Sementara dari sisi klien, gambaran situasi ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2008 membawa konsekuensi pada kenaikan biaya
operasional, termasuk biaya produksi. Kondisi inilah yang disebut oleh A. Adji Watono
1
sebagai kondisi dilematis yang harus dihadapi oleh klien. Di satu sisi biaya operasional, termasuk juga biaya produksi yang meningkat,
namun klien tidak dapat langsung menaikkan harga jual produknya, karena di sisi lain kemampuan dan daya beli konsumen sedang mengalami
kecenderungan penurunan. Konsekuensi lanjutan yang sering harus dihadapi oleh Dwi Sapta Advertising adalah kenyataan bahwa klien lebih
cenderung mengambil keputusan untuk mengurangi biaya promosi dalam menyikapi kondisi ekonomi seperti ini.
Lebih lanjut A. Adji Watono
1
menegaskan bahwa ujung-ujungnya dari dampak kondisi dan situasi ekonomi Indonesia 2008 yang harus
dihadapi oleh Dwi Sapta Advertising adalah menyangkut potensi perolehan billing pendapatan iklan. Di atas kertas, Dwi Sapta Advertising
dituntut harus bekerja lebih keras dan lebih sulit untuk dapat memperoleh target billing pendapatan iklan di sepanjang tahun 2008.
2. Trend Pertumbuhan Industri Periklanan Indonesia
Kondisi ekonomi Indonesia memang tidak pernah lepas dari gejolak yang mengiringi perkembangan dan dinamika pertumbuhannya.
Titik perhatian kondisi ekonomi di tahun 2008 terletak pada saat pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM di bulan
Mei 2008. Hampir semua industri merasakan dampak dari kebijakan ini. Meski dalam keadaan yang serba sulit, ternyata industri periklanan
Indonesia di tahun 2008 masih tetap mengalami pertumbuhan cukup nyata. Pada Gambar 8 disajikan data perkembangan pertumbuhan belanja iklan
nasional selama kurun waktu 10 tahun terakhir menurut pemantauan Nielsen Media Research.
Berdasarkan data Nielsen Media Research tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan belanja iklan nasional di tahun 2008 sekitar 19.
1
Hasil wawancara tanggal 15 Oktober 2008
Kenaikan belanja iklan pada yahun 2008 tersebut menurut Jimmy Siregar
2
, Media Manager Dwi Sapta Advertising, diperkirakan berasal dari
munculnya berbagai produk baru atau varian produk baru yang launching di sepanjang tahun 2008 dan iklan partai politik maupun pengurus partai
politik yang memanfaatkan momen-momen khusus nasional kebangkitan nasional, ulang tahun kemerdekaan, hari Sumpah Pemuda, hari Pahlawan
dan hari Ibu. Kedua sumber baru inilah yang diperkirakan menjadi kontributor utama kenaikan belanja iklan nasional di tahun 2008,
sekalipun situasi bisnisnya itu sendiri sedang mengalami krisis sebagai akibat dampak kenaikan harga BBM.
Gambar 8. Perkembangan pertumbuhan belanja iklan Batam Pos, 2009
3. Trend Perkembangan Teknologi Komunikasi Industri Media
Perkembangan teknologi komunikasi, terutama yang berbasis internet di sepanjang tahun 2008 telah mengarah kepada bentuk yang
dikenal dengan istilah mobile technology. Kecenderungan bentuk perkembangan seperti ini pada akhirnya lebih memudahkan orang untuk
2
Hasil wawancara tanggal 4 September 2008
Y1999 Y2000
Y2001 Y2002
Y2003 Y2004
Y2005 Y2006
Y2007 Y2008
17 17
15 32
27 44
37 36
Y Y
E E
A A
R R
L L
Y Y
M M
E E
D D
I I
A A
E E
X X
P P
E E
N N
D D
I I
T T
U U
R R
E E
9,10 5
12,442 16,86
4 22,279
25,62 9
30,057
7,17 2
4,97 5
35,114 41,821
19
terus melakukan up dating informasi secara cepat; kapan dan di manapun. Di Indonesia sendiri per tanggal 31 Desember 2007, pengguna internet
berjumlah 20 juta, dengan pertumbuhan pengguna dari tahun 2000 hingga 2007 telah mencapai sekitar 900 dan penetrasinya baru 8.5 dari total
jumlah penduduk Internet World Sats, 2009. Di sisi lain, pertumbuhan bidang teknologi informasi dan
komunikasi di Indonesia juga bisa dilihat dari data Indikator Makro ICT Nasional oleh Departemen Komunikasi dan Informasi pada awal tahun
2008, yang salah satunya menyebutkan pertumbuhan 51 pelanggan seluler. Angka pertumbuhan pelanggan seluler ini cukup penting karena
dengan adanya teknologi perangkat internet bergerak pada telepon seluler, para penggunanya mampu mengakses informasi melalui internet di
manapun dan kapanpun, sehingga mempercepat penetrasi internet. Penetrasi perangkat bergerak telepon seluler, personal digital assistant,
komputer jinjing dan semacamnya di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 39, sedangkan pengguna internet kecepatan tinggi melalui perangkat
bergerak mobile broadband internet per akhir 2007 adalah 315.000 orang, yang merupakan angka yang tertinggi di ASEAN Newmedia,
2008. Implikasi dari adanya trend perkembangan teknologi komunikasi
seperti ini telah membawa dampak tersendiri bagi industri media. Media komunikasi yang banyak digunakan oleh kalangan praktisi periklanan
tidak lagi hanya terbatas kepada bentuk-bentuk media konvensional, seperti televisi, radio, koran, makalah, tabloid, film, dan lain-lain.
Menurut Jimmy Siregar
2
, Media Manager Dwi Sapta Advertising, internet dan handphone telah membawa pengaruh cukup nyata terhadap
perkembangan industri media di Indonesia sepanjang tahun 2008. Salah satu bentuk contoh kasus perkembangan internet yang dinilai telah
mempengaruhi perkembangan industri media adalah munculnya fenomena beberapa koran nasional yang merilis format digital berupa
koran internet atau yang lebih dikenal dengan sebutan e-paper.
2
Hasil wawancara tanggal 4 September 2008
Jimmy Siregar
2
menjelaskan bahwa sejak tanggal 1 Juli 2008, e- paper Tabloid Kontan terbit di internet dan menjadi e-paper pertama di
Indonesia. Dua hari kemudian, harian nasional Kompas yang berada dalam satu grup dengan Tabloid Kontan dalam payung Kompas-Gramedia juga
secara resmi merilis e-paper diikuti Koran Tempo dan Republika. Fenomena ini pada akhirnya juga berdampak pada perubahan pola baca
koran sekelompok masyarakat tertentu yang dapat memuaskan berbagai kebutuhan informasinya melalui berbagai portal berita di internet. Ujung-
ujungnya, bila kelompok pembaca e-paper ini semakin bertambah besar, produk media baru ini bisa berpotensi menjadi alternatif media beriklan
yang tidak saja efektif, namun sekaligus berbiaya lebih murah di banding media-media konvensional yang biasa digunakan selama ini.
4. Perkembangan Pola Belanja Konsumen Indonesia