tebu lebih tinggi 14.39 persen daripada yang terbentuk pada industri gula 12.45 persen. Hal ini disebabkan bahwa komposisi permintaan akhir industri
gula lebih banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga 54.22 persen sedangkan permintaan akhir perkebunan tebu lebih banyak digunakan untuk
ekspor 62.65 persen Lampiran 17 sehinggan shock kebijakan peningkatan ekspor telah memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap perkebunan tebu
dibandingkan terhadap industri gula itu sendiri. Sektor-sektor yang memperoleh dampak terbesar dari adanya skenario
kebijakan peningkatan APBD yang diikuti dengan peningkatan investasi swasta d an ekspor adalah sektor industri logam dasar 48.83 persen, industri barang
dari logam 48.54 persen, bangunan 47.12 persen, pemerintahan umum dan pertahanan 45.15 persen dan sektor tambang dan galian 40.42 persen.
Rincian dampak perubahan APBD, investasi swasta dan ekspor terhadap output, NTB dan kesempatan kerja disajikan pada Tabel 60, 61 dan 62.
8.4. SI NTESI S HASI L PENELI TI AN
Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan oleh Bupati beserta
perangkatnya yakni Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga Teknis, Kecamatan dan Desa Kelurahan. Perangkat daerah tersebut berada di bawah dan langsung
bertangggung jawab kepada Bupati melalui Sekretariat Daerah. Secara umum, organisasi p erangkat daerah Kabupaten Pasuruan dibuat menjadi lebih
sederhana, yakni dengan menggabungkan atau menghilangkan bagian -bagian y ang tidak perlu seperti pada susunan organisasi sekretariat daerah dan dinas
daerah.
Pembentukan dinas daerah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah belum sepenuhnya diterapkan sesuai UU No. 22 Tahun 1999 karena adanya
perundangan yang saling bertentangan. Hal ini terjadi pada kewenangan bidang Tabel 60 .
Dampak Perubahan APBD, I nvestasi Swasta dan Ekspor Terhadap Output Sektoral
Sekt or Kondisi Aw al
Juta Rp Kondisi
Shock Juta Rp
Dampak Juta Rp
Perubahan
Padi 5 352.77
0.00 487.96
9.1160 Palawija
4 110.03 31.68
426.24 10.3707
Sayur Buah 844 392.33
1.25 18 403.64
2.1795
Tebu 20 284.00
713.00 2 918.26
14.3870
Kapuk Randu 60 510.00
15 720.03 19 315.46
31.9211 Kelapa
1 129.00 239.29
270.57 23.9658
Kopi 8 570.00
1 659.02 1 999.35
23.3296 Tembakau
4 191.76 541.88
544.16 12.9816
Kapas 10 440.00
0.00 1 429.25
13.6901 Tan Perkbnan Lain
3 667.79 -0.48
543.16 14.8090
Susu 146 799.43
0.00 35 806.93
24.3917 Peternakan Lainnya
45 039.01 171.45
7 917.32 17.5788
Kehutanan 7 804.72
-0.55 2 718.76
34.8349 Perikanan
74 244.40 1 192.82
10 920.90 14.7094
Pertamb. Galian 347.64
0.00 140.52
40.4196 I PP Daging, I kan,
Sayur Buah 787 663.10
145 144.97 181 067.21
22.9879 I GPT
390 104.74 10 919.50
36 522.90 9.3623
I nd. Susu Mknn dari Susu
455 000.17 80 785.60
116 223.56 25.5436
I nd. Gula 116 270.13
2 729.08 14 480.27
12.4540
I nd. Mknn Trnak 457 069.00
111 531.34 116 360.95
25.4581 I nd. Makanan Lain
1 254 210.60 60 090.46
130 399.51 10.3969
I nd. Minuman 319 311.96
27 203.11 41 595.82
