motor serta kendaraan umum seperti bus Tabel 8, sehingga biaya perjalanan tersebut merupakan biaya bahan bakar untuk kendaraan dan biaya pembelian tiket
bus menuju lokasi wisata. Belanja pengunjung untuk bahan bakar ini merupakan kebocoran karena dibelanjakan di luar kawasan wisata. Hasil proporsi
pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 13 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 13 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di wisata alam Gunung Dempo tahun 2014
Biaya Rata-rata pengeluaran P
Rp Proporsi
Q=Pc100 Pengeluaran di luar lokasi
Biaya transportasi 158 366
52.49 Konsumsi dari rumah
Tiket masuk kawasan Gunung Dempo 462
1 500 0.15
0.50 Total kebocoran a
160 328 53.14
Pengeluaran di lokasi Konsumsi di lokasi
21 086 6.99
Penginapan 87 322
28.94 Pembelian souveniroleh-oleh
31 300 10.37
Biaya dokumentasi 0.00
Biaya parkir 1 086
0.36 Biaya Toilet
600 0.20
Total pengeluaran di lokasi b 141 394
46.86 Total pengeluaran pengunjung c=a+b
301 722 100.00
Rata-rata kunjungan per tahun d 2010-2013 34 810
Total kebocoran pertahun e= cproporsi ad 5 581 017 680
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Pagar Alam rata-rata kunjungan ke Gunung Dempo per tahun dari tahun 2010 sampai dengan
2013 adalah 34 810 kunjungan, sehingga diperoleh total kebocoran per tahun yang terjadi adalah Rp 5 581 017 680 per tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan
total pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan rata-rata kunjungan per tahun. Tingkat kebocoran dari aktivitas wisata di Gunung Dempo cukup besar
dengan proporsi 53.14. Kebocoran tersebut yaitu biaya transportasi, biaya konsumsi dari rumah, dan biaya tiket masuk kawasan Gunung Dempo. Tiket
masuk kawasan Gunung Dempo termasuk kebocoran karena uang yang diperoleh langsung masuk ke pendapatan asli daerah PAD yang pemanfaatannya belum
tentu untuk kegiatan ekonomi di kawasan wisata alam Gunung Dempo.
6.2.1.1 Dampak Ekonomi Langsung
Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang diperoleh langsung dari pengeluaran pengunjung saat berwisata. Dampak ekonomi langsung tersebut
berasal dari adanya transaksi jual dan beli antara pengunjung dengan unit usaha yang terdapat di kawasan objek wisata alam Gunung Dempo. Uang yang
dibelanjakan pengunjung ke unit usaha dapat menghasilkan dampak ekonomi secara langsung yaitu pendapatan unit usaha.
Unit usaha di objek wisata alam Gunung Dempo terdiri dari berbagai jenis unit usaha. Rata-rata unit usaha yang terdapat pada kawasan wisata Gunung
Dempo hanya ramai dikunjungi saat akhir pekan dan hari libur nasional, terutama libur tahun baru, namun pada hari kerja sebagian unit usaha masih tetap buka. Hal
ini disebabkan jumlah pengunjung tetap ada meskipun hari kerja. Perhitungan lebih jelas pendapatan rata-rata pemilik unit usaha per bulan dapat dilihat pada
lampiran 10. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha berupa
pendapatan pemilik unit usaha. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh
unit usaha dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Dampak ekonomi langsung di wisata alam Gunung Dempo tahun 2014
Jenis unit usaha a Responden
unit usaha b
Jumlah unit
usaha total c
Rata-rata pendapatan
perbulan Rp d
Proporsi e=dg
100 Dampak
ekonomi langsung Rp
f=cd Rumah makan
1 1
2 700 000 5.97
2 700 000 Kios makanan biasa
9 9
1 596 111 3.53
14 365 000 Kios makanan dan
pakaian 1
1 1 700 000
3.76 1 700 000
Kios makanan dan parkir
2 2
1 900 000 4.20
3 800 000 Pedagang makanan
2 2
1 920 000 4.25
3 840 000 Cenderamata
8 8
2 785 000 6.16
22 280 000 Penginapan
1 1
32 000 000 70.78
32 000 000 Toilet
1 1
610 000 1.35
610 000 Total g
25 25
45 211 111 100.00
81 295 000
Nilai dampak ekonomi langsung yang paling besar dirasakan oleh unit usaha penginapan sebesar Rp 32 000 000. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
pengunjung yang datang ke Gunung Dempo menginap di tempat penginapan yang ada di kawasan wisata sehingga pengeluaran pengunjung di lokasi wisata untuk
penginapan memiliki nilai yang lebih besar dibanding unit usaha lainnya. Hal
tersebut akan berdampak pada besarnya pendapatan yang diterima unit usaha penginapan. Total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha
adalah sebesar Rp 81 295 000. Hal ini menunjukkan keberadaan wisata alam Gunung Dempo tersebut memiliki peran penting bagi masyarakat lokal yang
membuka unit usaha di sekitar lokasi wisata sebagai sumber pendapatan.
