23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme Sulistyo, 1971.
Resistensi antimikroba hingga saat ini mengalami peningkatan, sehingga kemampuannya dalam mengobati beberapa penyakit infeksi yang menyebabkan
sebagian besar kematian semakin terancam. Penyakit seperti tuberculosis TB, yang harus dikontrol terus menerus, efektifitas obat menjadi semakin menurun.
Sekitar 45 penyebab kematian di negara berpenghasilan rendah dan satu dari dua kematian prematur di seluruh dunia disebabkan karena infeksi. Dan sebagian
besar kematian tersebut sekitar 90 adalah disebabkan oleh beberapa penyakit: infeksi saluran pernapasan akut terutama pneumonia, penyakit diare, HIV
AIDS, TB, malaria dan campak WHO, 2000.
2.8.2 Aktivitas dan Efek Antibakteri
Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen dan aktivitas
bakterisidal dapat membunuh patogen dalam kisaran luas Brooks et.al., 2005. Menurut Madigan, dkk 2000, berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,
mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikrobia yaitu: a.
Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis
protein atau mengikat ribosom. b.
Bakterisidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikroba
pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikroba pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap
sedangkan jumlah sel hidup menurun. c.
Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikroba. Hal ini
ditunjukkan dengan penambahan antimikroba pada kultur mikroba yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase
logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8.3 Mekanisme Kerja
Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan
makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,
penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
a. Penghambatan sintesis dinding sel, dengan cara menghambat pembentukan
peptidoglikan sehingga menimbulkan lisis pada sel. Contohnya sefalosporin, penisilin, dan ß-laktam.
b. Merusak membran sel sehingga makromolekul dan ion keluar dari sel,
kemudian sel rusak atau terjadi kematian. Contohnya polimiksin B dan daptomisin.
c. Penghambatan sintesis protein pada ribosom bakteri. Contohnya
aminoglikosida, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida. d.
Penghambatan sistesis asam nukleat dengan penghambatan proses transkripsi dan replikasi. Contohnya rifampisin kuinolon.
e. Mengganggu jalur metabolisme bakteri. Contohnya sulfonamid dan
trimetoprim Nester et al., 2012.
2.9 Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu proses untuk mengubah bahan dasar menjadi produk yang dikehendaki dalam kultur mikroba tertentu. Menurut Purwanto,
2011., dari proses fermentasi yang dilakukan dapat menghasilkan beberapa produk di antaranya :
a. Biomassa Sel, misalnya protein sel tunggal.
b. Enzim, seperti enzim amilase dan protease.
c. Metabolit, merupakan senyawa hasil reaksi metabolisme dari kapang endofit,
seperti metabolit primer misalnya polisakarida, protein, asam nukleat, serta metabolit sekunder yaitu senyawa antibiotika.
d. Produk rekombinan, seperti insulin dan interferon.