13.0267 I nd. Rokok Tembakau
102 090.47 0.00
25.63 0.0251
I nd. Kapuk Randu 20 699.06
1 316.05 5 176.16
25.0067 I nd. Tekstil Pakaian
Jad i 694 069.84
41 945.26 93 386.46
13.4549 I nd. Furniture
634 683.64 212 205.46
222 071.70 34.9894
I nd. Pupuk Pest. 3 528.47
0.00 661.70
18.7531 I nd. Kimia Lainnya
1 801 802.13 343 735.45
616 346.39 34.2072
I nd. Logam Dasar 472 178.25
174 572.55 230 5 51.82
48.8273 I nd. Barang dari Logam
95 716.67 29 086.94
46 464.29 48.5436
I ndustri Lainnya 1 029 750.86
179 037.05 326 378.28
31.6949 Listrik, Gas Air Bersih
92 551.27 1 711.96
16 395.20 17.7147
Bangunan 44 616.82
20 983.82 21 024.24
47.1218 Perdaga ngan
554 549.66 69 355.33
105 562.93 19.0358
Hotel Restoran 120 180.53
14 156.97 20 417.85
16.9893 Angkutan Komunikasi
183 475.57 9 132.31
46 780.19 25.4967
Keu, SewaJasa Perush 203 753.08
515.30 34 665.62
17.0135 Jasa Pemerintahan
Umum Perthnan 170 751.40
77 100.93 77 100.93
45.1539 Jasa-Jasa Lainnya
295 431.94 16 888.51
36 693.91 12.4204
Kegiatan yng tak Jls Batasannya
0.00 0.00
0.00 -
Tot al 11 536 342.25
1 650 417.34 2 640 195.99
22.8859
Tabel 61 . Dampak Perubahan APBD, I nvestasi Swasta dan Ekspor Terhadap
NTB Sektoral
Sekt or Kondisi Aw al
Juta Rp Kondisi
Shock Juta Rp
Dampak Juta Rp
Perubahan
Padi 4 811.44
0.00 438.61
9.1160 Palawija
3 722.67 31.68
386.07 10.3707
Sayur Buah 793 827.85
1.25 17 301.58
2.1795
Tebu 15 394.01
713 .00 2 214.73
14.3870
Kapuk Randu 55 503.33
15 720.03 17 717.28
31.9211 Kelapa
941.21 239.29
225.57 23.9658
Kopi 7 274.40
1 659.02 1 697.09
23.3296 Tembakau
3 229.76 541.88
419.28 12.9816
Kapas 9 576.18
0.00 1 310.99
13.6901 Tan Perkbnan Lain
3 344.29 -0.48
495.26 14.8090
Susu 111 063.91
0.00 27 090.42
24.3917 Peternakan Lainnya
38 386.76 171.45
6 747.94 17.5788
Kehutanan 7 437.17
-0.55 2 590.73
34.8349 Perikanan
66 498.67 1 192.82
9 781.55 14.7094
Pertamb. Galian 225.14
0.00 91.00
40.4196 I PP Daging, I kan,
Sayur Buah 363 301.52
145 144.97 83 515.39
22.9879 I GPT
28 532.15 10 919.50
2 671.27 9.3623
I nd. Susu Mknn dari Susu
112 791.23 80 785.60
28 810.97 25.5436
I nd. Gula 83 270.08
2 729.08 10 370.45
12.4540
I nd. Mknn Trnak 154 098.40
111 531.34 39 230.48
25.4581 I nd. Makanan Lain
233 129.65 60 090.46
24 238.35 10.3969
I nd. Minuman 112 986.98
27 203.11 14 718.48
13.0267 I nd. Rokok Tembakau
38 499.41 0.00
9.67 0.0251
I nd. Kapuk Randu 4 980.21
1 316.05 1 245.39
25.0067 I nd. Tekstil Pakaian
Jadi 193 279.99
41 945.26 26 005.64
13.4549 I nd. Furniture
215 320.84 212 205.46
75 339.37 34.9894
I nd. Pupuk Pest. 901.20
0.00 169.00
18.7531 I nd. Kimia Lainnya
418 983.35 343 735.45
143 322.55 34.2072
I nd. Logam Dasar 206 637.30
174 572.55 100 895.38
48.8273 I nd. Barang dari Logam
58 511.47 29 086.94
28 403.55 48.5436
I ndustri Lainnya 356 401.26
179 037.05 112 960.95
31.6949 Listrik, Gas Air Bersih
52 941.54 1 711.96
9 378.45 17.7147
Bangunan 22 665.35
20 983.82 10 680.31
47.1218 Perda gangan
415 670.68 69 355.33
79 126.21 19.0358
Hotel Restoran 53 016.39
14 156.97 9 007.12
