Dinamika Industri Periklanan Indonesia 2008

e. Produksi Iklan TV, iklan radio, iklan media cetak dan materi pendukung POS Material seperti brosur, leaflet, pamphlet, spanduk, dan lain-lain. f. Editing pasca produksi iklan TV dan radio. g. Penyusunan Perencanaan dan Belanja Media Iklan di berbagai media cetak maupun elektronik. h. Jasa Monitoring Tayangan Media dan Evaluasi Belanja Media Post Buy Analysis. i. Jasa Penelitian Pemasaran,Media dan Periklanan, mulai dari penelitian pengembangan konsep produk baru, uji nama merek, tes kemasan produk, penelitian perilaku konsumen, penelitian potensi pasar, penelitian konsep iklan, evaluasi program media iklan, hingga evaluasi dampak iklan secara keseluruhan, j. Jasa Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu, mulai dari branding packaging development, brand audit, product architecture, strategi pengembangan merek, dan lain-lain.

B. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

1. Dinamika Industri Periklanan Indonesia 2008

Dinamika industri periklanan di Indonesia sepanjang tahun 2008 tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kondisi ekonomi makro Indonesia. Kondisi ekonomi Indonesia 2008 mengalami pertumbuhan 6,1 dibandingkan tahun 2007, walaupun sempat mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan keempat tahun 2008 BPS, 2009. Terlepas dari adanya perbedaan prediksi di awal, pada kenyataannya selama kuartal pertama 2008, hasil pemantauan terhadap indikator-indikator ekonomi makro Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan perekonomian Indonesia relatif masih cukup kuat walaupun dibayang-bayangi tekanan inflasi domestik dan pola pelemahan laju pertumbuhan ekonomi global. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Anggito Abimanyu mengatakan bahwa laju pertumbuhan komsumsi masyarakat masih tumbuh cukup tinggi 5,1. Angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhannya di kuartal yang sama tahun 2007 sebesar 4,7 Amrin, 2008. Lebih lanjut Anggito menjelaskan bahwa peningkatan pertumbuhan tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan indikator-indikator seperti penerimaan Pajak Penerimaan Netto PPN, Penerimaan Cukai, masih tingginya laju kredit konsumsi, angka penjualan mobil dan motor, dan pertumbuhan konsumsi listrik domestik. Menurutnya, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pola konsumsi masyarakat antara lain meningkatnya pola konsumsi impor dibandingkan konsumsi domestik, serta masih tingginya laju inflasi yang dapat menghambat konsumsi masyarakat ke depan. Laju pertumbuhan investasi PMTB tahun 2008 tumbuh cukup baik dan mencapai 11,75, dibandingkan tahun 2007 BPS, 2009. Namun pelemahan ekonomi global tampaknya mulai memberikan pengaruhnya pada pergerakan investasi dalam negeri. Menurut Sadewa 2009, perekonomian Indonesia memasuki semester II-2008 juga terus memburuk. Kenaikan harga BBM, krisis ekonomi global, keterlambatan belanja APBN, dan kenaikan suku bunga memberikan tekanan yang cukup berat pada perekonomian kita. Hal ini terlihat dari Coincident Economic Index CEI yang terus menurun sejak bulan Juli tahun 2008. CEI adalah indeks yang menunjukkan keadaan ekonomi pada setiap saat. Indeks ini disusun dengan menggunakan informasi penjualan mobil, konsumsi semen, impor, suplai uang, dan penjualan ritel. CEI yang naik menunjukkan ekonomi sedang berekspansi, sedangkan CEI yang turun menunjukkan aktivitas perekonomian sedang menurun. Namun kinerja APBN selama tahun 2008 dinilai cukup baik. Penerimaan perpajakan dan PNBP, baik migas maupun non migas, mencapai Rp. 984 triliun, atau tumbuh 36,3 dibandingkan dengan penerimaan yang sama di tahun 2007 BPS, 2009. Berbagai kondisi ekonomi makro tersebut yang terjadi selama tahun 2008 secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi dinamika industri periklanan di Indonesia. Menurut A. Adji Watono 1 President Director Dwi Sapta Advertising menyatakan bahwa