Tingkat Persaingan dan Kompetisi Bisnis Periklanan 200
                                                                                kondisi  bisnis  sedang  krisis,  terutama  untuk  kepentingan  promosi berbagai  produk  baru  yang  diluncurkan  sebagai  respon  pasar  yang  lebih
sesuai dalam situasi krisis. Implikasi  kondisi  seperti  ini  bagi  Dwi  Sapta  Advertising  adalah
semakin  dituntut  untuk  lebih  kreatif  dalam  menganalisis  dan  merancang berbagai  kebutuhan  program  promosi  sesuai  dengan  kondisi  yang
dihadapi oleh klien. Kreatifitas yang dimaksud tidak hanya terbatas pada bentuk  materi  kreatif  iklannya  saja,  namun  juga  dalam  hal
penayangannya  di  media  massa,  termasuk  mengembangkan  kombinasi antara  bentuk  kampanye  melalui  Above  The  Line  maupun  Bellow  The
Line.
8. Tingkat Persaingan dan Kompetisi Bisnis Periklanan 2008.
Sekalipun  krisis  finansial  yang  terjadi  di  tahun  2008  dinilai  agak berbeda  dengan  yang  terjadi  pada  tahun  1997  jika  dilihat  dari  pusat
sumber krisisnya, namun dampaknya tetap saja sama, yaitu menyebabkan merosotnya  daya  beli  masyarakat  dan  makin  meningkatnya  kuantitas
maupun kualitas kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Kondisi seperti ini bagi  kalangan  dunia  periklanan  semakin  menambah  beban  berat  dari  sisi
persuasi  komunikasi  iklan.  Artinya,  perusahaan  periklanan  dituntut  untuk semakin  kreatif  di  dalam  merancang  dan  mengembangkan  berbagai
program  promosi  produk-produk  kliennya  di  saat  konsumennya  sendiri sedang mengalami penurunan kemampuan daya beli.
Menurut  A.  Adji  Watono
5
,  President  Director  Dwi  Sapta Advertising,  klien  yang  sudah  merasakan  gejala  kurang  puas  terhadap
agency  akan  dengan  mudah  mengambil  keputusan  untuk  mengadakan ’pitching’  tender  ulang  berbagai  proyek  promosi  produknya.  Ancaman
kondisi  seperti  ini  hampir  dirasakan  oleh  semua  kalangan  agency,  mulai dari  yang  ada  di  level  perusahaan  periklanan  ’papan  atas’  hingga  ’papan
bawah’.  Akibatnya,  persaingan  antar  perusahaan  periklanan  menjadi semakin bertambah ketat. Sebab, dalam kondisi seperti itu, klien tidak lagi
5
Hasil wawancara tanggal 24 November 2008
mau ambil peduli pada kategorisasi level perusahaan periklanan.  Pitching ulang  tersebut  pada  akhirnya  diikuti  oleh  berbagai  perusahaan  periklanan
yang  memiliki  level  yang  beragam.  Dwi  Sapta  Advertising  tidak  lagi hanya  berhadapan  dengan  kompetitor  selevel,  tetapi  harus  berhadapan
dengan berbagai perusahaan tidak selevel, baik yang levelnya lebih di atas maupun di bawah yang memiliki tingkat dan bentuk persaingan tersendiri.
A. Adji Watono
5
menjelaskan, bila berhadapan dengan perusahaan yang levelnya di atas Dwi Sapta Advertising, maka persaingannya menjadi
tidak berimbang, karena perusahaan-perusahaan pesaing tersebut memiliki kemampuan dan bargaining position yang relatif lebih kuat di mata klien,
baik dari sisi reputasi, nama besar, kompetensi SDM, jaringan kerjasama, hingga  kemampuan  finansial  dalam  belanja  media  yang  sangat  besar.
Sementara  bila  berhadapan  dengan  perusahaan  yang  levelnya  di  bawah Dwi  Sapta  Advertising,  maka  persaingan  tetap  menjadi  tidak  berimbang,
manakala  perusahaan-perusahaan  tersebut  lebih  mampu  menawarkan tingkat harga relatif jauh lebih murah, baik dari aspek agency fee, creative
fee, media fee, supervision fee, maupun cost of production. Saat  ini,  dengan  persaingan  antar  perusahaan  periklanan  yang
makin ketat di tahun 2008, besaran agency fee sudah hampir tidak ada lagi yang bernilai ’double digit’ di atas 10. Hal ini terjadi akibat banyaknya
perusahaan  periklanan  yang  berasal  dari  papan  tengah  apalagi  papan bawah  yang  bersedia  menurunkan  agency  fee  pada  saat  melakukan
negosiasi  untuk  memenangkan  pitching  produk  baru.  Sementara  besaran media fee juga tidak kalah tragis penurunannya. Saat ini, para perusahaan
periklanan nasional banyak  yang hanya berani mematok di kisaran 1-3, mengingat adanya kebijakan bisnis media fee 0 alias free yang sanggup
diberikan oleh para media specialist asing, misalnya Mindshare. Padahal, dari  sumber  inilah  biasanya  perusahaan  periklanan  memperoleh
pendapatan  perusahaan  yang  paling  bisa  diandalkan  dibanding  sumber- sumber lainnya.
Bentuk  persaingan  lainnya  yang  juga  banyak  dihadapi  oleh perusahaan periklanan di tahun 2008 adalah dalam hal ’pembajakan’ SDM
5
Hasil wawancara tanggal 24 November 2008
periklanan.  Selain  untuk  kepentingan  memperkuat  mutu  tim  perusahaan, pembajakan  sumber  daya  manusia  periklanan  antar  perusahaan  juga
dilakukan dengan target untuk memperoleh klien-klien yang dikelola oleh orang yang bersangkutan di tempat kerja sebelumnya.
                