Dampak Perubahan APBD, I nvestasi Sw asta dan Ekspor

8.3. Dampak Perubahan APBD, I nvestasi Sw asta dan Ekspor

Pelaksanaan desentralisasi otonomi daerah diharapkan akan mendorong kelancaran arus perdagangan antar daerah melalui pemanfaatan keunggulan komparatif antar wilayah . Pemerintah Daerah memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendukung kegiatan produksi dan perdagangan bagi sektor-sektor y ang mem iliki keunggulan di wilayahnya, baik melalui regulasi maupun pengalokasian dana APBD yang lebih besar bagi sektor-sektor tersebut Damuri dan Amri, 2003. Dalam model I-O, kegiatan perdagangan baik perdagangan antar Kabupaten, antar Provinsi maupun antar Negara dimasukkan dalam kolom ekspor. Peranan ekspor terhadap permintaan akhir Tabel I O Total di Kabupaten Pasuruan mencapai 57.87 persen Tabel 33 sehingga perubahan -perubahan pada ekspor akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi perekonomian daerah. Pada periode sesudah otonomi daerah, ekspor di Kabupaten Pasuruan meningkat sebesar Rp 1 436 102.27 juta. Peningkatan ekspor tertinggi disumbang oleh sektor industri kimia lainnya yakni 23.98 persen. Artinya dari peningkatan ekspor senilai RP 1436 102.27 j ut a, Rp 344 433.31 juta merupakan ekspor dari produk-produk industri kimia lainnya. Selain dalam bentuk produk industri kimia lainnya, peningkatan ekspor Kabupaten Pasuruan terbesar disumbang oleh sektor industri furniture sebanyak 14.15 persen, sektor industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah sebanyak 11.97 persen dan industri logam dasar sebanyak 10.11 persen atau senilai Rp 171 894.48 juta. Peningkatan ekspor pada industri gula hanya menempati rangking ke-18 dari 40 sektor dengan nilai ekspor sebesar Rp 2 869.01 juta atau hanya berkontribusi sebesar 0.20 persen dari total peningkatan ekspor. Perbedaan nilai ekspor dan komposisi ekspor pada saat sebelum dan sesudah otonomi daerah secara lengkap disajikan pada Lampiran 16 . Kebijakan keuangan daerah yang dikuti oleh peningkatan investasi swasta dan ekspor menyebabkan peningkatan yang tinggi pada total produksi output domestik, NTB dan penyerapan lapangan kerja di Kabupaten Pasuruan . Kontribusi kebijakan terhadap perubahan output mencapai 22.89 persen atau senilai Rp 2 640 195.99 j ut a. Kebijakan ini menyebabkan p embentukan NTB dan penciptaan lapangan kerja masing-masing sebesar 21.37 persen dan 18.36 persen. Tidak seperti yang terjadi pada kebijakan skenario 1 peningkatan APBD dan 2 Peningkatan APBD dan investasi swasta, adanya peningkatan ekspor menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap pembentukan output dibandingkan dengan pembentukan NTB maupun penciptaan lapangan kerja. Dampak yang tercipta akibat penerapan kebijakan keuangan daerah yang diikuti dengan perubahan investasi swasta dan ekspor memiliki komposisi yang relatif tidak terkonsentrasi, yakni dilihat dari proporsi dampak masing-masing sektor terhadap dampak total. Hal ini tidak seperti yang terjadi pada kebijakan skenario 1 dan 2, dimana dampak output dan NTB yang tercipta hanya terkonsentrasi pada dua sektor yakni sektor pemerintahan umum dan pertahanan dan sektor industri lainnya, sementara dampak penyerapan tenaga kerjanya terkonsentrasi pada sektor bangunan , industri lain serta sektor pemerintahan umum dan pertahanan. Pada penerapan kebijakan ini, 5 sektor yang memiliki proporsi tertinggi terhadap total dampak output yang tercipta adalah sektor industri kimia lainnya 23.34 persen, industri lainnya 12.36 persen, industri logam dasar 8.73 persen, industri furniture 8.41 persen dan sektor I PP daging, ikan, sayur dan buah 6.86 persen. 5 sektor yang memiliki proporsi tertinggi terhadap total dampak NTB adalah sektor industri kimia lainnya 13.57 persen, industri lainnya 10.69 persen, industri logam dasar 9.55 persen, I PP daging, ikan, sayur dan buah 7.91 persen dan sektor perdagangan 7.49 persen sedangkan sektor- sektor yang memliki proporsi tertinggi terhadap total dampak penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan 15.63 persen, bangunan 13.45 persen, angkutan dan komunikasi 8.99 persen, industri kimia lainnya 6.26 persen, dan sektor jasa-jasa lainnya 5.4 2 persen. Kontribusi industri gula terhadap pembentukan dampak output, NTB dan penyerapan tenaga kerja relatif kecil kurang dari 1 persen, yakni berturut-turut adalah 0.55 persen , 0.98 persen dan 0.57 persen. Kinerja industri gula dan perkebunan tebu yang diukur dari pertambahan output, NTB dan penyerapan tenaga kerja pada kondisi penerapan kebijakan skenario 3 Peningkatan dana APBD, investasi swasta dan ekspor mengalami peningkatan yang relatif tinggi, yakni 12.45 persen untuk industri gula dan 14.39 persen untuk perkebunan tebu. Pelaksanaan kebijakan ini telah berkontribusi p ada peningkatan output industri gula dan perkebunan tebu, masing-masing senilai Rp 14 480.27 juta dan Rp 2 918.26 juta Tabel 60. NTB industri gula dan perkebunan tebu mengalami peningkatan senilai Rp 10 370.45 juta dan Rp 2 214.73 juta Tabel 61 sedangkan kontribusi kebijakan ini terhadap penyerapan lapangan kerja di industri gula dan perkebunan tebu masing-masing sebesar 675 orang dan 2 668 orang Tabel 62. Jika dilihat perbandingan kontribusi kebijakan terhadap pertambahan output, NTB dan kesempatan kerja pada sektor industri gula dan perkebunan tebu menunjukkan bahwa dampak kebijakan yang tercipta pada perkebunan tebu lebih tinggi 14.39 persen daripada yang terbentuk pada industri gula 12.45 persen. Hal ini disebabkan bahwa komposisi permintaan akhir industri gula lebih banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga 54.22 persen sedangkan permintaan akhir perkebunan tebu lebih banyak digunakan untuk ekspor 62.65 persen Lampiran 17 sehinggan shock kebijakan peningkatan ekspor telah memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap perkebunan tebu dibandingkan terhadap industri gula itu sendiri. Sektor-sektor yang memperoleh dampak terbesar dari adanya skenario kebijakan peningkatan APBD yang diikuti dengan peningkatan investasi swasta d an ekspor adalah sektor industri logam dasar 48.83 persen, industri barang dari logam 48.54 persen, bangunan 47.12 persen, pemerintahan umum dan pertahanan 45.15 persen dan sektor tambang dan galian 40.42 persen. Rincian dampak perubahan APBD, investasi swasta dan ekspor terhadap output, NTB dan kesempatan kerja disajikan pada Tabel 60, 61 dan 62.

8.4. SI NTESI S HASI L PENELI TI AN