16.9893 Angkutan Komunikasi
136 066.62 9 132.31
34 692.47 25.4967
Keu, SewaJasa Perush 164 942.86
515.30 28 062.62
17.0135 Jasa Pemerintahan
Umum Perthnan 170 751.40
77 100.93 77 100.93
45.1539 Jasa-Jasa Lainnya
224 316.88 16 888.51
27 861.12 12.4204
Kegiatan yng tak Jls Batasannya
0.00 0.00
0.00 -
Tot al 4 943 233.54
1 650 417.34 1 056 324.22
21.3691
Tabel 62 . Dampak Perubahan APBD, I nvestasi Swasta dan Ekspor Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
Sekt or Kondisi Aw al
Orang Kondisi
Shock Juta Rp
Dampak Orang
Perubahan
Padi 1 677
0.00 153
9.1160 Palawija
1 013 31.68
105 10.3707
Sayur Buah 173 953
1.25 3 791
2.1795
Tebu 18 544
7 1 3 .00 2 668
14.3870
Kapuk Randu 10 496
15 720.03 3 350
31.9211 Kelapa
1 144 239.29
274 23.9658
Kopi 5 417
1 659.02 1 264
23.3296 Tembakau
428 541.88
56 12.9816
Kapas 608
0.00 83
13.6901 Tan Perkbnan Lain
1 075 -0.48
159 14.8090
Susu 19 094
0.00 4 657
24.3917 Peternakan Lainnya
15 653 171.45
2 752 17.5788
Kehutanan 2 233
-0.55 778
34.8349 Perikanan
14 391 1 192.82
2 117 14.7094
Pertamb. Galian 3 282
0.00 1 327
40.4196 I PP Daging, I kan,
Sayur Buah 15 078
145 144.97 3 466
22.9879 I GPT
2 175 10 919.50
204 9.3623
I nd. Susu Mknn dari Susu
5 061 80 785.60
1 293 25.5436
I nd. Gula 5 417
2 729.08
675
12.4540
I nd. Mknn Trnak 5 694
111 531.34 1 450
25.4581 I nd. Makanan Lain
19 543 60 090.46
2 032 10.3969
I nd. Minuman 7 384
27 203.11 962
13.0267 I nd. Rokok Tembakau
3 487 0.00
1 0.0251
I nd. Kapuk Randu 1 523
1 316.05 381
25.0067 I nd. Tekstil Pakaian
Jadi 8 972
41 945.26 1 207
13.4549 I nd. Furniture
12 261 212 205.46
4 290 34.9894
I nd. Pupuk Pest. 137
0.00 26
18.7531 I nd. Kimia Lainnya
21 8 31 343 735.45
7 468 34.2072
I nd. Logam Dasar 10 149
174 572.55 4 955
48.8273 I nd. Barang dari Logam
3117 29 086.94
1 513 48.5436
I ndustri Lainnya 19 392
179 037.05 6 146
31.6949 Listrik, Gas Air Bersih
2 811 1 711.96
498 17.7147
Bangunan 34 051
20 983.82 16 045
47.1218 Perdagangan
97 955 69 355.33
18 647 19.0358
Hotel Restoran 26 548
14 156.97 4 510
16.9893 Angkutan Komunikasi
42 045 9 132.31
10 720 25.4967
Keu, SewaJasa Perush 7376
515.30 1 255
17.0135 Jasa Pemerintahan
Umum Perthnan 3 450
77 100.93 1 558
45.1539 Jasa-Jasa Lainnya
52 030 16 888.51
6 462 12.4204
Kegiatan yng tak Jls Batasannya
0.00 -
Tot al 676 495
1 650 417.34 119 297
18.364 8
pertanahan dimana perundangan keagrariaan masih mengacu pada UU No. 5 Tahun 1960 yang meny atakan bahwa masalah keagrarian merupakan wewenang
Pemerintah Pusat sehingga dikeluarkanlah Keppres No. 10 Tahun 2000 dan Keppres No. 62 Tahun 2001 serta Surat Kepala BPN yang secara tegas menarik
kembali kewenangan bidang pertanahan. Pencabutan UU dengan Keppres menunjukkan adanya suatu kejanggalan karena kekuatan hukum Keppres lebih
rendah daripada UU. Seharusnya pencabutan kewenangan ini juga melalui penetapan UU yang baru. Konsekuensi lain yang terjadi akibat kebijakan otonomi
daerah adalah tersendatnya program kerja dinas yang disebabkan oleh ketidaksiapan sumber daya di daerah.
