pendidikannya mencapai 16 tahun hanya mempunyai sedikit waktu untuk berlibur ke Gunung Dempo. Berbeda dengan responden pengunjung dengan lama
pendidikan 12 sampai 15 tahun, mereka mempunyai banyak waktu untuk ke lokasi wisata, sehingga Gunung Dempo lebih banyak dikunjungi oleh mahasiswa.
6.1.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Alam Gunung Dempo
Nilai ekonomi Gunung Dempo diestimasi menggunakan pendekatan Individual Travel Cost Method ITCM. Nilai ekonomi diperoleh dengan
mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung terlebih dahulu. Surplus konsumen diperoleh dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden
pengunjung satu tahun terakhir kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Jumlah kunjungan responden pengunjung dalam satu tahun terakhir
adalah 230 kunjungan yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya
perjalanan sebagai variabel bebasnya dilakukan agar nilai koefisien biaya perjalanan lebih akurat. Berdasarkan hasil analisis regresi Lampiran 7, diperoleh
persamaan sebagai berikut: Y
= 2.738 – 0.00000277 X
1
Keterangan: Y = Jumlah kali kunjungan ke Gunung Dempo satu tahun terakhir Kali
X
1
= Biaya perjalanan individu Rp Koefisien biaya perjalanan yang diperoleh digunakan untuk mengestimasi
besarnya nilai surplus konsumen. Kemudian nilai surplus konsumen digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata, dengan cara mengalikan surplus
konsumen tersebut dengan jumlah pengunjung pada tahun 2013. Perhitungan nilai ekonomi wisata alam Gunung Dempo dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Perhitungan nilai ekonomi Gunung Dempo
Keterangan Nilai Satuan
Jumlah responden a 100 Orang
Jumlah kunjungan respondenb 230 Kali pertahun
Jumlah kunjungan tahun 2013 c 37 893 Kali pertahun
Koefisien biaya perjalanan d 0.00000277 Satuan
Surplus konsumen e = b
2
2d 9 548 736 462 Rupiah
Surplus konsumenindividukunjungan f = eab 415 163 Rupiah
Nilai ekonomi g = f x c 15 731 771 559 Rupiah
Sumber : Disbudpar 2014a
Tabel 12 menunjukkan, surplus konsumen pengunjung terhadap objek wisata alam Gunung Dempo sebesar Rp 415 163 per orang per kunjungan,
sehingga diperoleh nilai ekonomi Gunung Dempo sebesar Rp 15 731 771 559. Artinya, Gunung Dempo mempunyai nilai sebagai penghasil jasa wisata. Nilai
tersebut dapat dirasakan secara terus menerus jika keberadan kawasan wisata alam Gunung Dempo dijaga dengan melestarikan sumber daya alam dan lingkungan
yang terdapat di Gunung Dempo.
6.2 Dampak Ekonomi dan Lingkungan Wisata Alam Gunung Dempo
Kegiatan wisata alam memberikan dampak terhadap perekonomian, seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, dan peluang usaha Pitana dan Gayatri
2005. Selain memberikan manfaat, adanya kegiatan wisata juga memberikan dampak terhadap lingkungan seperti peningkatan jumlah sampah di lokasi wisata
yang akan merusak keindahan sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan wisata tersebut. Kegiatan wisata alam sangat bergantung dari kelestarian dan
keindahan sumberdaya alam sebagai objek utama wisata.
6.2.1 Dampak Ekonomi
Nilai ekonomi merupakan nilai potensi yang tidak semua manfaatnya dirasakan oleh masyarakat sekitar lokasi wisata. Oleh karena itu, perlu dihitung
dampak ekonomi dari kegiatan wisata berdasarkan belanja pengunjung di kawasan wisata dan penerimaan masyarakat dari belanja pengunjung tersebut. Perhitungan
dampak ekonomi diketahui dari besarnya pengeluaran pengunjung di lokasi wisata Gunung Dempo. Pengunjung di Gunung Dempo tidak hanya membelanjakan
uangnya di dalam lokasi, tetapi juga di luar lokasi wisata. Besarnya pengeluaran pengunjung diluar kawasan wisata merupakan kebocoran yang terjadi di lokasi
wisata alam Gunung Dempo. Tabel 13 menjelaskan proporsi terbesar dalam pengeluaran pengunjung di
objek wisata Gunung Dempo adalah proporsi biaya transportasi sebesar 52.49. Hal ini disebabkan sebagian besar pengunjung berasal dari luar Pagar Alam
Tabel 7, sehingga mempengaruhi biaya perjalanan pengunjung. Sebagian besar pengunjung ke Gunung Dempo menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan
motor serta kendaraan umum seperti bus Tabel 8, sehingga biaya perjalanan tersebut merupakan biaya bahan bakar untuk kendaraan dan biaya pembelian tiket
bus menuju lokasi wisata. Belanja pengunjung untuk bahan bakar ini merupakan kebocoran karena dibelanjakan di luar kawasan wisata. Hasil proporsi
pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 13 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 13 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di wisata alam Gunung Dempo tahun 2014
Biaya Rata-rata pengeluaran P
Rp Proporsi
Q=Pc100 Pengeluaran di luar lokasi
Biaya transportasi 158 366
52.49 Konsumsi dari rumah
Tiket masuk kawasan Gunung Dempo 462
1 500 0.15
0.50 Total kebocoran a
160 328 53.14
Pengeluaran di lokasi Konsumsi di lokasi
21 086 6.99
Penginapan 87 322
28.94 Pembelian souveniroleh-oleh
31 300 10.37
Biaya dokumentasi 0.00
Biaya parkir 1 086
0.36 Biaya Toilet
600 0.20
Total pengeluaran di lokasi b 141 394
46.86 Total pengeluaran pengunjung c=a+b
301 722 100.00
Rata-rata kunjungan per tahun d 2010-2013 34 810
Total kebocoran pertahun e= cproporsi ad 5 581 017 680
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Pagar Alam rata-rata kunjungan ke Gunung Dempo per tahun dari tahun 2010 sampai dengan
2013 adalah 34 810 kunjungan, sehingga diperoleh total kebocoran per tahun yang terjadi adalah Rp 5 581 017 680 per tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan
total pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan rata-rata kunjungan per tahun. Tingkat kebocoran dari aktivitas wisata di Gunung Dempo cukup besar
dengan proporsi 53.14. Kebocoran tersebut yaitu biaya transportasi, biaya konsumsi dari rumah, dan biaya tiket masuk kawasan Gunung Dempo. Tiket
masuk kawasan Gunung Dempo termasuk kebocoran karena uang yang diperoleh langsung masuk ke pendapatan asli daerah PAD yang pemanfaatannya belum
tentu untuk kegiatan ekonomi di kawasan wisata alam Gunung Dempo.