25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Biokonversi, konversi asam asetat dari etanol sorbitol dan produk steroid,
aseton dari propanol, antibiotika dan prostaglandin.
2.10 Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi cakram dan metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi cakram dilakukan dengan
mengukur diameter zona bening clear zone yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri
Hermawan dkk., 2007.
2.10.1 Metode Difusi Cakram
Metode difusi cakram merupakan metode yang paling umum digunakan untuk melakukan uji zat terhadap mikroorganisme. Metoda ini menghasilkan
kategori sensitivitas berdasarkan difusi antibakteri dari kertas cakram di dalam media yang sudah mengandung inokulat. Kertas cakram uji diresapi zat uji
kemudian kertas cakram tersebut diletakkan pada permukaan media agar yang sudah mengandung inokulat uji, selanjutnya diinkubasi. Setelah dilakukan
inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya zona hambat atau zona bening di sekeliling cakram Kusmayati dan Agustini, 2007. Hal
tersebut terjadi karena selama masa inkubasi zat uji yang berada dalam kertas cakram meresap ke media agar. Zona hambat ini dapat menjadi parameter untuk
menentukan tingkat sensitivitasnya apakah sensitif, parsial, atau resisten. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika dan kimia, selain faktor
antara obat dan organisme misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat Jawetz et al., 2005.
2.10.2 Metode Dilusi
Antibakteri dibuat seri kadar konsentrasi yang menurun secara bertahapmenggunakan media padat atau media cair. Selanjutnya media
diinokulasi bakteriuji dan diinkubasi. Kemudian ditentukan Kadar Hambat Minimal KHM atau Minimal Inhibitory Concentration MIC antibakteri
tersebut Jawetz et al., 2005. Prinsip metode pengenceran ini adalah senyawa
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
antibakteri diencerkan hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media cair.
Perlakuan tersebut akan diinkubasi dan diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri, yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan. Larutan uji senyawa
antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji, ditetapkan sebagai KHM.
Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri uji ataupun senyawa antibakteri, dan
diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai Kadar Bunuh Minimal KBM atau Minimal Bactericidal
Concentration MBC Pratiwi, 2008.