hasil panen metode konvensional yaitu Rp 4 300kg dan Rp 7 200kg.
Harga jual bersih merupakan harga jual dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dari GKP menjadi GKG dan beras. Untuk penjemuran petani
mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 7 000kuintal GKP, dengan rendemen 85 maka biaya pengeringan dari GKP menjadi GKG yaitu Rp 7 00085 kg GKG
atau sebesar Rp 82Kg GKG. Sehingga harga jual bersih untuk GKG yaitu harga jual kotor GKG dikurangi dengan biaya pengeringan Rp 4 300
– Rp 82 menjadi Rp 4 218kg GKG. Sedangakan untuk harga jual bersih beras yaitu harga jual
kotor beras dikurangi biaya penjemuran dan biaya penggilingan. Biaya penggilinga di lokasi penelitian sebesar Rp 20 000kuintal GKG, dengan
rendemen 65 maka biaya penggilingan sebesar Rp 20 00065 kg beras atau sebesar Rp 308kg beras. Maka harga jual bersih beras yaitu harga jual kotor beras
dikurangi dengan biaya pengeringan dan biaya penggilingan Rp 7 200
– Rp 82 – Rp 308 = Rp 6 810kg beras. Harga jual bersih GKP, GKG dan beras dapat
dilihat pada Lampiran 2. Sumber irigasi utama untuk budidaya padi sawah di lokasi pengambilan
contoh yaitu berasal dari Daerah Irigasi D.I Rentang yang pengelolaannya di bawah Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, yang merupakan
kewenangan pemerintah pusat. Ketersediaan air irigasi di D.I Rentang dapat di lihat pada tabel berikut.
51 Tabel 5.5 Ketersediaan air irigasi di Daerah Irigasi Rentang
Musim Tanam
Bulan Volume rata-
rata m
3
Kehilangan 35
Ketersediaan air m
3
MH Nov
– Feb 1 656 918 526
579 921 484 1 076 997 042 MKI
Mar – Jun
1 551 590 950 543 056 832 1 008 534 117
MKII Jul
– Okt 301 688 143
105 590 850 196 097 293
Sumber: BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Unit Pengeloaan Bendung Rentang 2013
Luas wilayah pelayanan irigasi DI Rentang seluas 88 262 hektar, terbagi ke dalam 3 kabupaten yaitu Kabupaten Cirebon seluas 21 079 ha 24, Kabupaten
Majalengka seluas 571 ha 1 dan Kabupaten Indramayu seluas 66 612 ha 75. Dengan menggunakan proporsi luas layanan irigasi tersebut, ketersediaan
air irigasi di Kabupaten Indramayu untuk MH; 812 817 826 m
3
, MKI; 761 148 338 m
3
dan MKII; 147 996 113 m
3
. Kebutuhan air irigasi untuk budidaya padi sawah dengan menggunakan metode konvensional yaitu 7 844.1 m
3
ha, sedangkan metode SRI sebanyak 4 303.8 m
3
ha DPU 2007.
Sumber: BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Unit Pengeloaan Bendung Rentang 2013
Gambar 5.5 Skema jaringan irigasi DI Rentang Ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Indramayu untuk subsektor
tanaman pangan terutama komoditas padi berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu sebanyak 370 976 orang. Luas lahan sawah yang diairi melalui
DI Rentang seluas 66 612 ha atau sebesar 57.09 dari luas lahan sawah di Kabupaten Indramayu 116 675 ha. Dengan mendistribusikan petani padi secara
proporsional terhadap luas lahan sawah, maka lahan sawah yang irigasinya bersumber dari DI Rentang dikelola oleh 211 790 petani. Jika diasumsikan
budidaya padi sawah membutuhkan waktu selama 100 hari, dari pengolahan lahan sampai panen, maka tersedia tenaga kerja sebesar 21 179 000 HOK.
Kab. Indramayu 66,612 Ha
Kab. Cirebon 21,079 Ha
Kab. Majalengka 571 Ha
52 Berdasarkan dari informasi tersebut, maka model persamaan linear untuk
optimasi pola tanam yang optimal yang memaksimumkan pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Indramayu yaitu:
Optimasi Pendapatan Petani pada Musim Hujan MH 1.
