Isolat DU.1A.1 HASIL DAN PEMBAHASAN
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selama proses inkubasi berlangsung, kedua isolat memiliki bentuk bertumbuhan yang berbeda secara morfologi yaitu isolat DP.1A.2 tumbuh di
bagian bawah permukaan medium dan terlihat semakin keruh dengan bertambahnya waktu. Sementara isolat DU.3B2 tumbuh membentuk lembaran di
atas permukaan medium sehingga semakin lama terlihat semakin jernih. Pada dasarnya, proses inkubasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kultur stasioner
statis dan kultur agitatif atau penggojokan. Menurut Bielecki et al., 2001, pada kultur stasioner akan terbentuk
lembaran selulosa berbentuk seperti tikar dan bertekstur seperti gelatin di permukaan media biakan cair, di dalamnya mengandung sel-sel mikroba yang
terperangkap dalam jaringan serat selulosa. Sedangkan pada kondisi kultur agitasi, pelikel lembaran tidak terbentuk dan selulosa berbentuk butiran yang tidak teratur
dan juga dapat berbentuk untaian serat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Watanabe et al., 1998 dan Moon et al., 2006 bahwa selulosa
bakteri yang diproduksi dengan metode statis menghasilkan indeks kristalinitas lebih tinggi bila dibandingkan dengan agitasi. Proses agitasi atau penggojokan
selama fermentasi menyebabkan ikatan hidrogen antara mikrofibril berkurang dan berakibat terhadap panjang mikrofibril yang terbentuk. Berkurangnya ikatan
hidrogen antara mikrofibril ini akan berakibat terhadap rendahnya indeks kristalinitas Moon et al., 2006. Semakin tinggi indeks kristalinitas maka
semakin tinggi kekuatan tarik serat Liu et al., 2006. Pengukuran pertumbuhan kapang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung atau secara mikroskopik menggunakan hemositometer. Metode ini mempunyai kelebihan cepat dalam
pengerjaanya, namun tingkat kesalahannya tinggi, sel mati bisa terhitung, sel yang berukuran kecil sulit teramati Hadioetomo, 1993. Sementara metode tidak
langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain berdasarkan kekeruhan, berat kering sel, kadar nitrogen dan berdasarkan aktivitas biokimia
Hamdiyati, 2002. Pada penelitian ini menggunakan metode tidak langsung dengan
berdasarkan kekeruhan turbiditas dengan melihat massa sel, yaitu mengukur absorban atau kerapatan optik menggunakan spektrofotometer pada panjang
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gelombang 600 nm. Metode ini sangat cocok apabila suspensi biakan berbentuk cair dan homogen serta sel yang densitasnya tinggi Fardiaz, 1992.
Hasil pengukuran pertumbuhan kapang endofit digunakan sebagai dasar atau gambaran untuk proses fermentasi yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui waktu yang optimal berapa lama proses fermentasi berlangsung. Menurut Kuswardani dan Wijajaseputra 1998, waktu pembiakan
yang terlalu singkat akan menghasilkan Protein Sel Tunggal PST dalam jumlah rendah karena biokonversi komponen medium belum optimal. Sedangkan waktu
pembiakan yang terlalu lama akan menyebabkan terjadinya penurunan protein yang terakumulasi dalam PST akibat autobiodegradasi untuk memenuhi
kebutuhan energinya sehubungan dengan ketersediaan nutrien dalam medium yang semakin tidak mencukupi. Namun pada penelitian ini waktu yang digunakan
selama fermentasi yaitu 21 hari untuk semua isolat. Oleh karena itu perlu adanya optimasi waktu fermentasi mengingat hal ini merupakan faktor yang sangat
penting terhadap metabolit ataupun senyawa aktif yang didapatkan.