8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.6 Efek Farmakologis
Bakung putih memiliki aktivitas farmakologi untuk pengobatan nyeri, bisul, sakit telinga, arthritis, penyakit kulit kusta, batuk dan pilek, muntah, obat
cacing antihelmentik, disuria, poliuria, gangguan usus, gangguan tenggorokan, sakit perut, diskrasia, flatulensi, dan demam Zia Uddin et al., 2012. Bakung
putih digunakan juga secara tradisional untuk berbagai keperluan seperti: daun dan akar untuk penanganan muntah, meningkatkan ekskresi keringat diaforetika
dan pencahar. Umbi bakung putih untuk pemulihan awal terhadap luka Talha bin Emran et al., 2012. Daun bakung putih dihangatkan dan dioleskan dengan
minyak jarak yang berguna untuk menghambat memar dan inflamasi atau peradangan pada ujung jari tangan dan jari kaki. Untuk keluhan sakit telinga,
dibuat dalam bentuk jus hangat dari daunnya serta dicampur dengan sedikit garam Talha bin Emran et al., 2012.
Di belahan timur dan utara Kepulauan Solomon, daun tanaman Crinum asiaticum L juga digunakan secara tradisional untuk pengobatan inflamasi Wiart,
2000. Penyakit kulit dan beberapa peradangan lainnya, aktivitas antibakteri Ilavenil et al., 2010. Untuk pengobatan ulkus peptik dan pembengkakan
Goeltenboth et al., 1991. Selain itu biji dari buahnya digunakan sebagai obat pencahar purgative dan bagian serat pada batang digunakan untuk penyakit
Gonorea atau kencing nanah Ilavenil, et al., 2010.
2.1.7 Aktivitas Antimikroba
Tabel 2.1. Aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun Crinum asiaticum L Metode Difusi Cakram
Mikroorganisme 0,5
mgmL 1,0
mgmL 1,5
mgmL Streptomis
in 10 µgmL
Penisilin 10 µgmL
S. aureus -
7± 0.42 11± 0.12
16± 0.61 18± 0,192
P. aeruginosa -
7± 0.32 13± 0.31
23± 0.24 14± 0.60
B. subtilis -
7± 0.22 10± 0.82
30± 0.04 28± 0.53
E. coli 8± 0.72
9± 0.02 9± 0.22
17± 0.31 21± 0.07
K. pneumonia -
8± 0.62 13± 0.42
14± 0.09 17± 0.08
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[Sumber : Ilavenil, et.al.,Research Article Evaluation of Antibacterial Activity and Phytochemical Analysis of Crinum asiaticum L., 2010 Diakses pada tanggal 08 Oktober
2015.]
2.2 Mikroba
2.2.1 Definisi
Mikroba merupakan organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus Waluyo, 2009. Bakteri merupakan mikroba
prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2- 5 μm, berbentuk elips, bola,
batang atau spiral Brooks, et al., 2005. Fungi adalah organisme eukariotik, bersifat heterotrof, dinding selnya
mengandung kitin, tidak berfotosintesis, mensekresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi Gandjar, 2006.
Berdasarkan penampakannya, fungi dikelompokkan ke dalam kapang mold, khamir yeast, dan cendawan mushroom. Cendawan merupakan fungi yang
berukuran makroskopis, sedangkan kapang dan yeast adalah fungi yang berukuran mikroskopis. Menurut Rachmawan 2001, rata-rata sel kapang berukuran 1-5 x 5-
30 μm dan yeast berukuran 1-5 x 1-10 μm. Kapang adalah fungi multiseluler berfilamen dengan susunan hifa yang menyerupai benang Brock et al., 2006.
Yeast merupakan fungi uniselular. Pada yeast tertentu yang bersifat patogenik seperti Candida sp., mengalami dua fase dimorfisme dalam siklus
hidupnya, yaitu fase yeast membentuk sel tunggal dan fase miselium untuk penetrasi ke jaringan inangnya Bambang, 2009.
2.2.2 Jenis
2.2.2.1 Bakteri
a. Morfologi Sel bakteri
Terdapat berbagai berbagai bentuk dari bakteri, antara lain : batang atau silinder, bulat, dan spiral atau melilit yaitu berbentuk melengkung atau
melingkar Pratiwi, 2008 1
Batang Monobacil : batang tunggal. Contoh : Salmonella typhi
Diplobacil : batang bergandengan. Contoh : Mycobacterium tuberculosis Strepsobacil : batang bergandengan memanjang seperti rantai