Seluruh areal menggunakan metode SRI dan konvensional Max Z = 3 700 J
1
+ 5 918 G
1
+ 10 610 K
1
– 7 488 429 + 3 700 J
2
+ 4 218 G
2
+ 6 810 K
2
– 5 915 513 + 3 700 J
3
+ 5 918 G
3
+ 10 610 K
3
– 5 055 280 + 3 700 J
4
+ 5 918 G
4
+ 10 610 K
4
– 6 779 670 + 3 700 J
5
+ 4 218 G
5
+ 6 810 K
5
– 5 742 248 Dengan kendala-kendala sebagai berikut:
X
1
+ X
2
+ X
3
+ X
4
+ X
5
≤ 66,612 Lahan
J
1
+ 1.18 G
1
+ 1.81 K
1
– 6 765.71 ≤ 0 Produksi SRI 1
J
2
+ 1.18 G
2
+ 1.81 K
2
– 6 285.00 ≤ 0 Produksi SRI 2
J
3
+ 1.18 G
3
+ 1.81 K
3
– 6 746.98 ≤ 0 Produksi SRI 3
J
4
+ 1.18 G
4
+ 1.81 K
4
– 6 580.36 ≤ 0 Produksi SRI 4
J
5
+ 1.18 G
5
+ 1.81 K
5
– 6 411.87 ≤ 0 Produksi Konvensional
4 303.8 X
1
+ 4 303.8X
2
+ 7 844.1X
3
+ 7 844.1 X
4
+ 7 844.1 X
5
≤ 761 148 338 Air
170.88 X
1
+ 123.57 X
2
+ 168.77 X
3
+ 147.98 X
4
+ 127.37 X
5
≤ 21 179 000 Tenaga kerja
2. Seluruh areal menggunakan metode konvensional
Max Z = 3 700 J
5
+ 4 218 G
5
+ 6 810 K
5
– 5 742 248 Dengan kendala-kendala sebagai berikut:
X
5
≤ 66 612 Lahan
J
5
+ 1.18 G
5
+ 1.81 K
5
– 6 411.87 ≤ 0
Produksi konvensional 7 844.1 X
5
≤ 761 148 338 Air 128.37 X
5
≤ 21 179 000 Tenaga kerja
Optimasi Pendapatan Petani pada Musim Kering I MKI 1.
Seluruh areal menggunakan metode SRI dan konvensional Max Z = 3 700 J
1
+ 5 918 G
1
+ 10 610 K
1
– 9 289 857 + 3 700 J
2
+ 4 218 G
2
+ 6 810 K
2
– 5 256 528 + 3 700 J
3
+ 5 918 G
3
+ 10 610 K
3
– 5 598 598 + 3 700 J
4
+ 5 918 G
4
+ 10 610 K
4
– 7 541 354 + 3 700 J
5
+ 4 218 G
5
+ 6 810 K
5
– 5 478 955 Dengan kendala-kendala sebagai berikut:
X
1
+ X
2
+ X
3
+ X
4
+ X
5
≤ 66 612 Lahan
J
1
+ 1.18 G
1
+ 1.81 K
1
– 6 071.43 ≤ 0 Produksi SRI 1
J
2
+ 1.18 G
2
+ 1.81 K
2
– 5 234.33 ≤ 0 Produksi SRI 2
J
3
+ 1.18 G
3
+ 1.81 K
3
– 5 589.84 ≤ 0 Produksi SRI 3
J
4
+ 1.18 G
4
+ 1.81 K
4
– 4 789.29 ≤ 0 Produksi SRI 4
J
5
+ 1.18 G
5
+ 1.81 K
5
– 5 351.44 ≤ 0 Produksi konvensional
4 303.8 X
1
+ 4 303.8X
2
+ 7 844.1X
3
+ 7 844.1 X
4
+ 7 844.1 X
5
≤ 147 996 113 Air
53 157.79 X
1
+ 111.55 X
2
+ 155.80 X
3
+ 146.77 X
4
+ 124.45 X
5
≤ 21 179 000 Tenaga kerja
2. Seluruh areal menggunakan metode konvensional
Max Z = 3 700 J
5
+ 4 218 G
5
+ 6 810 K
5
– 5 478 955 Dengan kendala-kendala sebagai berikut:
X
5
≤ 66 612 Lahan
J
5
+ 1.18 G
5
+ 1.81 K
5
– 5 351.44 ≤ 0
Produksi Konvensional 7 844.1 X
5
≤ 147 996 113 Air 124.45 X
5
≤ 21 179 000 Tenaga kerja
Optimasi Pendapatan Petani pada Musim Kering II MKII 1.
