yang  lebih  menonjolkan  sisi  citra  masih  belum  berani  mempercayakan penggarapan iklannya kepada Dwi Sapta Advertising yang memang sudah
dikenal  sebagai  agency  berorientasi  kepada  penjualan  sales.  Sementara dari  sisi  politis-psikologis,  pilihan  sebagai  agency  dengan  positioning
seperti  ini  mengandung  risiko  jadi  bahan  ’ejekan’  dari  sesama  pemilik perusahaan  periklanan  ketika  ada  kesempatan  pertemuan  di  forum-forum
tertentu,  misalnya  seminar,  lokakarya  periklanan,  kongres  perusahaan periklanan, dan lain-lain.
Seiring  dengan  perkembangan  dan  dinamika  yang  terjadi  dalam dunia  periklanan  Indonesia,  positioning  Dwi  Sapta  Advertising  sebagai
perusahaan  periklanan  mengalami  penyesuaian.  Pertimbangan  utama  dari kebijakan  perusahaan  untuk  menyesuaikan  positioning  perusahaan  ini
lebih  di  dasarkan  pada  perkembangan  kebutuhan  dan  permintaan  klien dalam mengelola produk dan merek yang dipercayakan kepada Dwi Sapta
Advertising.  Setelah  sekian  lama  menggunakan  pendekatan  ’Advertising That  Sells’  yang  dikembangkan  oleh  Dwi  Sapta  Advertising,  beberapa
klien  pada  akhirnya  mulai  berpikir  untuk  meningkatkan  perhatian  yang lebih  besar  pada  aspek  manajemen  merek.  Sejak  dua  tahun  terakhir  ini
2006-2008  secara  resmi  Dwi  Sapta  Advertising  mengubah  positioning perusahaannya  menjadi  ”Advertising  That  Sells  with  Style”.  Komponen
dasarnya  tidak  berubah  selling  advertising,  namun  bentuk  kemasan iklannya  saja  yang  lebih  disesuaikan  dengan  tuntutan  kebutuhan  merek
produk saat ini dikemas secara lebih ’stylish’.
2. Budaya Perusahaan Dwi Sapta Advertising
Sebagai  konsekuensi  dari  pilihan  positioning  yang  dimiliki  oleh Dwi Sapta Advertising, maka A. Adji Watono
5
sebagai President Director mengembangkan  paradigma  bisnis  yang  dianggap  sejalan  dengan
positioning  perusahaan.  A.  Adji  Watono
5
sendiri  menyadari  bahwa positioning  perusahaan  dapat  menjadi  kekuatan  dan  strategi  bisnis  yang
dapat  diandalkan,  manakala  didukung  oleh  kekuatan  budaya  perusahaan yang  sejalan.  Oleh  karena  itu,  A.  Adji  Watono
5
menetapkan  nilai-nilai
5
Hasil wawancara tanggal 24 November 2008
dasar  yang  harus  menjadi  fondasi  budaya  perusahaan  Dwi  Sapta Advertising.  Nilai-nilai  dasar  itulah  yang  kemudian  dijadikannya  sebagai
paradigma  bisnis  Dwi  Sapta  Advertising.  Adapun  paradigma  bisnis tersebut adalah ”Sukses Klien adalah Segalanya”.
Menurut  A.  Adji  Watono
5
,  President  Director  Dwi  Sapta Advertising,  paradigma  bisnis  ”Sukses  Klien  adalah  Segalanya”  secara
tidak  langsung  telah  menempatkan  posisi  klien  sebagai  pertimbangan utama dalam penyusunan berbagai kebijakan, strategi dan keputusan bisnis
yang  dimiliki  perusahaan.  Di  sisi  lain,  hal  itu  juga  akan  sangat mempengaruhi  bentuk,  proses,  dan  mekanisme  kerja  yang  dikembangkan
di dalam perusahaan. Latar belakang dan pertimbangan pilihan paradigma bisnis ini lebih
didasarkan  pada  pemikiran  bahwa  orientasi  kerja  maupun  target  output berbagai  materi  kreatif  iklan  yang  dihasilkan  oleh  Dwi  Sapta  Advertising
harus  selalu  di  arahkan  untuk  kepentingan  kesuksesan  produk  dan  merek klien  di  pasar.  Logika  berpikirnya  sangat  sederhana.  Bila  produk  dan
merek  klien  sukses  di  pasar,  maka  klien  akan  memiliki  cukup  dana kembali  dari  hasil  penjualan  produknya  tersebut.  Ujung-ujungnya,  klien
tetap memiliki budget untuk kegiatan promosi selanjutnya dan Dwi Sapta Advertising  pun  memiliki  peluang  besar  untuk  kembali  menangani
berbagai kegiatan promosi produk klien tersebut. Siklus bisnis yang saling menguntungkan  antara  klien  dan  Dwi  Sapta  Advertising  inilah  yang
selama  ini  telah  dikembangkan  sebagai  pondasi  ataupun  pilar  budaya perusahaan.
Dalam  prakteknya  secara  operasional,  budaya  perusahaan  yang didasarkan  pada  paradigma  bisnis  ”Sukses  Klien  adalah  Segalanya”
tersebut  dicerminkan  oleh  nilai-nilai  yang  berbasis  pelayanan  kepada klien.  Salah  satu  contoh  prinsip  kerja  yang  dikembangkan  dari  nilai-nilai
tersebut  adalah  prinsip  ”Serve  with  The  Heart”  Melayani  Dengan  Hati. Prinsip pelayanan seperti ini tidak saja dikembangkan dengan menekankan
kemampuan  memberikan  pelayanan  kepada  klien  secara  profesional sesuai dengan standar kerja yang berlaku dalam dunia periklanan, namun
5
Hasil wawancara tanggal 24 November 2008
juga dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan yang bersifat personal dari sisi kemanusiaan humanis. Kedua bentuk dimensi pelayanan inilah yang
pada  akhirnya  mampu  membangun  fleksibilitas  terhadap  berbagai persoalan yang muncul dalam kerjasama bisnis antara klien dan Dwi Sapta
Advertising.  Kekuatan  budaya  perusahaan  yang  berbasis  pelayanan terhadap  klien  ini  secara  empiris  mampu  menjaga  loyalitas  klien  selama
belasan atau bahkan puluhan tahun.
3. Infrastruktur Bisnis Perusahaan Dwi Sapta Advertising