Mengembangkan strategi dan implementasi berbagai program

Tabel 14. Perbandingan kelemahan dan peluang KELEMAHAN W PELUANG O 1. Brand Dwi Sapta telah cukup kuat dipersepsi oleh konsumen calon klien sebagai agency ‘hard sells’ 2. Mutu output kreatif yang dihasilkan masih dianggap terlalu kuat kentalmenonjol sisi teknisnya dibanding kekuatan konsep idenya 3. Sentralisasi proses pengambilan keputusan bisnis masih dominan bertumpu di tangan Presdir 4. Orientasi budaya perusahaan yang menempatkan posisi klien ’powerfull’, menjadi kendala operasional 5. Etos dan cara kerja yang sudah 25 tahun terbentuk sebagai profesional periklanan berorientasi pada penjualan masih cukup kuat sebagai ’barrier’ untuk transisi ke pendekatan ”Advertising That Sells with Style” 6. Belum adanya standarisasi yang baku dalam pola pengembangan komunikasi produk dan merek klien 1. Trend pertumbuhan industri periklanan cukup nyata ‘double digit’ berdasarkan pengeluaran belanja iklan nasional 2. Trend perkembangan industri media program TV yang membuka peluang perkembangan built in promo creative media 3. Perkembangan teknologi produksi berbagai produk yang pada akhirnya banyak melahirkan berbagai produk baru yang membutuhkan promosi 4. Berkembangnya kesadaran dan kebutuhan klien untuk membuat program komunikasi produk, merek yang lebih sistematis dan berbasis ’consumer insight’ 5. Terbukanya kesempatan untuk ikut dalam proses pitching tender social campaign yang berasal dari instansi pemerintah maupun BUMN 6. Adanya testimoni dari beberapa klien yang merasa puas dengan kinerja perusahaan maupun yang terekspos dari salah satu program komunikasi perusahaan buku, majalah, seminar, dll Berdasarkan asumsi tersebut, maka dapat disusun rancangan strategi pemasaran alternatif berbasis kelemahan-peluang berikut :

a. Mengembangkan strategi dan implementasi berbagai program

komunikasi perusahaan Dwi Sapta Advertising sebagai perusahaan periklanan ’multi-tasking’ yang membuat iklan yang bersifat hard sell maupun image building faktor eksternal peluang nomor 1, 3 dan 5 serta faktor internal kelemahan perusahaan nomor 1 Selama ini gaya pendekatan iklan Dwi Sapta Advertising lebih mengarah kepada bentuk iklan hard sell. Hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh karakteristik klien-klien yang dipegangnya merupakan produk baru dan berasal dari kategori produk fast moving consumer product FMCG. Di sisi lain, para pemilik produk-produk tersebut pada mulanya masih belum memiliki budget anggaran iklan yang besar. Kondisi ini yang mendorong Dwi Sapta Advertising lebih condong memilih untuk menggunakan pendekatan iklan hard sell tersebut selama lebih dari 25 tahun. Posisi citra perusahaan seperti ini pada akhirnya bersifat dilematis. Di satu sisi, semakin memperkuat daya tawar perusahaan terhadap berbagai klien potensial yang memang memiliki karakteristik dan kondisi yang sama dengan klien-klien Dwi Sapta Advertising selama ini. Namun, di sisi lainnya dapat menjadi barrier halangan bagi kepentingan untuk melakukan prospek kepada klien- klien potensial lainnya yang memiliki karakteristik, kebutuhan dan kondisi berbeda produknya lebih mengarah sebagai produk gaya hidup atau life style atau klien yang lebih menekankan pendekatan yang lebih high image, termasuk klien-klien potensial dari kategori social campaign instansi pemerintahan dan BUMN. Oleh karena itu, kebutuhan terhadap pengembangan strategi dan implementasi berbagai program komunikasi perusahaan menjadi sangat penting dan relevan untuk dilakukan, terutama pada bentuk edukasi tentang Dwi Sapta Advertising sebagai perusahaan periklanan ’multi-tasking’ mengerjakan berbagai iklan untuk memenuhi kebutuhan apapun, bagi jenis klien manapun, dengan menggunakan pendekatan apapun.

b. Melakukan