Seluruh areal menggunakan metode SRI dan konvensional Max Z = 3 700 J
1
+ 5 918 G
1
+ 10 610 K
1
– 11 387 252 + 3 700 J
2
+ 4 218 G
2
+ 6 810 K
2
– 6 443 308 + 3 700 J
3
+ 5 918 G
3
+ 10 610 K
3
– 6 862 607 + 3 700 J
4
+ 5 918 G
4
+ 10 610 K
4
– 9 243 985 + 3 700 J
5
+ 4 218 G
5
+ 6 810 K
5
– 6 715 952 Dengan kendala-kendala sebagai berikut:
X
1
+ X
2
+ X
3
+ X
4
+ X
5
≤ 66 612 Lahan
J
1
+ 1.18 G
1
+ 1.81 K
1
– 6 062.50 ≤ 0 Produksi SRI 1
J
2
+ 1.18 G
2
+ 1.81 K
2
– 5 226.64 ≤ 0 Produksi SRI 2
J
3
+ 1.18 G
3
+ 1.81 K
3
– 5 581.62 ≤ 0 Produksi SRI 3
J
4
+ 1.18 G
4
+ 1.81 K
4
– 4 782.25 ≤ 0 Produksi SRI 4
J
5
+ 1.18 G
5
+ 1.81 K
5
– 5 343.57 ≤ 0 Produksi konvensional
4 303.8 X
1
+ 4 303.8X
2
+ 7 844.1X
3
+ 7 844.1 X
4
+ 7 844.1 X
5
≤ 147 996 113 Air
165.64 X
1
+ 117.56 X
2
+ 162.29 X
3
+ 147.38 X
4
+ 130.09 X
5
≤ 21 179 000 Tenaga kerja
2. Seluruh areal menggunakan metode konvensional
Max Z = 3 700 J
5
+ 4 218 G
5
+ 6 810 K
5
– 6 715 952 Dengan kendala-kendala sebagai berikut:
X
5
≤ 66 612 Lahan
J
5
+ 1.18 G
5
+ 1.81 K
5
– 5 343.57 ≤ 0
Produksi Konvensional 7 844.1 X
5
≤ 147 996 113 Air 130.09 X
5
≤ 21 179 000 Tenaga kerja Hasil optimalisasi dengan bantuan program komputer Quantitatif Method
for Window QM for Window di peroleh hasil sebagai berikut :
Optimasi Pendapatan Petani pada Musim Hujan MH
Metode tanam yang dapat memaksimal pendapatan petani jika seluruh areal ditanami tanaman padi dengan metode SRI dan konvensional pada musm hujan
MH yaitu metode tanam SRI 3 seluas 66 612 hektar, dengan hasil yang dijual berupa beras sebanyak 248 303.8 ton, maka secara keseluruhan petani dalam
kawasan tersebut akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.298 triliun.
