Wisata Alam Kajian Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan

karena menurunnya kualitas dan estetika lingkungan di suatau kawasan wisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengelolaan limbah wisata oleh pengelola dan pemerintah daerah untuk menjaga suatu kawasan wisata agar tetap berlanjut, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar.

2.7 Pengelolaan Limbah Wisata

Seluruh aktivitas manusia tidak terlepas dari sampah. Apabila sampah dibiarkan dan tidak dikelola dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan dan kelestarian kawasan wisata alam. Apabila sampah dikelola dengan baik, maka sampah tersebut memiliki nilai potensial, seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, serta pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos Dephut 2013. Menurut panduan Dephut 2013, tahapan pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah: a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan. b. Pemanfaatan Kembali Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas: 1 Pemanfaatan sampah organik, seperti composting pengomposan. Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata. 2 Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas atau kertas daur ulang. Pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan. c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir TPA. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, setelah sampah diangkut dari Tempat Penampungan Sementara TPS, sampah akan diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, atau tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah dilakukan dengan prinsip 3R reduce, reuse, recycle yaitu tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang sampah. Dephut 2013 mengatakan bahwa dengan pengelolaan sampah yang baik akan menghasilkan sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar 10. Hal tersebut dapat menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan akibat sampah. Pengelolaan limbah wisata yang baik, sudah diterapkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP agar bisa diterapkan untuk pengelolaan limbah yang ideal untuk wisata alam pegunungan. Adapun upaya yang dilakukan oleh Balai Besar TNGGP untuk meminimalkan sampah akibat kegiatan wisata, yaitu penetapan petunjuk teknis pendakian TNGGP, penetapan kuota, pengisian form barang bawaan atau sampah, pernyataan sampah dibawa turun kembali, larangan membawa limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun, penyuluhan kebersihan, aksi bersih pendaki, memperbanyak papan informasi atau larangan, pengelolaan sampah seperti lubang berpindah, pemilahan sampah 3R reduce, reuse, recycle, serta pengecekan kualitas air dan udara TNGGP 2013. Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk menghindari terjadi penumpukan sampah di area pendakian yang dapat merusak lingkungan dan keindahan wisata alam.