Morfologi Kapang TINJAUAN PUSTAKA

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.2 Karakterisasi Kapang

Melakukan karakterisasi kapang yaitu dengan mengamati morfologi secara makroskopis dengan melihat karakteristik koloni suatu biakan, meliputi : warna dan struktur permukaan koloni yaitu ada atau tidaknya tetes eksudat exudate drops dan melihat ada atau tidaknya lingkaran konsentris zonasi. Pengamatan koloni dilakukan dimulai dari awal penanaman hingga pada waktu tertentu dan mencatat semua perubahan yang terjadi Gandjar et.al., 1999.

2.4 Metabolit Sekunder Kapang Endofit

Sebagian besar komponen kimia yang berasal dari tamanan yang digunakan sebagai obat atau bahan obat adalah merupakan metobolit sekunder. Secara in vitro produksi metabolit sekunder ini dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan Gandjar, et al., 1999. Produksi metabolit sekunder beberapa tanaman obat melalui kultur jaringan telah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya adalah produksi Solasodine yang diisolasi dari kultur callus Solanum eleagnifolium dan alkaloid pyrrolidine dari kultur akar tanaman Senecio spp Levin et al., 1988. Untuk tujuan komersial, saat ini telah dilakukan pengembangan produksi metabolit sekunder yang berasal dari tanaman obat dengan sistem bioreaktor. Sistem bioreaktor ini dapat digunakan untuk kultur embryogenic ataupun organogenic dari berbagai spesies tanaman Levin R., et al., 1988, Preil W. et al., 1988. Berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman inangnya, dan telah berhasil dibiakkan dalam media perbenihan yang sesuai. Demikian juga metabolit sekunder yang diproduksi oleh mikroba endofit telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur molekulnya. Metabolit sekunder yang dihasilkan dari mikroba endofit memiliki bioaktivitas yang bermanfaat baik dalam dunia farmasi maupun pertanian Radji, M, 2005.

2.5 Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan dalam mikrobiologi didefinisikan sebagai meningkatnya volume sel, karena adanya pertambahan protoplasma dan senyawa asam nukleat yang melibatkan sintesis DNA dan pembelahan mitosis. Pertumbuhan ini bersifat 17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta irreversibel atau tidak dapat kembali ke volume semula. Untuk melihat pertumbuhannya, bisa dilihat apabila kandida atau spora fungi ditanam pada media agar dalam cawan Petri, maka setelah 2-3 hari baru terlihat sesuatu pada permukaan berupa tetesan kental khamir dan berupa benang-benang kapang Gandjar, et al., 2006. Pengukuran pertumbuhan bakteri dapat diketahui dari kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan bakteri terbagi menjadi beberapa fase, yaitu : a. Fase Lag Pada fase ini sel-sel yang kekurangan metabolit dan enzim sebagai akibat keadaan yang tidak menguntungkan dalam pembiakan sebelumnya, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Pada fase ini, terlihat mulai bertambah besarnya ukuran sel. b. Fase Eksponensial Pada fase ini, sel-sel mulai mengalami perubahan bentuk dan jumlahnya meningkat sehingga terlihat pada kurva meningkat secara signifikan. Aktivitas metabolismenya tinggi dan lebih peka terhadap antibiotik. Pada fase ini dipengaruhi oleh bentuk dan sifat mikroba terhadap lingkungan, kandungan nutrient dalam medium, temperatur, kadar oksigen, cahaya dan lain-lain. c. Fase Stasioner Fase stasioner merupakan saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya, sehingga jumlah bakteri keseluruhan akan tetap. Keseimbangan jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya pengurangan derajat pembelahan sel. d. Fase Kematian Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian yang disebabkan karena nutrien di dalam medium sudah habis, ataupun energi cadangan di dalam sel sudah habis. Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba Volk dan Wheeler, 1993.

Dokumen yang terkait

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antibakteri dari Kapang Endofit Daun Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae

1 15 108

Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antimikroba Kapang Endofit dari Daun Tanaman Jamblang (Syzygium cumini L.) terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Candida albicans dan Aspergillus niger.

3 23 110

Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antimikroba Kapang Endofit dari Daun Tanaman Jamblang (Syzygium cumini L.) terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Candida albicans dan Aspergillus niger.

1 17 110

Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Kapang Endofit dari Daun Tanaman Paku Daun Kepala Tupai [Drynaria quercifolia (L.) J. Sm.] terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis

0 21 99

Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Kapang Endofit dari Daun Tanaman Paku Daun Kepala Tupai [Drynaria quercifolia (L.) J. Sm.] terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis.

0 11 99

Fraksinasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Kapang Endofit dari Daun Tanaman Iler (Coleus atropurpureus Benth.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

1 7 102

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 1 12

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 2 6

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 0 15