54 Berdasarkan Tabel 5.6, sumber daya yang telah dimanfaatkan seluruhnya
yaitu lahan. Nilai harga bayangan shadow price untuk lahan yaitu 34 494 700, hal ini berarti setiap penambahan lahan seluas satu hektar akan menambah
pendapatan petani sebesar Rp 34 494 700. Harga bayangan untuk produksi yaitu 5 861.88 SRI 1, 3 dan 4 dan 3 762.43 SRI 2 dan konvensional. Interpretasinya
yaitu setiap penambahan satu kilogram GKP produksi padi dengan metode SRI organik SRI 1, SRI 3 dan SRI 4 akan menambah pendapatan petani sebesar Rp 5
861.88. Sedangkan untuk metode SRI non organik SRI 2 dan konvensional akan menambah pendapatan sebesar Rp 3 762.43 untuk setiap satu kilogram
penambahan GKP yang dihasilkan. Di sisi lain, sumber daya air dan tenaga kerja tidak seluruhnya termanfaatkan oleh petani, untuk sumber daya air masih tersisa
sebanyak 290 306 600 m
3
dan tenaga kerja tersisa 9 936 892 HOK. Tabel 5.6 Hasil optimasi pendapatan petani padi sawah metode SRI pada musim
hujan MH
Variable Value
Reduced Cost Original Value
Lower Bound Upper Bound
GKP SRI1 2,161.88
3,700 -Infinity
5861.88 GKG SRI1
999.02 5,918
-Infinity 6917.02
Beras SRI1 10,610
9,077.61 11231.56
Luas tanam SRI1 2,323,356
-7488429 -Infinity -5165073
GKP SRI2 62.43
3,700 -Infinity
3762.43 GKG SRI2
221.67 4,218
-Infinity 4439.67
Beras SRI2 6,810
6,697 11687.84
Luas tanam SRI2 16,864,920
-5915513 -Infinity 10949410
GKP SRI3 2,161.88
3,700 -Infinity
5861.88 GKG SRI3
999.02 5,918
-Infinity 6917.02
Beras SRI3 248,303,800
10,610 9,986.72 Infinity
Luas tanam SRI3 66,612
-5055280 -7378636 Infinity
GKP SRI4 2,161.88
3,700 -Infinity
5861.88 GKG SRI4
999.02 5,918
-Infinity 6917.02
Beras SRI4 10,610
9,077.61 11352.97
Luas tanam SRI4 2,701,097
-6779670 -Infinity -4078573
GKP Konvensional 62.43
3,700 -Infinity
3762.43 GKG Konvensional
221.67 4,218
-Infinity 4439.67
Beras Konvensional 6,810
6,697 11358.44
Luas tanam Konvensional 16,112,730
-5742248 -Infinity 10,370,480
Constraint Dual Value
SlackSurplus Original Value
Lower Bound Upper Bound
Lahan 34,494,700
66,612 103,621.50
Produksi Sri 1 5,861.88
0 Infinity Produksi Sri 2
3,762.43 0 Infinity
Produksi Sri 3 5,861.88
0 -Infinity Infinity
Produksi Sri 4 5,861.88
0 Infinity Produksi Konvensional
3,762.43 0 Infinity
Air 290,306,600
812,817,800 522,511,200
Infinity Tenaga Kerja
9,936,892 21,179,000
11,242,110 Infinity
Sumber: Hasil pengolahan data 2013
Sedangkan jika seluruh areal ditanami padi dengan metode konvensional, pendapatan maksimum yang diperoleh yaitu sebesar Rp 1.225 triliun dengan luas
lahan yang ditanami padi seluas 66 612 hektar dan hasil panen dijual dalam bentuk beras sebanyak 235 971 ton. Penerapan metode konvensional pada musim
hujan MH pendapatan petani lebih rendah 87.59 jika dibandingkan dengan penerapan metode SRI.
55 Tabel 5.7 Hasil optimasi pendaptan petani padi sawah metode konvensional pada
musim hujan MH
Variable Value
Reduced Cost Original Value
Lower Bound Upper Bound
GKP Konvensional 62.43
3,700 -Infinity
3762.43 GKG Konvensional
221.67 4,218
-Infinity 4439.67
Beras Konvensional 235,971,000
6,810 6,697
Infinity Luas tanam Konvensional
66,612 -5742248 -Infinity
Infinity
Constraint Dual Value
SlackSurplus Original Value
Lower Bound Upper Bound
Lahan 18,381,970
66,612 103,621.50
Produksi Konvensional 3,762.43
0 -Infinity Infinity
Air 290,306,600
812,817,800 522,511,200
Infinity Tenaga Kerja
12,628,020 21,179,000
8,550,982 Infinity
Sumber: Hasil pengolahan data 2013
Sumber daya lahan telah termanfaatkan semua. Harga bayangan shadow price untuk lahan yaitu 18 381 970, maknanya adalah setiap penambahan luas
lahan seluas satu hektar akan menambah pendapatan petani sebesar Rp 18 381 970. Sedangkan penambahan hasil produksi GKP akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp 3 762.43 per kilogramnya. Sumber daya yang tidak termanfaatkan seluruhnya yaitu sumber daya air dan tenaga kerja. Sumber daya
air masih tersisa 290 306 600 m
3
, sedangkan tenaga kerja masih tersisa sebanyak 12 628 020 HOK. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pada pada musim hujan
MH mengalami kelebihan surplus air irigasi dan tenaga kerja. Menurut skenario ini, jika petani menjual dalam bentuk gabah kering panen
GKP maka akan mengurangi pendapatan sebesar Rp 62.43 per kilogramnya, sedangkan jika menjual dalam bentuk gabah kering giling GKG maka
pendapatan petani akan berkurang sebesar Rp 221.67 per kilogramnya. Hal ini disebabkan oleh harga jual dalam betuk GKP dan GKG lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga jual dalam bentuk beras. Optimasi Pendapatan Petani pada Musim Kering I MKI
Hasil analisis menunjukkan bahwa metode tanam yang dapat memaksimal pendapatan petani jika seluruh areal ditanami tanaman padi dengan metode SRI dan
konvensional pada musm kering 1 MKI yaitu metode tanam SRI 3 dengan luas lahan yang ditanami padi seluas 66 612 hektar, dengan hasil yang dijual berupa
beras sebanyak 205 718.5 ton, maka secara keseluruhan petani dalam kawasan tersebut akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.81 triliun.
Berdasarkan Tabel 5.8, sumber daya yang telah dimanfaatkan seluruhnya yaitu lahan. Nilai harga bayangan shadow price untuk lahan yaitu 27 168 360,
hal ini berarti setiap penambahan luas lahan seluas satu hektar akan menambah pendapatan petani sebesar Rp 27 168 360. Harga bayangan untuk produksi yaitu 5
861.88 SRI 1, 3 dan 4 dan 3 762.43 SRI 2 dan konvensional. Interpretasinya yaitu setiap penambahan satu kilogram GKP produksi padi dengan metode SRI
organik SRI 1, SRI 3 dan SRI 4 akan menambah pendapatan petani sebesar Rp 5 861.88. Sedangkan untuk metode SRI non organik SRI 2 dan konvensional akan
menambah pendapatan sebesar Rp 3 762.43 untuk setiap satu kilogram penambahan GKP yang dihasilkan. Di sisi lain, sumber daya air dan tenaga kerja
tidak seluruhnya termanfaatkan oleh petani, untuk sumber daya air masih tersisa sebanyak 238 637 100 m
3
dan tenaga kerja tersisa 10 800 805 HOK.
56 Tabel 5.8 Hasil optimasi pendaptan petani padi sawah metode SRI pada musim
kering I MKI
Variable Value
Reduced Cost Original Value
Lower Bound Upper Bound
GKP SRI1 2,161.88
3,700 -Infinity
5,861.88 GKG SRI1
999.02 5,918
-Infinity 6,917.02
Beras SRI1 10,610
9,077.61 10868.84
Luas tanam SRI1 868,234.80
-9289857 -Infinity -8421622
GKP SRI2 62.43
3,700 -Infinity
3,762.43 GKG SRI2
221.67 4,218
-Infinity 4,439.67
Beras SRI2 6,810
6,697 11212.33
Luas tanam SRI2 12,731,090
-5256528 -Infinity 7474559
GKP SRI3 2,161.88
3,700 -Infinity
5,861.88 GKG SRI3
999.02 5,918
-Infinity 6,917.02
Beras SRI3 205,718,500
10,610 10,328.86
Infinity Luas tanam SRI3
66,612 -5598598
-6466833 Infinity GKP SRI4
2,161.88 3,700
-Infinity 5,861.88
GKG SRI4 999.02
5,918 -Infinity
6,917.02 Beras SRI4
10,610 9,077.61
13117.72 Luas tanam SRI4
6,635,482 -7541354 -Infinity
-905872 GKP Konvensional
62.43 3,700
-Infinity 3,762.43
GKG Konvensional 221.67
4,218 -Infinity
4,439.67 Beras Konvensional
6,810 6,697
11042.2 Luas tanam Konvensional
12,512,900 -5478955 -Infinity
7,033,941
Constraint Dual Value
SlackSurplus Original Value
Lower Bound Upper Bound
Lahan 27,168,360
66,612 97,034.49
Produksi Sri 1 5,861.88
0 Infinity Produksi Sri 2
3,762.43 0 Infinity
Produksi Sri 3 5,861.88
0 -Infinity Infinity
Produksi Sri 4 5,861.88
0 Infinity Produksi Konvensional
3,762.43 0 Infinity
Air 238,637,100
761,148,300 522,511,200
Infinity Tenaga Kerja
10,800,850 21,179,000
10,378,150 Infinity
Sumber: Hasil pengolahan data 2013
Sedangkan jika seluruh areal ditanami padi dengan metode konvensional, pendapatan maksimum yang diperoleh yaitu sebesar Rp 976.23 miliar dengan luas
lahan yang ditanami padi seluas 66 612 hektar dan hasil panen dijual dalam bentuk beras sebanyak 196 944.8 ton. Penerapan metode konvensional pada
musim kering I MKI pendapatan petani lebih rendah 86.16 jika dibandingkan dengan penerapan metode SRI.
