2 Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif
dalam komunikasi. Dengan sikap defensif, komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat
terjadi karena faktor-faktor personal seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan juga faktor
situasional seperti perilaku komunikasi orang lain. 3 Sikap Terbuka
Sikap terbuka open-mindedness amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.
Brooks dan Emmert 1977 menjelaskan karakteristik orang yang terbuka, yaitu menilai pesan secara objektif dengan menggunakan
data dan keajegan logika; membedakan dengan mudah, melihat nuansa; berorientasi pada isi; mencari informasi dari berbagai
sumber; lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya; dan mencari pengertian pesan yang tidak sesuai
dengan rangkaian kepercayaaannya.
4. Hubungan Interpersonal Guru dan Siswa
a. Model Hubungan Interpersonal Guru-Siswa
Wubbels Levy 1993 dalam Van Petergem, dkk. 2005, hlm. 34 mengemukakan bahwa mengajar adalah aktivitas yang sangat
kompleks yang dipengaruhi oleh materi pelajaran, waktu yang tersedia, karakter guru, karakter peserta didik, sumber daya, khususnya
kompetensi pedagogik, perspektif metodologi pengajaran, dan perspektif antar pribadi yang berfokus pada hubungan interpersonal
guru-siswa. Hubungan interpersonal guru-siswa merupakan aspek penting
dalam komunikasi yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan pada pengajaran yang sukses pasti bergantung pada interaksi yang baik
dengan komunikasi yang efektif Goh, 1994, hlm. 30. Efektifitas mengajar secara informal didefinisikan sebagai tingkat keterampilan
pedagogik seorang guru. Misalnya, guru yang baik tahu bagaimana mengkomunikasikan
informasi, memimpin
diskusi, memberi
pertanyaan, menunggu jawaban, mempersiapkan rencana pembelajaran, menulis bahan pelajaran, dan sebagainya. Guru yang baik tahu
kemampuan dirinya. Misalnya, guru bahasa inggris harus ahli dalam grammar, writing, dan literature; guru matematika harus ahli dalam
bidangnya; guru sains yang baik harus memiliki pola pikir sains Tuckman, 1995, hlm. 177.
Mengajar merupakan sebuah bentuk komunikasi yang serius. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk keberlangsungan proses
pembelajaran, siswa harus memahami guru mereka. Selain menjadi ahli dalam materi pelajaran, setidaknya terdapat tiga karakteristik yang perlu
dikenal siswa untuk guru mereka miliki, yaitu ketegasan, keramahan, dan keadilan, di samping perhatian dan pengertian. Hal ini dapat
menjadi umpan balik bagi siswa dan pengakuan dari kemungkinan adanya pengaruh terhadap hubungan interpersonal guru-siswa dalam
proses pembelajaran, sehingga adalah langkah yang tepat untuk memperkenalkan model perilaku interpersonal guru Goh, 1994, hlm.
30. Secara konseptual, model perilaku interpersonal guru
terinspirasi oleh: pertama, teori sistem komunikasi Watzlawick, Beavin, Jackson 1967 dan kedua, model perilaku interpersonal Leary
1957. Teori sistem komunikasi dan model Leary kemudian diadaptasi oleh sekelompok tim peneliti di Belanda untuk digunakan dalam bidang
pendidikan sejak tahun 1980-an. Model Perilaku Interpersonal Guru Model for Interpersonal Teacher Behaviour MITB dan kuesioner
tentang interaksi guru Questionnaire on Teacher Interaction QTI merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa
terhadap perilaku guru yang menjadi hasil penelitian jangka panjang di Universitas Utrecht, Belanda Goh, 1994, hlm. 30-31.
Model Perilaku Interpersonal Guru didasarkan pada penelitian Timothy Leary tentang diagnosa kepribadian interpersonal dan
aplikasinya terhadap pengajaran. Dalam model ini, perilaku guru dipetakan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi Influence Pengaruh dan
dimensi Proximity Kedekatan. Dimensi Influence Pengaruh memiliki dua sumbu, yaitu Dominance D dan Submission S. Dimensi
Proximity Kedekatan memiliki dua sumbu, yaitu Opposition O dan Cooperation C Wubbels Brekelmans, 2005, hlm. 8. Dua dimensi
pada model perilaku interpersonal guru digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.2 Dua Sumbu Dimensi Proximity dan Influence dalam
Model Perilaku Interpersonal Guru MITB
Sumber: Wubbels Brekelmans, 2005, hlm. 8
Dimensi Influence Pengaruh menggambarkan siapa yang mengintrol atau mengarahkan proses komunikasi dan seberapa sering
hal itu terjadi. Sedangkan dimensi Proximity Kedekatan menunjukkan tingkat kerjasama atau kedekatan di antara mereka yang terlibat dalam
proses komunikasi. Kedua dimensi Influence Pengaruh dan Proximity Kedekatan secara bebas mengingatkan pada perilaku guru yang efektif
Dominance D
Submission S Opposition O
Cooperation C Proximity
In flu
en ce
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Masing- masing dari dua sumbu dimensi DS dan CO mewakili perilaku yang
berlawanan, sumbu DS untuk dominasi dominance dan kepatuhan submission dan sumbu CO untuk kerjasama cooperation dan oposisi
opposition Goh, 1994, hlm. 32 Setiap kuadran dari struktur koordinat yang dihasilkan
berdasarkan dua dimensi menampilkan dua segmen dari perilaku guru. Sektor yang ada didefinisikan bergantung pada derajat dari perilaku
yang ditentukan. Sebagai contoh, kuadran pertama terdiri atas dua karakter yang berbeda yang disebut Dominance-Cooperation DC dan
Cooperation-Dominance CD. DC menunjukkan perilaku guru yang terkarakterisasi dengan tingginya tingkat dominasi dan sedikit
kerjasama. Sedangkan CD menampilkan perilaku guru dengan tingginya tingkat kerjasama dan tingkat dominasi yang lebih sedikit.
Selanjutnya, tiap kuadran dari model ini terdiri atas dua sektor perilaku yang digambarkan pertama kali dari perilaku yang paling umum dan
kemudian diikuti oleh perilaku kedua dari dimensi yang sama Maulana, dkk. 2012, hlm. 254.
Kedua sistem dimensi koordinat tersebut kemudian dibagi menjadi delapan skala perilaku interpersonal guru-siswa, yaitu perilaku
kepemimpinan leadership
behaviour DC,
perilaku membantubersahabat helpingfriendly behaviour CD, perilaku
pengertian understanding behaviour CS, perilaku memberi tanggung jawabkebebasan siswa student responsibilityfreedom behaviour
SC, perilaku ragu-ragu uncertain behaviour SO, perilaku tidak puas dissatisfied behaviour OS, perilaku menegur admonishing
behaviour OD dan perilaku disiplin strict behaviour DO Maulana, dkk. 2012, hlm. 254. Untuk menjelaskan deskripsi dari
perilaku guru yang dimiliki masing-masing sektor, ditampilkan dalam gambar berikut.
Gambar 2.3 Model Perilaku Interpersonal Guru MITB
Sumber: Wubbels Brekelmans, 2005, hlm. 9 Berdasarkan gambar di atas, pada masing-masing pola perilaku
guru dideskripsikan sebagai berikut. 1 Leadership Kepemimpinan
“Notice what’s happening, lead, organize, give orders, set tasks, determine, procedure, structure the classroom situation,
explain, hold the attention” Perilaku
kepemimpinan ditunjukkan
dengan: memperhatikan
apa yang
terjadi di
kelas, memimpin,
mengorganisasikan, memberi
perintah, menetapkan
tugas, menentukan prosedur, menyusun situasi kelas, menjelaskan, dan
memegang perhatian. 2 HelpingFriendly MembantuBersahabat
“Assist, show interest, join, behave in a friendly or considerate manner, be able to make a joke, inspire confidence and
trust”.
Perilaku membantubersahabat
ditunjukkan dengan:
membantu, menunjukkan minat, bergabung, berperilaku ramah atau perhatian, bisa membuat lelucon, menginspirasi keyakinan dan
kepercayaan. 3 Understanding Pengertian
“Listen with interest, emphatize, show confidence and understanding, accept apologies, look for ways to settle differences,
be patient, be open”. Perilaku pengertian ditunjukkan dengan: mendengarkan
siswa dengan penuh minat, berempati, menunjukkan kepercayaan dan pengertian, menerima permintaan maaf, mencari cara untuk
menyelesaikan perbedaan, bersabar, bersikap terbuka terhadap siswa.
4 Student ResponsibilityFreedom
Memberi Tanggung
jawabKebebasan siswa “Give opportunity for independent work, wait for class to let
off steam, give freedom and responsibility, approve of something”. Perilaku memberi tanggung jawabkebebasan siswa
ditunjukkan dengan: memberikan kesempatan untuk bekerja mandiri, menunggu kelas diam, memberikan kebebasan dan
tanggung jawab pada siswa, menyetujui sesuatu. 5 Uncertain Ragu-ragu
“Keep a low profile, apologize, wait and see how the wind blows, admit one is in the wrong”.
Perilaku ragu-ragu ditunjukkan dengan: bersikap merendah, meminta maaf, menunggu dan melihat bagaimana arah proses
pembelajaran, dan mengakui kesalahan. 6 Dissatified Tidak puas
“Wait for the silence, consider pros and cons, keep quiet, show dissatisfaction, look glum, question, criticize”.
Perilaku tidak puas ditunjukkan dengan: menunggu siswa diam, mempertimbangkan pendapat pro dan kontra, diam,
menunjukkan ketidakpuasan, terlihat murung, bertanya-tanyaragu, dan mencela.
7 Admonishing Menegur “Get angry, take pupils to task, express irritation and anger,
forbid, correct, punish”. Perilaku menegur ditunjukkan dengan: gampang marah,
memberikan siswa tugas, menampilkan ekspresi terganggu dan kemarahan, melarang siswa, selalu ingin benar, dan suka
menghukum. 8 Strict Disiplin
“Keep reins tight, check, judge, get class silent, maintain silence, be strict, exact norms and set rules
”. Perilaku disiplin ditunjukkan dengan: menjaga kendali yang
ketat, memeriksa, menghakimi, menjaga kelas tetap diam, mempertahankan keheningan, bersikap tegasdisiplin, menetapkan
aturan dan norma-norma yang tepat. Untuk mengukur delapan skala perilaku interpersonal guru
dalam Model Perilaku Interpersonal Guru Model for Interpersonal Teacher BehaviourMITB, Questionnaire on Teacher Interaction QTI
secara khusus dikembangkan untuk tujuan tersebut. QTI pertama kali dikembangkan di Belanda di antara tahun 1978 dan 1984, yang terdiri
atas 77 item pertanyaan dengan lima point skala Likert dari “Tidak pernahTidak sama sekali” hingga “SelaluSangat”. Tidak berapa lama
sejak konstruksi QTI di Belanda, versi Amerika dikembangkan pada tahun 1988 dan diujikan sebanyak tiga kali dengan melibatkan guru dan
siswa dan menghasilkan 64 item dengan tingkat validitas dan reliabilitas baik, yang setara dengan QTI versi Belanda. Kemudian, versi QTI yang
lebih singkat dengan 48 item dikembangkan di Australia. Selanjutnya, QTI versi Amerika dan Australia menjadi titik permulaan bagi para
peneliti di negara-negara lainnya untuk mengembangkan QTI versi negara mereka
.
Secara umum, versi QTI yang berbeda-beda menampilkan hasil yang baik dan sebanding dengan versi asli Belanda
dan Amerika. Pada lintas budaya, den Brok 2006 menemukan perbedaan kedudukan skala empiris terhadap hipotesis, yang kemudian
mempengaruhi perbedaan pengartian dari sektor dan skala di antara negara-negara. Alhasil, hasil penelitian dari penggunaan QTI tidak
sebanding di antara beberapa negara pada level skala, namun sebanding pada level dimensi Maulana, dkk. 2012, hlm. 254.
Di Indonesia, penggunaan QTI pertama kali dilakukan oleh Fraser 2010 untuk mengukur persepsi mahasiswa perguruan tinggi
dalam 12 kelas ilmu komputer. Validasi QTI menunjukkan hasil yang memuaskan dan beberapa skala QTI memiliki korelasi yang cukup
signifikan terhadap sikap belajar mahasiswa. Meskipun penelitian ini tidak menyediakan informasi persepsi mahasiswa terhadap perilaku
interpersonal guru berdasarkan level dimensi, yang mana membuatnya sulit untuk dibandingkan dengan hasil penelitian dari negara lain.
Namun, penelitian ini memberikan informasi awal yang menunjukkan pentingnya hubungan interpersonal guru-siswa di Indonesia Maulana,
dkk. 2012, hlm. 255.
b. Profil Perilaku Interpersonal Guru