6.2.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Dampak ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan pendapatan tenaga kerja lokal di objek wisata Gunung
Dempo. Data mengenai pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 15. Perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 15 Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Gunung Dempo tahun 2014
Jenis unit usaha Rata-rata pengeluaran di
dalam kawasan wisata per bulan Rp
Jumlah a
Jumlah unit
usaha b Total
pengeluaran di dalam kawasan
Rp c = ab
Biaya pembelian
input bahan baku Rp
Biaya pemeliharaan
alat Rp Rumah makan
6 000 000 200 000
6 200 000 1
6 200 000 Kios makanan
biasa 161 111
27 778 188 889
9 1 700 000
Kios makanan dan pakaian
300 000 300 000
1 300 000
Kios makanan dan parkir
500 000 150 000
650 000 2
1 300 000 Pedagang
makanan 600 000
600 000 2
1 200 000 Cenderamata
1 456 250 1 456 250
8 11 650 000
Penginapan 12 000 000
12 000 000 1
12 000 000 Toilet
50 000 50 000
1 50 000
Total 25
34 400 000
Tabel 15 menjelaskan bahwa unit usaha penginapan memiliki total pengeluaran per bulan di dalam kawasan wisata paling besar dibandingkan unit
usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar Rp 12 000 000. Hal ini disebabkan besarnya biaya pemeliharaan unit usaha penginapan seperti biaya
perawatan kamar dan fasilitasnya, biaya perawatan taman, serta biaya pemeliharaan gedung penginapan. Batas kawasan wisata disini merupakan
Kecamatan Pagar Alam Selatan, sehingga pengeluaran unit usaha yang masih di dalam Kecamatan Pagar Alam Selatan merupakan biaya yang dikeluarkan di
dalam kawasan wisata.
Berdasarkan Tabel 16, unit usaha penginapan memiliki total pengeluaran di luar kawasan wisata paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total
pengeluaran sebesar Rp 11 000 000. Hal ini dikarenakan besarnya biaya listrik, dan biaya pajak yang dikeluarkan unit usaha penginapan. Data mengenai
pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 16. Perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran10.
Tabel 16 Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Gunung Dempo tahun 2014
Jenis unit usaha
Rata-rata pengeluaran di luar kawasan wisata per bulanRp
Jumlah d=a+b+c
Jumlah unit
usaha e
Total pengeluaran
di luar kawasan
Rp f = de
Listrik a Transportasi
b Retribusi
c Rumah makan
200 000 300 000
500 000 1
500 000 Kios makanan
biasa 57 778
168 333 5 556
231 667 9
2 085 000 Kios makanan
dan pakaian 50 000
50 000 1
50 000 Kios makanan
dan parkir 125 000
175 000 50 000
350 000 2
700 000 Pedagang
makanan 80 000
200 000 280 000
2 560 000
Cenderamata 120 000
200 000 320 000
8 2 560 000
Penginapan 3 000 000
8 000 000 11 000 000
1 11 000 000
Toilet 70 000
50 000 120 000
1 120 000
Total 25
17 575 000
Dampak ekonomi tidak langsung tidak hanya dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata, tetapi juga diperoleh dengan melihat pendapatan
tenaga kerja di objek wisata alam Gunung Dempo. Proporsi pendapatan tenaga kerja dengan adanya kegiatan wisata di Gunung Dempo memiliki jumlah yang
berbeda-beda sesuai dengan unit usaha tempat mereka bekerja. Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata alam Gunung Dempo diperoleh dengan
menjumlahkan total pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan total pendapatan tenaga kerja. Data mengenai dampak ekonomi tidak langsung dapat
dilihat pada Tabel 17, sedangkan data mengenai pendapatan tenaga kerja dijelaskan pada Lampiran 11.
Tabel 17 Dampak ekonomi tidak langsung di wisata alam Gunung Dempo tahun 2014
Jenis tenaga kerja
Jumlah Tenaga
Kerja a Pendapatan
Tenaga Kerja Rp
b Total pendapatan
Tenaga Kerja Rp c=ab
Total pengeluaran unit usaha di
dalam kawasan Rp d
Total dampak ekonomi tidak
langsung Rp e=c+d
Penjaga tiket 5
1 000 000 5 000 000
5 000 000 Parkir
2 725 000
1 450 000 1 450 000
Petugas kebersihan
8 1 200 000
9 600 000 9 600 000
Unit usaha Rumah makan
5 600 000
3 000 000 6 200 000
9 200 000 Kios makanan
biasa 1 700 000
1 700 000 Kios makanan
dan pakaian 300 000
300 000 Kios makanan
dan parkir 1 300 000
1 300 000 Pedagang
makanan 1 200 000
1 200 000 Cenderamata
9 416 667
3 750 000 11 650 000
15 400 000 Penginapan
49 886 667
43 466 683 12 000 000
55 446 683 Toilet
50 000 50 000
Total 78
4 828 334 66 266 683
34 400 000 100 646 683
Tabel 17 menunjukkan total dampak ekonomi tidak langsung terbesar di objek wisata alam Gunung Dempo diperoleh oleh unit usaha penginapan yaitu
Rp 55 446 683. Hal ini dikarenakan unit usaha penginapan merupakan unit usaha yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding dengan unit usaha lainnya.
Dampak ekonomi tidak langsung paling kecil di objek wisata alam Gunung Dempo diperoleh unit usaha toilet yaitu Rp 50 000. Hal ini disebabkan total
pengeluaran di dalam kawasan wisata unit usaha toilet jauh lebih kecil dibanding unit usaha lainnya. Unit usaha toilet hanya mengeluarkan biaya yang kecil untuk
pemeliharaan toilet seperti pembelian sabun dan sikat untuk membersihkan toilet. Tidak adanya tenaga kerja untuk unit usaha kios makanan, pedagang makanan,
dan toilet dikarenakan unit usaha tersebut dikelola sendiri. Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata alam Gunung Dempo adalah Rp 100 646 683.
6.2.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan
Dampak ekonomi lanjutan dilihat dari proporsi pengeluaran tenaga kerja untuk kebutuhan mereka masing-masing seperti kebutuhan biaya pangan, biaya
transportasi, biaya sekolah anak, dan biaya listrik. Data mengenai proporsi