Sumber daya lahan telah termanfaatkan semua. Harga bayangan shadow price untuk lahan yaitu 14 655 470, maknanya adalah setiap penambahan luas
lahan seluas satu hektar akan menambah pendapatan petani sebesar Rp 14 655 470. Sedangkan penambahan hasil produksi GKP akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp 3 762.43 per kilogramnya. Sumber daya yang tidak termanfaatkan seluruhnya yaitu sumber daya air dan tenaga kerja. Sumber daya
air masih tersisa 238 637 100 m
3
, sedangkan tenaga kerja masih tersisa sebanyak 12 889 140 HOK.
Menurut skenario ini, jika petani menjual dalam bentuk gabah kering panen GKP maka akan mengurangi pendapatan sebesar Rp 62.43 per kilogramnya,
sedangkan jika menjual dalam bentuk gabah kering giling GKG maka pendapatan petani akan berkurang sebesar Rp 221.67 per kilogramnya. Hal ini
disebabkan oleh harga jual dalam betuk GKP dan GKG lebih rendah jika dibandingkan dengan harga jual dalam bentuk beras.
57 Tabel 5.9 Hasil optimasi pendapatan petani padi sawah metode konvensional
pada musim kering I MKI
Variable Value
Reduced Cost Original Value
Lower Bound Upper Bound
GKP Konvensional 62.43
3,700 -Infinity
3762.43 GKG Konvensional
221.67 4,218
-Infinity 4439.67
Beras Konvensional 196,944,800
6,810 6,697
Infinity Luas tanam Konvensional
66,612 -5478955 -Infinity
Infinity
Constraint Dual Value
SlackSurplus Original Value
Lower Bound Upper Bound
Lahan 14,655,470
66,612 97034.49
Produksi Konvensional 3,762.43
0 -Infinity Infinity
Air 238,637,100
761,148,300 522,511,200
Infinity Tenaga Kerja
12,889,140 21,179,000
8,289,863 Infinity
Sumber: Hasil pengolahan data 2013
Optimasi Pendapatan Petani pada Musim Kering II MKII
Metode tanam yang memaksimalkan pendapatan untuk musim kering 2 MKII yaitu penerapan metode SRI 1 seluas 34 379 hektar 51.61, dengan
produk yang dijual berupa beras sebanyak 115 151.7 ton. Pendapatan yang diperoleh petani untuk musim kering ke dua MKII sebesar Rp 830.274 miliar.
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa sumber daya air telah termanfaatkan seluruhnya oleh petani. Harga bayangan shadow price untuk sumber daya air
sebesar 5 610.11 ini berarti, setiap penambahan penggunaan air irigasi sebanyak satu meter kubik 1 m
3
berpotensi meningkatkan pendapatan sebesar Rp 5 610.11, atau dengan kata lain, harga 1 m
3
air irigasi yaitu sebesar Rp 5 610.1.1 Harga bayangan untuk produksi yaitu 5 861.88 SRI 1, 3 dan 4 dan 3 762.43 SRI
2 dan konvensional. Interpretasinya yaitu setaip penambahan satu kilogram GKP produksi padi dengan metode SRI organik SRI 1, SRI 3 dan SRI 4 akan
menambah pendapatan petani sebesar Rp 5 861.88, dan Rp 3 762.43 untuk penerapan metode SRI non organik SRI 2 dan konvensional. Sumber daya yang
tidak termanfaatkan seluruhnya oleh petani yaitu sumber daya lahan dan tenaga kerja. Luas lahan yang termanfaatkan hanya seluas 34 379 hektar atau sebesar
51.61 dari luas lahan 66 612 hektar sehingga lahan yang tidak termanfaatkan seluas 32 233 hektar 48.39, hal ini disebabkan karena ketersediaan air irigasi
dari D.I Rentang tidak mencukupi untuk mengairi seluruh lahan sawah yang tersedia. Sedangkan tenaga kerja yang tidak termanfaatkan yaitu sebesar 15 484
