terhadap rancangan desentralisasi fiskal adalah bahwa pemerintah daerah memprioritaskan upaya peningkatan PAD daripada peningkatan efektifitas
pengeluaran. Pengaruh respon daerah terhadap perubahan iklim usaha di daerah sangat dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan implementasi perubahan
kebijakan di lapangan, dimana kebijakan di sisi penerimaan tax policy biasanya berjalan lebih cepat dibandingkan dengan kebijakan di sisi pengeluaran
expenditure policy sehingga kondisi yang mungkin terjadi adalah memburuknya iklim usaha di daerah yang ditandai oleh meningkatnya hambatan perdagangan
domestik internal trade dan investasi. Studi Saad 2001 menunjukkan hasil y ang sama, bahwa sejak diberlakukannya otonomi daerah kapasitas keuangan di
daerah terlalu kecil untuk mengimbangi kewenangan dan tugas yang harus dijalankan oleh daerah dalam menyediakan pelayanan yang lebih berkualitas.
Alasan ini digunakan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaan melalui peningkatan berbagai pajak dan pungutan yang pada akhirnya
menghasilkan distrorsi dan inefisiensi di daerah.
2.3.2. Pengalaman Desentralisasi di Berbagai Negara
Selama dua dekade terakhir, konsep desentralisasi pemerintahan menjadi perhatian bagi penduduk di berbagai belahan dunia. Beberapa pengalaman
pelaksanaan desentralisasi di berbagai negara, dapat dijadikan pelajaran penting bagi kesuksesan pelaksanaan desentralisasi di I ndonesia.
Berikut ini adalah pelaksanan desentralisasi di beberapa negara yang mewakili berbagai benua,
Eropa, Asia, Amerika, Australia dan Afrika.
1. Hungaria
Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Hungaria dimulai pada tahun 1990. Sistem keuangan pemerintahan daerah yang baru, dibentuk dengan tujuan
untuk memberikan kebebasan pada pemerintah daerah dari kontrol pemerintah pusat yang berlebihan dan mendorong terciptanya pemerintah daerah yang lebih
bertanggung jawab dan akuntabel. Sebelum diberlakukannya sistem baru, Hungaria menganut sistem keuangan pemerintah yang terpusat dengan
pemerintahan yang disusun dalam sistem bertingkat multilevel . Adanya Undang -Undang pemerintahan daerah sendiri UU No. 65 1990
menyebabkan majelis kota tidak lagi berfungsi sebagai pemerintahan antara y ang menghubungkan pusat dan daerah. Pelaksanaan Undang-Undang ini
mendorong terjadinya pemekaran daerah sehingga sampai dengan tahun 1993 majelis lokal bertambah dua kali lipat menjadi 3 148. Dalam sistem pemerintahan
y ang baru, tanggung jawab pemerintah wilayah dikurangi secara dramatis, sebagai gantinya pemerintah Hungaria membentuk Komisioner Republik yang
berfungsi sebagai koordinator, pengawas dan peninjau kelayakan keputusan - keputusan daerah secara konstitusi dan hukum tetapi komisioner republik ini
tidak memiliki fungsi fiskal. Disamping itu, pemeritah pusat juga membentuk organisasi dekonsentrasi dari kementrian pusat di tingkat wilayah dan kabupaten
county untuk menjalankan dan mengawasi aktivitas- aktivitas departemen di tingkat wilayah.
Counties tetap bertanggung jawab terhadap pengeluaran -pengeluaran y ang terjadi di daerah dan melayani lebih dari satu daerah walaupun tanggung
jawab untuk mengumpulkan penerimaan makin dikurangi. Walaupun demikian, tidak selamanya county bertindak sebagai penyalur dana anggaran untuk
pembiayaan pembangunan daerah dari pemerintah pusat. Selama pemerintah daerah dapat mengambil- alih pelayanan y ang disediakan oleh county maka
county hanya akan menyediakan pelayanan -pelayanan yang sifatnya mahal.
Counties diperintah oleh suatu badan yang dipilih secara tidak langsung, counties tidak memiliki basis politik tertentu sehingga kota-kota dengan status county
tidak mempunyai wakil di majelis county . Sesuai dengan Undang-Undang pemerintahan daerah sendiri, daerah
akan memperoleh bantuan dari pemerintah pusat agar pemerintah daerah dapat melaksanakan tanggung jawab yang baru dengan lebih baik. Daerah juga
diberikan kekuasaan untuk memiliki, meminjam dan mengalihkan kekayaan daerah serta mendirikan, mengatur dan menjual perusahaan -perusahaan publik
Bird et al. , 1995.
2. Polandia