3 . Bagaimanakah kondisi perekonomian Kabupaten Pasuruan sebelum
penerapan otonomi daerah termasuk posisi dan peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten Pasuruan?
4 . Bagaimanakah dampak penerapan otonomi daerah terhadap kinerja industri
gula di Kabupaten Pasuruan?
1 .3 . Tujuan Penelitian
1 . Menelaah pelaksanaan penerapan otonomi daerah menurut Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 di Kabupaten Pasuruan dari sudut pandang kelembagaan.
2 . Mengkaji perubahan hubungan fungsional dan koordinasi antar
lembaga organisasi yang “membawahi” industri gula setelah penerapan kedua undang -undang tersebut.
3 . Menganalisis kondisi perekonomian Kabupaten Pasuruan sebelum
penerapan otonomi daerah termasuk posisi dan peranan industri gula dalam perekonomian Kabupat en Pasuruan.
4 . Menganalisis dampak penerapan otonomi daerah terhadap nilai produksi,
nilai tambah dan penciptaan kesempatan kerja pada industri gula di Kabupaten Pasuruan.
1.4. Kegunaan Penelitian
1 . Sebagai bahan evaluasi atas dampak penerapan otonomi daerah menurut
Undang -Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 di Kabupaten Pasuruan terhadap kinerja industri gula.
2 . Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi untuk
memaksimalkan penerapan otonomi daerah menurut Undang -Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang 25 Tahun 1999 dan atau mengurangi
akibat- akibat negatif dari penerapan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang -Undang No. 25 Tahun 1999.
3 . Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian terkait lebih lanjut.
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
I ndustri gula dalam penelitian ini meliputi usahatani tebu dan Pabrik Gula. Lembaga dalam penelitian ini adalah instansi pemerintahan dinas kehutanan dan
perkebunan, PG Kedawung, APTR dan kelompok tani. Kajian terhadap kelembagaan meliputi aspek organisasi institusi dan aspek regulasi. Analisis
terhadap kelembagaan bersifat deskriptif sedangkan analisis dampak menggunakan analisis keseimbangan umum menggunakan tabel I-O. Analisis
dampak dengan menggunakan tabel I-O dapat juga digunakan untuk melihat kinerja makro ekonomi regional, namun pada penelitian ini difokuskan untuk
melihat kinerja industri gula di Kabupaten Pasuruan. Pada analisis ini, adanya otonomi daerah ditunjukkan oleh perubahan alokasi dan peningkatan dana APBD
y ang diterima oleh Kabupaten Pasuruan sebagai akibat langsung adanya otonomi daerah serta perubahan tingkat investasi dan ekspor yang merupakan akibat
tidak langsung dari adanya otonomi daerah. Kinerja industri gula yang dimaksud dalam penelit ian ini diukur dari nilai produksi, nilai tambah bruto dan
penyerapan tenaga kerja oleh sektor industri gula. Penggunaan analisis input-output memiliki beberapa keterbatasan yang
sulit dihindarkan baik yang bersifat teknis maupun asumsi yang mendasari analisis ini. Keterbatasan tersebut antara lain:
1 . Analisis input-output didasarkan pada asumsi dasar Leontief, yakni
koefisien input antara dianggap konstan selama periode analisis. Koefisien input antara yang konstan ini mengabaikan kemungkinan substitusi faktor
produksi. Asumsi ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan karena kemungkinan substitusi selalu ada, apalagi dalam jangka panjang. Asumsi
ini juga menunjukkan bahwa teknologi produksi bersifat konstan. 2 .
Analisis input-output tidak mengenal mekanisme penyesuaian harga. Perubahan harga input diasumsikan akan selalu sebanding dengan
perubahan harga output. 3 .
Analisis input-output mengasumsikan bahwa sektor-sektor produksi diturunkan dari permintaan demand-driven atau dengan kata lain
perekonomian dibangun dari sudut permintaan. Dalam suatu perekonomian diasumsikan memiliki ekses kapasitas produksi sehingga peningkatan
permintaan selalu dapat dipenuhi dengan peningkatan output tanpa ada peningkatan harga. Jika terjadi peningkatan permintaan akhir secara
otomatis akan menggerakkan seluruh sektor perekonomian melalui proses pengganda ekonomi multiplier .
4 . Pada penelitian ini, dampak otonomi daerah melalui p erubahan APBD
dicerminkan hanya dari sisi pengeluaran , hal ini dikarenakan sisi penerimaan APBD tidak dinyatakan secara eksplisit dalam tabel I -O standar.
Sisi ini akan terlihat secara jelas bila kuadran I I I tabel I-O dirinci lebih jauh. Namun karena keterbatasan data, perincian kuadran I I I tidak dapat
dilakukan. 5 .
Kolom 305 ekspor pada Tabel I-O Kabupaten Pasuruan Tahun 2000 menunjukkan aliran barang dan jasa yang terjadi antara penduduk
Kabupaten Pasuruan dengan bukan penduduk Kabupaten Pasuruan. Keterbatasan data menyebabkan kolom ekspor disusun tanpa membedakan
antara ekspor antar daerah dengan ekspor luar negeri.
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Desentralisasi