2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak
terhadap perekonomian lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Secara sistematis, kedua metode tersebut dirumuskan:
Keynesian Local Income Multiplier = D+N+U ..................................................6 E
Ratio Income Multiplier Tipe I = D+N .......................................................7 D
Ratio Income Multiplier Tipe II = D+N+U ..................................................8
D Keterangan:
E = Tambahan pengeluaran wisatawan Rp
D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E Rp
N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E Rp
U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E Rp
Adapun perhitungan untuk memperoleh pendapatan pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja lokal, yaitu Mustikawati dan Purnastuti 2007:
Total pendapatan K = Total penerimaanA - Total pengeluaranB.................9 Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I,
Ratio Income Multiplier Tipe II, memiliki kriteria sebagai berikut META 2001: 1.
Apabila nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol ≤ 0, maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap
kegiatan wisata. 2. Apabila nilai tersebut lebih besar dari nol dan kurang dari satu 0 x 1,
maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah.
3. Apabila nilai- nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu ≥ 1, maka
lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata.
4.4.3 Dampak Lingkungan Wisata
Dampak lingkungan yang ditimbulkan di wisata alam Gunung Dempo dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Wawancara dilakukan
kepada pengunjung di kawasan Gunung Dempo untuk mengetahui kualitas lingkungan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata. Indikator yang
dinilai yaitu tingkat kebersihan, kualitas udara, kualitas air, dan upaya pengelolaan limbah wisata.
Responden diminta untuk memilih satu dalam lima tingkat penilaian. Skala tingkat penilaian merupakan skala likert, yaitu jenis skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi sesorang, atau kelompok orang tentang fenomena sosial Sugiono 2012. Terdapat lima skala yang dipilih responden
dimana tingkat pertama merupakan penilaian terendah dan tingkat kelima merupakan penilaian tertinggi Sugiono 2012. Cara mendapatkan persepsi
kualitas lingkungan ini adalah responden memilih kartu dengan angka yang sesuai dengan persepsi mereka terhadap variabel kualitas lingkungan yang ditanyakan.
Tabel 4 akan menjelaskan lima tingkat penilaian kualitas lingkungan. Tabel 4 Tingkat penilaian kualitas lingkungan di wisata alam Gunung Dempo
Tingkat Kebersihan
Kualitas Udara Kualitas Air
Upaya Pengelolaan Limbah
1 Sangat Buruk
Sangat Buruk Sangat Buruk
Sangat Buruk 2
Buruk Buruk
Buruk Buruk
3 Sedang
Sedang Sedang
Sedang 4
Baik Baik
Baik Baik
5 Sangat Baik
Sangat Baik Sangat Baik
Sangat Baik
Selain persepsi terhadap kualitas lingkungan di sekitar kawasan Gunung Dempo, diperlukan juga penilaian terhadap perilaku pengunjung ketika tidak
ditemukan tempat sampah dan persepsi pengunjung terhadap kecukupan tempat sampah di kawasan wisata Gunung Dempo yang akan dijelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5 Perilaku pengunjung ketika tidak ditemukan tempat sampah dan persepsi kecukupan tempat sampah
Keterangan Penilaian
Perilaku pengunjung ketika tidak
ditemukan tempat sampah
Dibuang Disimpan
Sampah dibuang sembarangan Sampah disimpan dan dibuang
saat ada tempat sampah Kecukupan tempat
sampah Cukup
Tidak Cukup Tempat sampah tersedia dan
mencukupi Tempat sampah yang tersedia
hanya sedikit dan tidak mencukupi
4.4.4 Pengelolaan Limbah Wisata
Salah satu dampak negatif dari kegiatan wisata adalah limbah wisata yang dihasilkan Yoeti 2008. Limbah wisata yang tidak dikelola dengan baik
mengakibatkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan estimasi limbah wisata yang dihasilkan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
untuk melihat sejauh mana dampak lingkungan berupa dampak sampah dari kegiatan wisata. Pendekatan yang bisa digunakan untuk menghitung limbah
wisata, yaitu melalui pengelola wisata. Pendekatan ini digunakan untuk mencari informasi mengenai jumlah sampah yang dihasilkan per hari kerja low season
dan hari libur peak season. Adapun formulasi yang dapat digunakan untuk mencari total limbah wisata per tahun, yaitu:
Total Limbah Wisata per tahun = Rata-rata sampah low season dan peak season x 364 hari + Rata-rata sampah peak season
khusus tahun baru Jumlah limbah yang dihasilkan dari kegiatan wisata Gunung Dempo, dapat
dibandingkan dengan jumlah limbah yang dihasilkan di Kecamatan Pagar Alam Selatan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah jumlah limbah yang dihasilkan
dari kegiatan wisata memiliki kontribusi yang besar terhadap total limbah wisata yang dihasilkan di Kecamatan Pagar Alam Selatan. Apabila jumlah limbah
tersebut cukup besar, maka diperlukan upaya pengelolaan limbah yang baik agar kelestarian alam Gunung Dempo tetap terjaga.
Analisis mengenai kondisi pengelolaan limbah wisata oleh pengelola wisata, pengunjung, pelaku usaha, dan stakeholder terkait diperlukan untuk mengetahui
apakah pengelolaan limbah wisata alam Gunung Dempo sudah terealisasi dengan baik atau belum dengan membandingkan aturan yang terdapat pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, panduan Departemen
Kehutanan mengenai pengelolaan sampah, serta sistem pengelolaan limbah yang sudah dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP. Key
person interview dilakukan sebagai alat wawancara untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah yang sudah dilakukan di Gunung Dempo. Hal ini penting
untuk diketahui agar kegiatan wisata alam Gunung Dempo dapat dijalankan
dengan berkelanjutan. Tabel 6 menjelaskan aturan dan kebijakan terhadap sampah, program mengenai sampah, serta alokasi biaya sampah oleh pengelola
wisata. Tabel 6 Aturan, kebijakan, program terkait sampah, serta alokasi biaya sampah
No Indikator
Keterangan 1
Aturan atau kebijakan terhadap sampah
Aturan yang mengatur pelaku usaha dan pengunjung mengenai limbah
2 Program terkait sampah
Program sampah yang dilakukan pihak yang terlibat serta siapa saja stakeholder yang berperan dalam pengelolaan
limbah
3 Alokasi biaya
Biaya yang diperlukan untuk pengelolaan limbah Gunung Dempo serta biaya untuk mendukung program pengelolaan
limbah wisata agar berjalan.
V GAMBARAN UMUM
5.1 Karakteristik Objek Wisata Alam Gunung Dempo
Kota Pagar Alam sesuai dengan namanya dikelilingi oleh Pegununungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo.
Gunung dempo memiliki ketinggian 3 159 m dpl yang merupakan salah satu wisata alam yang berada di Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam,
Sumatera Selatan. Status kawasan hutan di Gunung Dempo adalah hutan lindung. Pengunjung yang datang ke lokasi wisata dapat melakukan aktivitas pendakian
atau menikmati keindahan pemandangan. Pengelolaan kawasan wisata alam Gunung Dempo ini dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagar
Alam Disbudpar 2013. Wisata alam Gunung Dempo menawarkan keindahan sumberdaya alam dan
lingkungannya. Selain dikelilingi oleh kebun teh seluas 1 500 Hektar milik PTPN VII dan dilengkapi tempat peristirahatan yang nyaman, juga terdapat wisata alam
air terjun, wisata alam hutan bambu, wisata agro seperti perkebunan kopi dan perkebunan salak, wisata minat khusus seperti mountain bike, paralayang di Tugu
Rimau, offroad di Hutan Bambu dan Keban Agung, arung jeram, serta outbound. Gunung Dempo juga menawarkan wisata buatan seperti objek wisata tangga 2001,
objek wisata Tugu Rimau, dan wisata megalitikum berupa batu-batu peninggalan purba. Apabila berada di Puncak Dempo terdapat sebuah kawah yang
menakjubkan dimana air kawah tersebut dapat berubah-ubah, kadang berwarna putih, biru, abu-abu, dan warna hijau. Hal lain yang menambah keindahan puncak
Gunung Dempo adalah hamparan pohon “Panjang Umur” yang seolah ditata dan
tersusun rapi Disbudpar 2013. Berikut adalah penjelasan mengenai keindahan sumberdaya alam yang terdapat di wisata alam Gunung Dempo Disbudpar 2013.
- Wisata alam Air Terjun
Terdapat tiga wisata alam air terjun di sekitar kawasan Gunung Dempo, yaitu Air Terjun Mangkok yang memiliki ketinggian 35 meter, Air Terjun
Embun, dan Air Terjun Tujuh Kenangan yang memiliki ketinggian 50 meter. Akses untuk menuju lokasi ini mudah dan terdapat kios makanan
serta toilet disekitar kawasan tersebut.
- Wisata alam Hutan Bambu
Wisata ini terletak di kawasan Gunung Dempo dan berjarak kurang lebih 500 meter dari Air Terjun Embun. Pengunjung bisa menikmati keindahan
dan kesejukan dari hutan bambu yang lebat serta terdapat sumber mata air yang mengalir dengan jernihnya. Kawasan ini biasa digunakan sebagai areal
outbound yang sudah dilengkapi dengan sarana permaianan seperti flying fox. Akses kawasan ini cukup mudah karena bisa diakses oleh kendaraan
roda dua maupun roda empat. -
Wisata Agro Wisata agro yang terdapat di kawasan Gunung Dempo adalah wisata
perkebunan kopi dan salak. Kopi Pagar Alam sudah terkenal sampai ke mancanegara khususnya Eropa. Pengunjung dapat melihat secara langsung
proses memetik buah kopi ataupun menikmati segelas kopi yang dihidangkan para petani pada saat berada di pondok mereka. Demikian pula
halnya dengan wisata perkebunan salak, pengunjung dapat membeli atau memetik langsung buah salak yang akan dibeli. Salak di kaki Gunung
Dempo ini merupakan varietas unggul salak pondoh yang sudah dikembangkan pemerintah Kota Pagar Alam. Saat ini salak sudah
merupakan salah satu oleh-oleh khas Pagar Alam. -
Wisata Minat Khusus Adapun wisata minat khusus yang dapat dilakukan di Gunung Dempo
adalah Mountain Bike. Kegiatan ini dapat dilakukan di kawasan kebun teh Gunung Dempo dan memiliki jalur track internasional. Begitu pula dengan
kegiatan Paralayang yang memiliki standar internasional dan pernah dipakai pada kegiatan PON XVI tahun 2004. Keindahan Kota Pagar Alam dapat
dinikmati dengan melakukan kegiatan Paralayang. Kegiatan ini sudah dilengkapi dengan fasilitas kios makanan, toilet, dan mushola.