Teori Kelembagaan dan Kebijakan Desentralisasi

pemerintah pusat sebagai transfer, yang dapat berupa bantuan pusat grants dengan berbagai jenisnya, bagi hasil pajak tax sharing, pinjaman dan penyertaan modal berupa investasi pemerintah pusat pada suatu pemerintah daerah. Selain dalam bentuk transfer, pemerintah daerah dapat memperoleh pendapatan melalui pajak daerah, retribusi, pinjaman dan laba badan usaha.

2.1.2. Teori Kelembagaan dan Kebijakan Desentralisasi

Pada dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian yaitu: kelembagaan sebagai suatu aturan main rule of the game dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suat u organisasi yang memiliki hierarkhi Williamson, 1985; Hayami dan Kikuchi, 1987 dan Bardan, 1989. Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak -hak dan perlindungan hak-hak serta tanggung jawabnya. Kelembagaan sebagai suatu organisasi menurut Winardi 1989, dapat dinyatakan sebagai sebuah kumpulan orang-orang yang dengan sadar berusaha untuk memberikan su mbangsih mereka ke arah pencapaian suatu tujuan umum. Kelembagaan sebagai organisasi biasanya menunjuk pada lembaga-lembaga formal seperti departemen dalam pemerintahan, koperasi, bank dan sebagainya. Menurut Shaffer dan Schmid dalam Pakpahan 1989 dan Hardjolukito et al. 1990, suatu kelembagaan institution baik sebagai suatu aturan main maupun sebagai suatu organisasi, dicirikan oleh adanya tiga komponen utama, yaitu: 1 . Batas kewenangan jurisdictional boundary Batas kewenangan merupakan batas wilayah kekuasaan atau batas otoritas yang dimiliki oleh seseorang atau pihak tertentu terhadap sumberdaya, faktor produksi, barang dan jasa. Dalam suatu organisasi, batas kewenangan menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam oganisasi tersebut. 2 . Hak kepemilikan property right Konsep property right selalu mengandung makna sosial yang berimplikasi ekonomi. Konsep Property right atau hak kepemilikan muncul dari konsep hak right dan kewajiban obligation dari semua masyarakat peserta yang diat ur oleh suatu peraturan yang menjadi pegangan, adat dan tradisi, atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat. Oleh karena itu tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan hak milik atau hak penguasaan apabila tidak ada pengesahan dari masyarakat sekitarnya. Pengertian di atas mengandung dua implikasi yakni, hak seseorang adalah kewajiban orang lain dan hak yang tercermin oleh kepemilikan ownership adalah sumber kekuasaan untuk memperoleh sumberdaya. 3 . Aturan representasi rule of representation Aturan representasi mengatur siapa yang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap performance akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputu san. Dalam proses ini bentuk partisipasi ditentukan oleh keputusan kebijaksanaan organisasi dalam membagi beban dan manfaat terhadap anggota dalam organisasi tersebut. Pembangunan kelembagaan merupakan suatu proses untuk memperbaiki kemampuan suatu lembaga institution dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia, berupa manusia human maupun dana financial secara efektif. Keefektifan suatu lembaga tergantung pada lokasi, aktivitas dan teknologi yang digunakan oleh suatu lembaga. Konsep ‘keefektifan’ effectiveness diartikan sebagai kemampuan suatu lembaga dalam mendefinisikan seperangkat standart dan menyesuaikannya dengan tujuan operasionalnya I srael, 1987. Penerapan kebijakan desentralisasi di I ndonesia melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang -Undang No. 25 Tahun 1999 mengharuskan pemerintah daerah untuk mengambil alih sebagian besar tanggung jawab dari fungsi-fungsi pemerintah pusat, sementara kewenangan pemerintah pusat hanya dibatasi pada kewenangan yang berskala nasional. Pemberian kewenangan baru ini memerlukan kerangka hukum dan peraturan -peraturan pelaksana yang jelas mengenai siapa mengerjakan apa. Selama fungsi- fungsi tersebut tidak dapat dinyatakan secara jelas maka akan terjadi berbagai interpretasi diantara pemerintah daerah. Oleh sebab itu, hal pertama yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat adalah dengan membuat suatu kebijakan yang lebih jelas mengenai pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah propinsi dan kabupaten kota Fane, 2003; Damuri dan Amri, 2003. Dalam teori organisasi, pengaturan dan pembagian kewenangan disebut dengan batas kew enangan jurisdictional boundary . Keberhasilan dalam memperoleh manfaat dari suatu kebijakan desentralisasi membutuhkan prasyarat-prasyarat tertentu, yaitu: kapasitas administratif yang baik dan pejabat -pejabat daerah yang responsif dan bertanggung jawab atas besarnya otoritas keuangan mereka Bahl dan Linn, 1994 dalam Bird dan Vaillancourt, 2000. Penyerahan tanggung jawab atas tugas dan fungsi yang baru dari pemerintah pusat perlu disertai dengan adanya kapasitas yang memadai dari kelembagaan termasuk pejabat-pejabat pemerintah daerah sebagai penerima. Pada sistem pemerintahan yang terdesentralisasi seluruh tanggung jawab termasuk fungsi-fungsi yang meliputi manajemen kepegawaian, pemrosesan data, kontrak dan berbagai pelayanan yang lain telah dialihkan kepada pegawai-pegawai di daerah. Menurut Alm et al. 2001, meningkatnya berbagai tugas pemerintah daerah tersebut menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan pegawai-pegawai daerah pada tahap pelaksanaannya, karena selama ini mereka tidak terbiasa menjalankan tugas- tugas tersebut. Oleh sebab itu, Damuri dan Amri 2003 menyatakan perlu menetapkan pedoman umum dari pemerintah pusat mengenai Standar Pelayanan Minimum SPM sehingga tidak menimbulkan perbedaan pemahaman dalam melaksanakan fungsi- fungsi yang berada dalam kewenangannya. Kebijakan desentralisasi sebagai salah satu ciri pemerintahan yang demokratis selalu terkait dengan adanya pemberdayaan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang mempunyai efek besar terhadap kualitas hidup Dethier, 2000; Ebel dan Yilmaz, 2001. Pada sistem yang terdesentralisasi dimana pengambilan keputusan ditentukan oleh partisipasi warga, pemerintah terpilih mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan agenda yang diamanatkan oleh pemilihnya. Ciri khusus adanya sistem desentralisasi fiskal adalah adanya dewan perwakilan daerah, anggaran yang disetujui daerah, kekuasaan melakukan pinjaman dan kapasitas pemerintah daerah untuk menarik pajak Bahl, 1999 dalam Ebel dan Yilmaz, 2001. Desentralisasi di I ndonesia telah merubah prosedur seleksi kepala daerah, dimana saat ini kepala daerah langsung bertanggung jawab kepada dewan perwakilan daerah. Melalui dewan perwakilan inilah aspirasi masyarakat dapat tersampaikan, oleh sebab itu pertanggungjawaban pemerintah daerah dapat diperbaiki melalui perbaikan proses pemilihan karena pemilih mempunyai kekuatan untuk menentukan komposisi dewan perwakilan dan pejabat daerah Alm et al. , 2001.

2.1.3. Tabel dan Analisis I nput Output