410 HOK.
Sedangkan jika pada musim kering ke dua ditanami padi secara konvensional, maka pendapatan yang diperoleh oleh seluruh petani di kawasan
tersebut sebesar Rp 252.61 miliar dengan produk yang dijual dalam bentuk beras sebanyak 55 700 620 kilogram. Penerapan metode konvensional pada musim
kering II MKII pendapatan petani lebih rendah 228.68 jika dibandingkan dengan penerapan metode SRI. Jika petani menjual dalam bentuk gabah kering
panen GKP dan gabah kering giling GKG maka pendapatan yang diperoleh akan berkurang sebesar Rp 62.43 dan Rp 221.67 untuk setiap kilogramnya. Hal
ini disebabkan oleh harga jual dalam betuk GKP dan GKG lebih rendah jika dibandingkan dengan harga jual dalam bentuk beras.
58 Tabel 5.10 Hasil optimasi pendapatan petani padi sawah metode SRI pada musim
kering II MKII
Variable Value
Reduced Cost Original Value
Lower Bound Upper Bound
GKP SRI1 2,161.88
3,700 -Infinity
5,861.88 GKG SRI1
999.02 5,918
-Infinity 6,917.02
Beras SRI1 115,151,700
10,610 9077,61
Infinity Luas tanam SRI1
34,379 -11387250 -Infinity
Infinity GKP SRI2
62.43 3,700
-Infinity 3,762.43
GKG SRI2 221.67
4,218 -Infinity
4,439.67 Beras SRI2
6,810 6,697
10594.68 Luas tanam SRI2
10,928,820 -6443308 -Infinity
4,485,515 GKP SRI3
2,161.88 3,700
-Infinity 5,861.88
GKG SRI3 999.02
5,918 -Infinity
6,917.02 Beras SRI3
10,610 9077,61
16495.68 Luas tanam SRI3
18,150,070 -6862607 -Infinity
11,287,460 GKP SRI4
2,161.88 3,700
-Infinity 5,861.88
GKG SRI4 999.02
5,918 -Infinity
6,917.02 Beras SRI4
10,610 9077,61
20154.3 Luas tanam SRI4
25,217,260 -9243985 -Infinity
15,973,270 GKP Konvensional
62.43 3,700
-Infinity 3,762.43
GKG Konvensional 221.67
4,218 -Infinity
4,439.67 Beras Konvensional
6,810 6,697
17180.87 Luas tanam Konvensional
30,617,380 -6715952 -Infinity
23,901,430
Constraint Dual Value
SlackSurplus Original Val
Lower Bound Upper Bound
Lahan 32,233
66,612 34,379.32
Infinity Produksi Sri 1
5,861.88 0 -Infinity
Infinity Produksi Sri 2
3,762.43 0 Infinity
Produksi Sri 3 5,861.88
0 Infinity Produksi Sri 4
5,861.88 0 Infinity
Produksi Konvensional 3,762.43
0 Infinity Air
5,610.11 147,996,100
0 Infinity Tenaga Kerja
15,484,410 21,179,000
5,694,591 Infinity
Sumber: Hasil pengolahan data 2013
Tabel 5.11 Hasil optimasi pendapatan petani padi sawah metode konvensional pada musim kering II MKII
Variable Value
Reduced Cost Original Value
Lower Bound Upper Bound
GKP Konvensional 62.43
3,700 -Infinity
3762.43 GKG Konvensional
221.67 4,218
-Infinity 4439.67
Beras Konvensional 55,700,620
6,810 6,697
Infinity Luas tanam Konvensional
18,867 -6715952 -Infinity
Infinity
Constraint Dual Value
SlackSurplus Original Value
Lower Bound Upper Bound
Lahan 47744.81
66,612 18,867.19
Infinity Produksi Konvensional
3,762.43 0 -Infinity
Infinity Air
1,706.87 147,996,100
0 Infinity Tenaga Kerja
18,724,570 21,179,000
2,454,432 Infinity
Sumber: Hasil pengolahan data 2013
Luas lahan yang bisa ditanami padi dengan metode konvensional pada musim kering ke dua MKII hanya seluas 18 868 hektar atau sebesar 28.33, hal
ini disebabkan karena keterbatasan suplai air irigasi, air irigasi dari Di Rentang pada musim kering ke dua MKII telah dimanfaatakan seluruhnya untuk
budidaya padi, penambahan sumber daya air akan berpotensi meningkatkan pendapatan sebesar Rp 1 706.87 untuk setiap meter kubik air, atau dengan kata
lain harga 1 m
3
air irigasi yaitu sebesar Rp 1 706.87. Sedangakan peningkatan
59 produksi GKP per kilogramnya akan menambah pendapatan petani sebesar Rp 3
762.43. Hasil optimasi beberapa skenario yang diterapkan dalam metode tanam
usaha tani padi baik metode konvensional maupun SRI di Kabupaten Indramayu dapat dirangkum dalam Tabel 5.12 berikut:
Tabel 5.12 Hasil optimasi pendapatan petani metode SRI dan konvensional
Rincian Musim tanam
MH MKI
MKII Metode tanam
SRI3 Kon
SRI3 Kon
SRI1 Kon
Pendapatan seluruh petani
Rp 2.298
triliun 1.225
triliun 1.810
triliun 976.230
miliar 830.274
miliar 252.610
miliar Luas tanam ha
66,612 66,612
66,612 66,612
34,379 18,868
Harga bayangan lahan Rp000ha
34,495 18,382
27,168 14,655
- -
Harga bayangan SDA Rpm
3
- -
- -
5,610.11 1,706,87
Harga bayangan TK RpHOK
- -
- -
- -
Beras dijual juta ton
248.30 235.97
205.72 196.94
115.15 55.70
Sumber: hasil pengolahan data 2013 MH: musim hujan; MKI: musim kering pertama; MKII: musim kering kedua; Kon: konvensional;
SDA: sumber daya air dan TK: tenaga kerja
Berdasarkan data tabel di atas, menunjukkan bahwa solusi optimal yang dapat meningkatkan pendapatan petani dan daerahwilayah diperoleh jika petani
menerapkan metode tanam padi dengan metode System Rice of Intensification SRI, untuk musim hujan MH dan musim kering pertama MKI yaitu metode
SRI 3 tanam tunggal, pupuk organik, pestisida organik dan irigasi kontinyu sedangkan untuk musim kering kedua yaitu metode SRI 1 tanam tunggal, pupuk
organik, pestisida organik dan irigasi macak-macak.
Pendapatan seluruh petani yang menerapkan metode SRI 3 pada musim hujan MH dan musim kering pertama MKI meningkat sebesar 87.59 dan
86.16 jika dibandingkan dengan penerapan metode konvensional. Sedangkan pada musim kering kedua MKII penerapan metode SRI 1 meningkatkan
pendapatan seluruh petani sebesar 228.68 jika dibandingkan dengan penerapan metode konvensional.
Tenaga kerja yang tersedia tidak dapat terserap semuanya dalam usaha tani padi sawah, jumlah tenaga kerja yang tersedia cukup banyak tidak sebanding
dengan kebutuhan, sehingga harga bayangan untuk sumber daya tenaga kerja tidak diperoleh. Kondisi ini menuntut kebijakan dari Pemerintah Daerah setempat
untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk menampung tenaga kerja yang tidak terserap di usaha tani padi on farm melalui pengembangan sistem pertanian yang
terintegrasi
integrated farming
system, pengembangan
agribisnis, pengembangan agropolitan maupun pengembangan sektor di luar pertanian non
farm.
60
5.4 Peluang dan Kendala Pengembangan Metode SRI di Kabupaten Indramayu