7.1.5. Struktur Ekspor dan I mpor
Ekspor dan impor barang dan jasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah transaksi ekonomi yang terjadi antara penduduk Kabupaten Pasuruan
dengan bukan penduduk Kabupaten Pasuruan. Transaksi ekonomi tersebut meliputi transaksi barang merchandise, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa
komunikasi maupun transaksi komoditas lainnya. Pada tahun 2000, kondisi neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan
mengalami surplus senilai Rp 1 529 583.25 j ut a. Angka ini merupakan selisih antara nilai ekspor Rp 4 689 303.50 juta dengan nilai impor Rp 3 159 720.26
j ut a. Rata-rata nilai neraca perdagangan untuk semua sektor ekonomi adalah Rp 38 239.58 j ut a. Transaksi ekspor, impor dan neraca perdagangan sektoral secara
lengkap disajikan pada Lampiran 12 . Walaupun secara total nilai neraca perdagangan mengalami surplus namun secara sektoral terdapat beberapa
sektor yang mengalami defisit atau neraca perdagangannya bernilai negatif. Analisis nilai ekspor secara sektoral menunjukkan bahwa tidak semua
sektor melakukan transaksi ekspor, dari 40 sektor yang ada, 13 sektor diantaranya tidak melakukan transaksi ekspor. Sektor yang paling banyak
menjual prod uknya ke luar Kabupaten Pasuruan adalah industri kimia lainnya, dengan nilai ekspor sebesar Rp 820 096.30 juta atau sebesar 17.49 persen dari
total nilai ekspor Kabupaten Pasuruan. Sektor berikutnya yang termasuk kedalam sektor yang memiliki kontribusi besar pada ekspor daerah Kabupaten Pasuruan
adalah industri furniture 12.16 persen, industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah 12.12 persen, industri makanan ternak 9.31
persen dan sektor sayur dan buah 9.24 persen. Jika dilakukan analisis lebih lanjut, terlihat bahwa sektor-sektor yang mengolah hasil pertanian agroindustri
merupakan sektor-sektor yang berkontribusi paling tinggi terhadap nilai ekspor Kabupaten Pasuruan Tabel 3 7. Dari nilai ekspor sebesar Rp 4 689 303.50 juta,
55.02 persen diantaranya merupakan ekspor produk-produk agroindustri, sementara produk-produk nonagroindustri hanya berkontribusi sebesar 28.59
persen. Sektor pertanian berkontribusi 10.54 persen dengan nilai ekspor sebesar Rp 494 040.87 j ut a. Tingginya ekspor sektor pertanian ini disebabkan oleh
tingginya kontribusi ekspor sayur dan buah. Beberapa komoditi buah -buahan y ang merupakan primadona ekspor Kabupaten Pasuruan adalah mangga, pisang
dan apel. Jika dilihat dari nilai impornya, sektor yang memiliki nilai impor terbesar
adalah sektor industri lainnya yakni Rp 659 091.31 juta atau 20.86 persen dari total impor Kabupaten Pasuruan. Sektor perikanan, kehutanan, tanaman
perkebunan lainnya dan industri barang dari logam merupakan sektor-sektor y ang memiliki nilai transaksi impor tertinggi dengan kontribusi berturut-turut
adalah 12.21 persen, 10.96 persen, 9.02 persen, 6.33 persen. I ndustri gula memiliki nilai impor sebesar Rp 85 912.22 juta atau berkontribusi sebesar 2.72
persen sedangkan tebu merupakan sekt or yang memiliki kontribusi kecil terhadap total nilai transaksi impor yakni 0.03 persen.
Sebagaimana pada transaksi ekspor, jika dilakukan agregasi dari 40 sektor menjadi 10 sektor maka terlihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor
y ang berkontribusi paling besar terhadap impor daerah Kabupaten Pasuruan. 41.88 persen Rp 1 323 303.70 juta impor Kabupaten Pasuruan berupa impor
produk-produk sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan, perikanan dan kehutanan. Ketiga subsektor ini memiliki kontribusi lebih dari 10 persen terhadap
total impor. Sektor berikutnya yang memiliki nilai impor tertinggi adalah sektor
nonag roindustri dengan kontribusi sebesar 29.74 persen, sedangkan impor produk-produk sektor agroindustri hanya 6.25 persen Tabel 3 7.
Analisis sektoral terhadap neraca perdagangan menunjukkan bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap neraca perdagangan
Kabupaten Pasuruan adalah sektor industri kimia lainnya. 52.82 persen nilai neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan merupakan kontribusi dari produk-
produk industri kimia lainnya. Sektor-sektor lain yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri furniture dengan kontribusi sebesar 36.69 persen atau senilai Rp
561 277.52 juta, industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah berkontribusi sebesar 36.68 persen atau senilai Rp 561 003.71 juta, sayur
dan buah berkontribusi sebesar 28.21 persen atau senilai Rp 431 541.30 juta serta industri makanan ternak yang berkontribusi sebesar 27.91 persen atau
senilai Rp 426 954.16 j ut a. I ndustri gula di Kabupaten Pasuruan termasuk kedalam sektor-sektor
y ang memiliki neraca perdagangan defisit senilai Rp 74 680.44 juta. Berbeda dengan industri gula, tebu sebagai bahan baku industri gula mengalami surplus
neraca perdagangan walaupun nilainya relatif kecil yakni Rp 1 106.20 juta atau 0.07 persen dari total nilai neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan. Hal ini
menunjukkan bahwa dari sisi ketersediaan bahan baku bagi industri gula Kabupaten Pasuruan, produksi tebu domestik relatif dapat diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi industri gula. Sementara itu, produk industri gula sendiri belum mampu untuk memenuhi kebutuhan gula daerah, khususnya untuk
memenuhi permintaan antara bagi industri- industri yang berbahan baku gula seperti industri makanan lain, industri susu dan makanan dari susu dan industri
minuman. Ketiga industri di atas merupakan industri- industri yang tergolong
industri besar dari sisi penciptaan nilai output sehingga dalam proses produksinya juga memerlukan bahan baku yang relatif besar.
Analisis neraca perdagangan dengan melakukan agregasi terhadap sektor-sektor perekonomian seperti yang disajikan pada Tabel 37, menunjukkan
bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan adalah sektor agroindustri.
Nilai surplus neraca perdagangan dari sektor ini lebih besar dari total nilai surplus p erdagangan
Kabupaten Pasuruan. Surplus neraca perdagangan sektor agroindustri mencapai Rp 2 382 703.23 juta atau sebesar 155.76 persen dari total surplus neraca
perdagangan. Sektor-sektor lain yang memiliki kontribusi besar terhadap surplus neraca perdagangan adalah sektor nonagroindustri yang berkontribusi sebesar
26.21 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berkontribusi sebesar 5.32 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki defisit
neraca perdagangan paling besar, yakni senilai Rp 829 262.83 juta atau sebesar 54.22 persen. Dari sisi penciptaan nilai output, sektor pertanian memiliki
kontribusi yang relatif besar namun dari sisi neraca perdagangan defisit yang dialami oleh sektor pertanian paling besar diantara sektor lainnya. Defisit neraca
perdagangan di sektor pertanian terutama disebabkan oleh adanya defisit pada subsektor perikanan 24.89 persen, perkebunan 23.01 persen dan kehutanan
22.64 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan akan sektor pertanian masih cukup besar, khususnya dalam rangka untuk mencukupi
kebutuhan bahan baku bagi sektor agroindustri. Hal ini dapat terlihat bahwa subsektor yang men galami defisit adalah produk-produk sektor pertanian yang
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Sektor agroindustri yang memiliki kontribusi besar , baik terhadap nilai output, nilai tambah bruto maupun terhadap
Tabel 3 7 . Persentase Nilai Ekspor, I mpor dan Neraca Perdagangan Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000 Agregasi 10 Sektor
Kode I O
Sektor Nilai Ekspor
Rank Nilai I mpor
Rank Neraca Perdagangan
Rank
1-14 Pertanian
10.535 3
41.880 1
-54.215 10
15 Pertambangan Penggalian
0.000 8
3.888 7
-8.032 7
16 -26 Agroindustri
55.024 1
6 .252 3
155.77 5 1
27 -31 Non Agroindustri
28.589 2
29.743 2
26.205 2
32 Listrik, Gas Air Bersih
0.000 9
2.982 8
-6.160 6
33 Bangunan
0.000 10
0.000 10
0.000 5
34 -35 Perdagangan, Hotel Resto
5.013 4
4.864 5
5.322 3
36 Angkutan Komunikasi
0.193 5
5.280 4
-10.314 9
37 Keuangan, Persewaan Jasa
Perusahaan 0.001
7 4.775
6 -9.861
8 38 -39
Jasa 0.6 44
6 0.336
9 1.280
4
Total 100.00
100.00 100.00
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
neraca perdagangan mer upakan pasar potensial bagi sektor pertanian di Kabupaten Pasuruan.
7.1.6 . Struktur Ketenagakerjaan