B. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan terkait dengan hubungan interpersonal guru-siswa adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Darrell Fisher dan Tony Rickards, berjudul “Associations between Teacher-Student Interpersonal Behaviour and
Student Attitude to Mathematics”, yang dimuat dalam Mathematics
Education Research Journal Vol. 10, No. 1, hal. 3-15, tahun 1998. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam kelas di mana siswa merasakan
perilaku guru
yang lebih
membantubersahabat dan
memiliki kepemimpinan lebih besar, siswa menunjukkan sikap yang lebih baik
terhadap kelas matematika. Hal sebaliknya terjadi ketika guru dirasa menunjukkan perilaku disiplin atau tidak puas. Pada level dimensi, perilaku
guru yang bekerja sama dan mendominasi tampak berkontribusi pada sikap siswa yang menyenangkan terhadap mata pelajaran, sedangkan perilaku
perlawanan dan kepatuhan guru yang memiliki efek sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku guru terhadap siswa memiliki dampak yang
besar dalam sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Perry den Brok, Darrell Fisher, dan Rekha
Koul, berjudul “The Importance of Techer Interpersonal Behaviour for
Secondary Science Students’ attitudes in Kashmir”, yang dimuat dalam Journal of Clasroom Interaction, 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hubungan interpersonal guru-siswa yang positif, di mana guru dianggap baik dalam mengontrol tinggi pada dimensi pengaruh dan
bekerja sama dengan siswa tinggi pada dimensi kedekatan menjadi faktor penting yang menciptakan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran yang
diajarkan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Perry den Brok, Sibel Telli, dan Jale Cakiroglu, berjudul
“Science Teachers’ Interpersonal Behaviour in Turkey and the Netherlands: Comparison For the Subjects of Biology, Chemistry
and Physics”, yang dimuat dalam Asian Journal of Educational Research and Synergy 11, hal. 82-98, Mei 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa guru biologi di Turki dipersepsi lebih tinggi pada dimensi pengaruh daripada guru di Belanda. Guru kimia di Turki dipersepsi lebih
mendominasi ketika di dalam kelas, sedangkan guru Fisika di Turki dipersepsi memiliki efek pengaruh terhadap siswa meski tidak sebesar guru
biologi dan guru kimia. Sedangkan untuk profil guru yang teridentifikasi, guru kimia di Turki dipersepsi dengan dengan tiga urutan persentase
terbesar yaitu profil toleranotoriatif sebesar 41,8, otoritatif sebesar 38 dan direktif sebesar 17. Sedangkan guru kimia di Belanda dipersepsi
dengan profil toleran sebesar 30, ragu-ragutoleran sebesar 21, dan
toleranotoritatif sebesar 19.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Maulana, Marie-Christine Opdenakker, Perry den Brok, dan Roel Bosker, berjudul
“Teacher-Student Interpersonal Relationship in Indonesia: Profiles and Importance to
Student Motivation”, yang dimuat dalam Asia Pasific Journal of Education Vol. 31, No. 1, hal. 33-49, Maret 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa siswa memersepsi guru memiliki perilaku yang kooperatif kepemimpinan, membanturamah, dan memahami daripada perilaku
memusuhi ragu-ragu, tidak puas, menegur. Namun para siswa juga menilai guru mereka memiliki perilaku yang ketat. Pada level dimensi,
siswa memersepsi guru mereka memiliki perilaku yang cukup tinggi pada dimensi dominasi dan kerjasama. Terkait motivasi siswa dalam
pembelajaran di kelas, perilaku guru yang tinggi pada dimensi kedekatan berhubungan positif dengan motivasi intrinsik, sedangkan pada dimensi
pengaruh berhubungan positif dengan motivasi ekstrinsik siswa. Penelitian ini juga mengidentifikasi profil guru Indonesia yang merupakan kombinasi
dari guru direktif dan guru otoritatif. 5. Penelitian yang dilakukan oleh R. Maulana, M. C. J. L. Opdenakker, P. Den
Brok dan R. J. Bosker, berjudul “Teacher-Student Interpersonal
Relationship in Indonesian Lower Secondary Education: Teacher and Student Perceptions”, yang dimuat dalam Jurnal Learning Environment
Research yang diterbitkan oleh Springer Science+Business Media B.V.,
Vol. 15, hal. 251-271, tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru di Indonesia dipersepsi memiliki perilaku pada level dimensi pengaruh
yang sama dengan guru di Amerika Serikat, Australia dan Singapore. Di sisi lain, hasil pada dimensi kedekatan sama dengan guru di Belanda dan
Amerika Serikat. Sedangkan pada dimensi dominasi yang lebih rendah dibandingkan guru di Brunei dan lebih rendah pada dimensi kerja sama
dibandingkan guru di Australia, Singapore, Brunei dan Turki.
6. Penelitian yang dilakukan oleh C. Reid dan D. Fisher, berjudul “Teacher
Interpersona l Behaviour: Its Influence on Student Motivation in Science”,
yang dimuat dalam Proceedings of the Fifth International Conference on Science, Mathematics and Technology Education Udon Thani, Thailand
pp. 437-445, tahun 2008. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru sains yang memiliki perilaku kepemimpinan, membantubersahabat,
pengertian dan memberikan tanggung jawab dan kebebasan pada siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi siswa dalam pencapaian
hasil belajar pada mata pelajaran sains. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Susanti, berjudul
“Hubungan Interaksi Interpersonal Guru Biologi dan Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa
Kelas X SMAN 1 Purwareja Klampok Banjarnegara”, yang disusun sebagai skripsi di Prodi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Semarang, tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara interaksi interpersonal guru Biologi dan siswa
dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menyarankan agar guru mengetahui bagaimana cara pandang siswa terhadap interaksinya dengan
guru dan mengevaluasi serta mengambil sikap supaya dapat memberi motivasi dengan baik.
C. Kerangka Berpikir