Ruang Lingkup Penelitian Kajian Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan

pengeluaran tenaga kerja untuk kebutuhan konsumsinya Vanhove 2005. Berikut adalah diagram mengenai dampak ekonomi wisata yang dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: Lindberg 1996 dalam Ekayani dan Nuva 2013 Gambar 1 Dampak ekonomi wisata Menurut Clement 1959 dalam Yoeti 2008 ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata, wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek penggandaan multiplier effect. Menurut Yoeti 2008, terdapat biaya yang dikeluarkan diluar lokasi wisata yang disebut dengan kebocoran leakage. Semakin kecil kebocoran yang terjadi maka semakin baik perekonomian di suatu kawasan wisata. Sebaliknya semakin besar kebocoran yang terjadi maka semakin kecil dampak ekonomi yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan wisata. Direct Impact Belanja Wisatawan Sektor Wisata Sektor Lainnya Kebocoran Imported Input Upah Tenaga Kerja Induced Impact Indirect Impact

2.6 Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata

Kegiatan wisata tidak hanya memberikan dampak positif namun juga memberikan dampak negatif, terutama terhadap aspek lingkungan. Dampak lingkungan yang dapat terjadi menurut Yoeti 2008 adalah kerusakan sumber- sumber hayati yang menyebabkan hilangnya daya tarik suatu kawasan wisata, sampah yang dibuang sembarangan menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengurangi nilai keindahan kawasan wisata, serta merusak ekosistem perairan. Dampak negatif terhadap lingkungan yang lainnya adalah peningkatan jumlah volume sampah, peningkatan polusi udara dan suara dari kendaraan wisatawan serta pencemaran air sungai akibat perilaku wisatawan yang kurang peduli terhadap lingkungan. Limbah wisata yang dibuang di sungai mengakibatkan lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, serta nilai estetika perairan berkurang Ekaningrum 2013. Menurut Ekaningrum 2013, adanya kegiatan wisata di pegunungan berpotensi merusak gunung dan hutan disekitarnya, ekosistem vegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang, serta terganggunya kehidupan satwa liar. Pembukaan jalur pendakian serta pendirian villa di kaki bukit merupakan beberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan hutan disekitarnya. Akibatnya terjadi tanah longsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan, serta meningkatnya polusi udara dan bencana banjir Ekaningrum 2013. Salah satu dampak lingkungan dari kegiatan wisata adalah peningkatan jumlah sampah. Menurut Hadiwiyoto 1983, peningkatan jumlah volume sampah akan menimbulkan gangguan pencemaran, seperti pencemaran udara karena selama proses pembusukan dihasilkan gas-gas beracun, bau yang tidak sedap, daerah becek, dan berlumpur, sehingga menganggu pengunjung yang berwisata. Sampah yang dibuang ke sungai akan menimbulkan pencemaran air karena terkontaminasi dengan bahan kimia yang beracun sehingga kualitas air menurun. Sampah juga menyebabkan hambatan aliran air yang akan menjadi bencana banjir dan dapat menganggu kegiatan wisata. Secara estetika, sampah dapat digolongkan sebagai bahan yang merusak pemandangan dan menurunkan nilai keindahan kawasan wisata, sehingga jumlah wisatawan akan menurun. Hal tersebut terjadi