74 Payback period
yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hal ini berarti, usaha dapat mengembalikan modal
sebelum umur usaha berakhir. Nilai Payback period ini cukup singkat, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keempat kriteria kelayakan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan cashflow usaha pembuatan jus dan sirup buah CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 10. Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul
Kriteria Kelayakan Finansial Hasil
NPV Rp 292.938.966
IRR 48,95 persen
Net BC 3,09
PBP 3,76 tahun
7.6. Analisis Nilai Pengganti Switching Value
Analisis nilai pengganti switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan
penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Switching value
ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan normal yaitu, NPV sama dengan 0, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku
bunga, dan Net BC sama dengan 1. Usaha pembuatan jus dan sirup yang bahan baku utamanya merupakan
buah-buahan tentu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan buah. Namun, CV WPIU terletak di kecamatan Sawangan yang merupakan salah satu sentra penghasil
belimbing manis dan jambu biji merah. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku buah-buahan lebih terjamin. CV WPIU juga menetapkan harga pembelian
bahan baku buah-buahan yang lebih tinggi dari harga di pasar, baik dalam keadaan bahan baku langka maupun panen raya kepada kelompok tani, sehingga
CV WPIU tidak menghadapi harga bahan baku yang lebih tinggi daripada yang ditetapkan pada petani. Dengan demikian, ketersediaan dan harga buah-buahan
tidak berpengaruh signifikan terhadap usaha ini. Bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap usaha ini adalah gula pasir dan botol jus karena memegang
75 proporsi yang besar dalam biaya usaha. Selain itu, penurunan penjualan jus dan
sirup buah juga perlu dianalisis. Hal ini dikarenakan, apabila persaingan semakin ketat dan produk tidak lagi di dalam tahap pertumbuhan.
Dengan demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan terhadap usaha yaitu, harga gula pasir, botol jus, penjualan
jus, dan penjualan sirup. Kita akan memperoleh jumlah maksimum kenaikan harga gula pasir dan botol jus serta penurunan maksimum penjualan jus dan sirup
yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan melalui analisis switching value
. Hasil analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan sirup buah ini dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 . Hasil Analisis Switching Value CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Uraian Switching Value
Harga gula pasir Naik maksimal sebesar 18,84
Harga botol jus Naik maksimal sebesar 20,94
Penjualan Jus Turun maksimal sebesar 6,09
Penjualan Sirup Turun maksimal sebesar 10,48
Kita dapat melihat berdasarkan hasil analisis switching value, bahwa jika kenaikan harga gula pasir sebesar 18,84 persen dan kenaikan harga botol jus
mencapai 20,94 persen maka usaha pembuatan jus dan sirup ini masih memperoleh keuntungan normal. Selain itu, penurunan penjualan jus sebesar 6,09
persen dan penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen pun, CV WPIU masih mampu menghasilkan keuntungan normal.
CV WPIU menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi 18,84
persen yaitu, sebesar Rp
1.507,2 per kilogram. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil
dari discount faktor, dan Net BC juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga gula pasir melebihi 18,84 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Apalagi, harga gula eceran selama periode 1998-2007 memiliki kecenderungan yang semakin meningkat.
Pada tahun 1998, harga gula eceran mencapai Rp 2737kg, semakin meningkat hampir setiap tahun dan pada tahun 2007 mencapai Rp6.427,7kg. Hal ini terjadi
76 karena, efisiensi produksi gula di Indonesia semakin menurun Widyastutik,
2005. Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga gula pasir sebesar 18,84 persen dapat dilihat pada Lampiran 8.
CV WPIU juga menjadi tidak layak untuk dilaksanakan apabila harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen yaitu, sebesar Rp 167,52
per botol. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount
faktor, dan Net BC juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga gula pasir melebihi 20,94 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching value
terhadap kenaikan harga botol jus sebesar 20,94 persen dapat dilihat pada Lampiran 9.
CV WPIU juga tidak layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen dan penurunan penjualan sirup melebihi 10,48
persen. Hal ini akan menyebabkan, NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net BC juga akan lebih kecil
dari nol. Dengan demikian, berdasarkan kriteria investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching value terhadap penurunan
penjualan jus sebesar 6,09 persen dapat dilihat pada Lampiran 10 dan rincian analisis switching value terhadap penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen
dapat dilihat pada Lampiran 11.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan