Latar Belakang Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah (Studi kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada di wilayah katulistiwa. Karena itu, Indonesia merupakan wilayah yang subur, sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan dengan subur. Kondisi tersebut tentunya sangat mendukung sektor pertanian. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat meningkatkan sumber pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian. Hal ini terbukti ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998, subsektor hortikultura menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positif. Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berperan terhadap pendapatan nasional karena memberikan kontribusi terbesar pada Produk Domestik Bruto PDB hortikultura dibandingkan dengan komoditas sayuran, tanaman hias, dan biofarmaka. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penyumbang terbesar PDB hortikultura adalah komoditi buah-buahan. Walaupun di tahun 2006 kontribusi komoditi tersebut sempat mengalami penurunan sebesar 1,2 persen, komoditi ini tetap memberikan sumbangan terbesar. Tabel 1. Nilai PDB Buah-buahan dan Kontribusinya terhadap PDB Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2006 No Kelompok Komoditas Nilai PDB Milyar Rp Tahun 2004 Persentase Tahun 2005 Persentase Tahun 2006 Persentase 1. Buah-buahan 30.765 48,95 31.694 51,29 32.896 50.08 2. Sayuran 26.749 42,56 22.629 36,62 24.096 36.69 3. Tanaman Hias 4.609 7,33 4.662 7,54 5,719 8,70 4. Tanaman Biofarmaka 722 1,14 2.806 4,54 2.964 4,51 Total 62.845 100 61.791 100 65.677 100 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007 2 Buah-buahan tropis merupakan komoditas hortikultura yang memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki kepedulian akan pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. Hendro, 2005 Pada tahun 2005, Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian Republik Indonesia menargetkan bahwa masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi buah sebanyak 73 kg per kapita per tahun. Angka tersebut menunjukkan pencapaian peningkatan konsumsi yang cukup besar untuk dipenuhi. Karena itu, seiring berjalannya waktu kebutuhan akan buah-buahan pun semakin meningkat. Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura. Letak geografis kota Depok berada pada 6,19 – 6,28 LS dan 106,43 BT. Depok merupakan bentangan dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 m di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kondisi lahan kota Depok juga merupakan tanah yang cukup subur Dinas Pertanian Kota Depok, 2007. Kota Depok juga berdekatan dengan wilayah DKI Jakarta, tentunya hal ini mendorong meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi kota Depok. Sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian kota Depok menjadi salah satu sektor yang dapat diandalkan disamping sektor perbankan, industri pengolahan, transportasi, dan komunikasi. Arahan strategi pembangunan pertanian perkotaan kota Depok adalah pembanguan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan memiliki nilai tambah yang didukung oleh sumberdaya daerah dan pemanfaatan teknologi. Hal ini didukung oleh visi yang dimiliki Dinas Pertanian kota Depok tahun 2007-2011 yaitu, mewujudkan pertanian perkotaan yang menyejahterakan petani dan masyarakat. Sebagai penjabaran visi tersebut, telah ditetapkan misi Dinas Pertanian kota Depok yaitu, meningkatkan pelayanan bidang pertanian, 3 mengembangkan agribisnis perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta meningkatkan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam. Hal ini membuktikan bahwa pemerintahan kota Depok cukup serius dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota yaitu, salah satunya melalui sektor pertanian di perkotaan. Pembangunan pertanian kota Depok juga diarahkan untuk memelihara dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut persyaratan mutu dan keamanan produk Dinas Pertanian Kota Depok, 2007. Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Perkembangan produksi buah-buahan kota Depok dapat diamati pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Buah Unggulan Kota Depok Tahun 2000-2005 No. Komoditi Tahun kw 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1. Belimbing 8.250 5.945 5.945 6.062 6.962 50.514 2. Jambu biji merah 1.776 10.264 10.264 11.053 11.053 35.795 3. Pisang 3.660 17.184 17.184 17.064 20.778 37.546 4. Pepaya 5.545 15.047 15.047 15.580 21.683 33.570 5. Rambutan - 12.763 12.763 28.028 12.762 25.883 6. Mangga 1.225 2.290 2.290 2.290 2.291 4.342 7. Nangkacempedak 2.075 16.502 16.502 16.525 22.637 17.980 Sumber: Dinas Pertanian kota Depok, 2006 Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa perkembangan produksi belimbing manis mengalami peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan komoditas lainnya yaitu, dari 8250 kuintal pada tahun 2000 meningkat pesat menjadi 50.514 kuintal pada tahun 2005. Demikian juga dengan jambu biji merah, walaupun peningkatannya tidak begitu signifikan namun peningkatannya cukup pesat dimana pada tahun 2000 produksi jambu biji merah hanya sebesar 1776 kuintal tetapi pada tahun 2005 sudah mencapai 35.795 kuintal. Hal ini dikarenakan, 4 sebagian besar dari petani belimbing manis juga menanam jambu biji merah sebagai produk dampingan Menurut Dinas Pertanian Kota Depok, tingginya tingkat pertumbuhan produksi buah belimbing manis disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, belimbing manis varietas dewadewi merupakan salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan. Kedua, terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis. Ketiga, adanya dukungan pemerintah kota Depok dengan keluarnya Keputusan Walikota Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan pertanian pada tingkat pencapaian target satu produk potensial berkembang. Faktor yang terakhir adalah seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak jenis belimbing manis olahan yang tersedia di pasaran dan pergeseran pemahaman konsumen yang menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena khasiatnya. Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di enam kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo, dan Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani belimbing manis juga merupakan petani jambu biji merah. Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot di atas 250 gr, grade B, 150-250 gr, dan grade C, kurang dari 150 gr atau buah cacat. Buah jambu biji merah juga dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot di atas 350 gr, grade B, 250-350 gr, dan grade C, kurang dari 250 gr atau buah cacat. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai 20 persen dari total panen. Hasil produksi belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dan kurang laku di pasaran dalam bentuk segar. Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain yang 5 tidak laku di pasaran dalam bentuk segar apabila tidak dimanfaatkan dengan segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat, sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing manis dan jambu biji grade C laku terjual. Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang tinggi. Melihat peluang ini, CV Winner Perkasa Indonesia Unggul CV WPIU mengolah belimbing manis dan jambu biji grade C menjadi jus dan sirup. Pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah grade C menjadi jus dan sirup dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis, sehingga belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang tidak laku dipasaran tidak terbuang. Pengolahan buah menjadi jus dan sirup juga tidak mengubah rasa. Tentunya dengan adanya usaha pengolahan ini dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan petani belimbing manis dan jambu biji merah, karena semua hasil panennya dapat dimanfaatkan atau laku dipasaran, serta tercapainya visi dan misi Dinas Pertanian dan Pemerintah kota Depok.

1.2. Perumusan Masalah