Wisatawan Kajian Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan
c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari
kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir TPA.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga, setelah sampah diangkut dari Tempat Penampungan Sementara TPS, sampah akan diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, atau tempat
pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah dilakukan dengan prinsip 3R reduce, reuse, recycle yaitu tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang sampah. Dephut 2013 mengatakan bahwa dengan pengelolaan sampah yang baik akan
menghasilkan sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar 10. Hal tersebut dapat menurunkan biaya pengangkutan sampah
bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan akibat sampah.
Pengelolaan limbah wisata yang baik, sudah diterapkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP agar bisa diterapkan untuk pengelolaan
limbah yang ideal untuk wisata alam pegunungan. Adapun upaya yang dilakukan oleh Balai Besar TNGGP untuk meminimalkan sampah akibat kegiatan wisata,
yaitu penetapan petunjuk teknis pendakian TNGGP, penetapan kuota, pengisian form barang bawaan atau sampah, pernyataan sampah dibawa turun kembali,
larangan membawa limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun, penyuluhan kebersihan, aksi bersih pendaki, memperbanyak papan informasi atau larangan,
pengelolaan sampah seperti lubang berpindah, pemilahan sampah 3R reduce, reuse, recycle, serta pengecekan kualitas air dan udara TNGGP 2013. Berbagai
upaya tersebut dilakukan untuk menghindari terjadi penumpukan sampah di area pendakian yang dapat merusak lingkungan dan keindahan wisata alam.