situasi ekonomi nasional Indonesia berpengaruh terhadap 3 tiga hal, yaitu 1 tingkat kemampuan dan daya beli konsumen, 2 besaran anggaran belanja iklan klien dan 3 potensi perolehan billing pendapatan iklan Dwi Sapta Advertising. Gambaran situasi ekonomi Indonesia 2008 secara khusus ditandai dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak BBM pada bulan Mei 2008 pada kelanjutannya membawa banyak efek beruntun; termasuk salah satunya pada aspek kemampuan dan daya beli konsumen. Lebih lanjut A. Adji Watono 1 menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 tersebut dinilainya telah semakin menambah beban hidup masyarakat menjadi semakin berat. Harga BBM naik, biasanya selalu diikuti oleh kenaikan harga barang-barang yang menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Di sisi lain, pendapatan masyarakat belum tentu ikut bertambah. Akibatnya, kemampuan dan daya beli konsumen menjadi lebih rendah. Bila kondisi ini terjadi, Dwi Sapta Advertising memiliki beban pekerjaan yang semakin berat. Dwi Sapta Advertising dituntut untuk mampu membuat iklan berbagai produk klien secara lebih efektif dari sisi komunikasi, sekaligus mampu mendorong konsumen untuk tetap membeli produknya sekalipun kemampuan dan daya belinya sedang menurun. Pandangan A. Adji Watono 1 ini ternyata sejalan dengan temuan hasil riset konsumen di tahun 2008 yang dilakukan oleh AC Nielsen, sebuah perusahaan konsultan riset pemasaran profesional yang memiliki juga jaringan operasional di Indonesia. Berikut ini adalah sebagian temuan data lapangan yang berkaitan dengan sikap dan tindakan konsumen pada saat menghadapi situasi ekonomi nasional di tahun 2008. Berdasarkan data Survey AC Nielsen tersebut Gambar 7, dapat dilihat bahwa kenaikan harga BBM yang terjadi pada Mei 2008 telah memberi pengaruh terhadap kemampuan daya beli dan pola konsumsi 1 Hasil wawancara tanggal 15 Oktober 2008 produk konsumen di Indonesia. Lebih lanjut, data kedua menunjukkan jenis kategori produk konsumsi yang terkena dampak pengurangan intensitas konsumsinya, dimana pada kategori-kategori seperti itulah yang menjadi klien-klien Dwi Sapta Advertising. Gambar 7. Sikap dan tindakan konsumen pada saat krisis tahun 2008 Pengeluaran rumah tangga 64 40 31 31 27 25 18 14 13 11 4 3 AyamDagingIkan Makanan kemasan Rokok Penganan Perlengkapan kamar mandi SusuSereal Sayuran dan buah-buahan Perawatan tubuh Minuman Pembersih ruangan Perlindungan wanita Obat-obatan Expenditure Reduction 25 75 Ya Tidak Penurunan Pengeluaran Proporsi pengeluaran rumah tangga Anda berkurang sejak kenaikan bahan bakar ? Catatan : Semua yang mengurangi pengeluaran rumah tangga akibat kenaikan harga BBM Sumber : Nielsen Omnibus di 6 kota Nielsen Media Research, 2008 Sementara dari sisi klien, gambaran situasi ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2008 membawa konsekuensi pada kenaikan biaya operasional, termasuk biaya produksi. Kondisi inilah yang disebut oleh A. Adji Watono 1 sebagai kondisi dilematis yang harus dihadapi oleh klien. Di satu sisi biaya operasional, termasuk juga biaya produksi yang meningkat, namun klien tidak dapat langsung menaikkan harga jual produknya, karena di sisi lain kemampuan dan daya beli konsumen sedang mengalami kecenderungan penurunan. Konsekuensi lanjutan yang sering harus dihadapi oleh Dwi Sapta Advertising adalah kenyataan bahwa klien lebih cenderung mengambil keputusan untuk mengurangi biaya promosi dalam menyikapi kondisi ekonomi seperti ini. Lebih lanjut A. Adji Watono 1 menegaskan bahwa ujung-ujungnya dari dampak kondisi dan situasi ekonomi Indonesia 2008 yang harus dihadapi oleh Dwi Sapta Advertising adalah menyangkut potensi perolehan billing pendapatan iklan. Di atas kertas, Dwi Sapta Advertising dituntut harus bekerja lebih keras dan lebih sulit untuk dapat memperoleh target billing pendapatan iklan di sepanjang tahun 2008.

2. Trend Pertumbuhan Industri Periklanan Indonesia