Kewenangan terhadap pengelolaan keuangan daerah juga belum dapat direspon dengan baik oleh pemerintah daerah Kabupaten Pasuruan. Penerimaan
daerah masih mengandalkan sumber-sumber eksternal DAU dan DAK sementara peran sumber-sumber internal PAD dan Bagi Hasil hanya
berkontribusi sebesar 16.39 persen terhadap total penerimaan. Pengeluaran daerah juga masih didominasi oleh pengeluaran rutin dengan proporsi 61.92
persen terhadap total pengeluaran. Namun seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintah daerah dalam pembiayaan pembangunan maka
proporsi pengeluaran pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan peningkatan propo rsi
pengeluaran pembangunan terhadap total pengeluaran dari 20.31 persen menjadi 38.08 persen.
Lemahnya kemampuan pengelolaan keuangan daerah terlihat pada pengalokasian dana APBD dimana peningkatan pengeluaran yang relatif tinggi
terjadi pada pos-pos anggaran yang penggunaannya tidak jelas seperti pada pos pengeluaran tidak termasuk bagian lain dan pengeluaran tidak tersangka.
Meningkatnya dana yang dialokasikan ke daerah dan ketidaksiapan pada
pengelolaanya menyebabkan proporsi sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu SI LPA dari anggaran Tahun 2001 menjadi sangat tinggi 22.31 persen terhadap
total penerimaan anggaran Tahun 2002. Kelembagaan yang membawahi industri gula di Kabupaten Pasuruan tidak
banyak dipengaruhi oleh adanya kebijakan otonomi daerah. Kelembagaan ini justru mengalami perubahan yang cukup besar setelah adanya pencabutan
I npres No. 9 Tahun 1975 dan diganti dengan I npres No. 5 tahun 1998. Semenjak pemberlakuan I npres tersebut, industri gula telah menerima ‘otonomi’ artinya
Pemerintah Pusat telah menyerahkan program pengembangan tebu rakyat kepada petani dan pabrik gula yang bertindak sebagai PKOL dengan koordinasi
oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Pembentukan APTR-W Asosiasi Petani Tebu Rakyat Wilayah tingkat PG Kedawung juga did orong oleh adanya ‘otonomi’
dalam distribusi gula pasca monopoli Bulog yang diikuti dengan turunnya harga gula. Peran APTR-W sangat besar dalam rangka melakukan lobby dan
negoisasi harga gula pada saat lelang gula. D inas Kehutanan dan Perkebunan Kabupat en Pasuruan hanya berfungsi sebagai fasilitator dan mediator bagi petani
dan pabrik gula, walaupun secara fungsional dinas ini bertanggung jawab atas pelaksanaan pengembangan tebu rakyat. Selama pelaksanaan otonomi daerah,
Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan telah menyalurkan kredit bagi petani tebu melalui PG Kedawung yang dananya bersumber dari DAU.
Analisis terhadap Tabel I-O menun jukkan bahwa industri gula di Kabupaten Pasuruan belum dapat digolongkan sebagai sektor yang dominan
dalam perekonomian daerah jika dilihat dari kontribusinya terhadap total nilai output domestik, total nilai tambah dan total tenaga kerja. Analisis terhadap
neraca perdagangan memperlihatkan bahwa industri gula belum mampu untuk
memenuhi kebutuhan domestik sedangkan neraca perd agangan perkebunan tebu menunjukkan bahwa perkebunan tebu di Kabupaten Pasuruan relatif
mampu untuk memasok kebutuhan bahan baku bagi industri gula. Perkebunan tebu di Kabupaten Pasuruan memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi jika
dilihat dari nilai labor coeffic ientnya. Begitu juga dengan industri gula, daya serap tenaga kerja pada industri gula masih lebih tinggi dibandingkan dengan daya
serap tenaga kerja pada industri-industri lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan tebu dan industri gula mampu diandalkan dalam rangka
mengurangi pengangguran di Kabupaten Pasuruan, apalagi kondisi tenaga kerja di daerah ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerjanya
b erpendidikan rendah hanya 2.13 persen angkatan kerja yang menamatkan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Output industri gula di Kabupaten Pasuruan sebagian besar digunakan sebagai permintaan antara 78.43 persen dari total permintaan domestik namun
keterkaitan ke depan industri gula terhadap sektor lain relatif rendah dan t erkonsentrasi pada empat sektor yaitu industri minuman, industri makanan
lainnya, industri susu dan makanan dari susu serta industri gula sendiri. Keterkaitan ke belakang industri gula terhadap sektor-sektor penyedia inputnya
relatif tinggi walaupun hanya terkonsentrasi pada perkebunan tebu,
perdagangan, industri lainnya dan industri gula sendiri. Dari nilai koefisien keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan
menunjukkan bahwa upaya efektif untuk mendorong peningkatan produksi industri gula adalah melalui peningkatan permintaan produk industri minuman.
Sedangkan koefisien keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan bahwa peningkatan terhadap permintaan akhir industri gula akan
lebih banyak dinikmati oleh perkebunan tebu sebagai penyedia bahan baku utama industri gula. Peranan permintaan akhir industri gula terhadap penciptaan
output, nilai tambah dan kesempatan kerja di Kabupaten Pasuruan ternyata lebih banyak dinikmati oleh perkebunan tebu dan industri gula itu sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa pengembangan industri gula sangat penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan perkebunan tebu di Kabupaten Pasuruan.
Analisis terhadap koefisien pengganda multiplier menunjukkan bahwa industri gula relatif lemah dalam mendorong penciptaan output pada sektor-
sektor ekonomi lain namun mampu mendorong penciptaan pendapatan dan kesempatan kerja pada sektor-sektor ekonomi lain yang relatif besar. Walaupun
nilai pengganda output industri gula relatif kecil namun dampak yang dinikmati oleh perkebunan tebu relatif besar sehingga sejalan dengan analisis keterkaitan
diatas bahwa pengembangan industri gula mampu mendorong pertumbuhan perkebunan tebu di Kabupaten Pasuruan.
Pelaksanaan otonomi daerah yang ditunjukkan oleh adanya perubahan APBD dan alokasinya yang tidak lagi ditentukan oleh pemerintah pusat membawa
dampak negatif terhadap kinerja industri gula dan sekaligus perkebunan tebu. Alokasi anggaran khususnya pada industri gula yang menurun menyebabkan
terjadinya penurunan output, NTB dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri gula dan perkebunan tebu . Penurunan pengeluaran pemerintah untuk industri
gula yang dimaksud dalam analisis ini adalah berkurangnya pengeluaran Pemda untuk konsumsi output industri gula sehingga walaupun pada masa otonomi
daerah Pemda Kabupaten Pasuruan telah menyalurkan kredit untuk petani melalui PG dalam pencatatan tabel I-O tidak dimasukkan kedalam kolom 302.
Peningkatan total investasi swasta juga belum dapat meningkatkan produksi industri gula dan perkebunan tebu namun hanya mengurangi
penurunan produksi yang diakibatkan oleh kebijakan alokasi APBD. Peningkatan ekspor daerah merupakan skenario terbaik dalam menghasilkan peningkatan
kinerja industri gula. Kebijakan APBD yang diikuti oleh peningkatan investasi swast a dan ekspor daerah mendorong peningkatan produksi, nilai tambah dan
penyerapan tenaga kerja pada industri gula dan perkebunan tebu serta perekonomian daerah secara keseluruhan. Secara ringkas tujuan, metode analisis
dan kesimpulan dari penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat pada Lampiran 18.
I X. KESI MPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan