. Keuangan Daerah .1. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah

Hasil wawancara dengan key person menyatakan bahwa pada tahap pelaksanaan, otonomi daerah di Kabupaten Pasuruan telah menimbulkan permasalahan diantaranya adalah kesalahan interpretasi mengenai siapa mengerjakan apa karena belum adanya aturan yang tegas dan jelas antara pusat, provinsi dan kabupaten. Akibat tidak adanya peraturan tersebut, pada awal pelaksanaan otonomi daerah pernah terjadi bahwa dinas daerah tidak memiliki program kerja yang jelas untuk dijalankan. Selain peraturan yang belum jelas, ketidak siapan sumber daya di daerah juga menjadi penyebab tersendat nya program kerja dinas. Dengan otonomi daerah, sistem yang berlaku adalah sistem bottom up , dimana para pegawai dituntut untuk lebih banyak berinisiatif dan melakukan perencanaan sendiri atas program kerja yang akan dijalankan sesuai dengan kebutuhan daerah. Perencanaan yang harus dilakukan meliputi perencanaan kegiat an dan perencanaan pembiayaan kegiatan. Jika Pemda Kabupaten Pasuruan tidak memiliki dana yang cukup maka pembiayaan kegiatan diperoleh dari pusat dengan jalan mengajukan program kerja tersebut pada departemen yang bersangkutan. Pegawai– pegawai dinas yang telah terbiasa dengan sistem top down yakni menjalankan instruksi dari pusat, mengalam i kesulitan untuk membuat perencanaan yang bagus. 6.2 . Keuangan Daerah 6.2 .1. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Selain perubahan pada struktur organisasinya, pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah juga telah mengakibat kan beberapa perubahan kondisi keuangan daerah. Kondisi keuangan daerah atau biasa juga disebut kondisi fiskal daerah dapat dilihat dari sisi penerimaan dan dari sisi pengeluaran. Dari strukt urnya, sisi penerimaan mengalami perubahan yang relatif lebih banyak dibandingkan dari sisi pengeluaran yaitu adanya dana transfer yang berupa Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus ini menggantikan pos Sumbangan Daerah Otonom SDO dan Bantuan Pembangunan, namun pada dasarnya memiliki fungsi yang sama sebagai equalization fund . Perbedaan antara kedua jenis transfer sebelum dan sesudah otonomi daerah adalah SDO dan Bantuan Pembangunan merupakan transfer yang bersifat khusus karena penggunaannya telah ditetapkan oleh pusat sedangkan DAU dan DAK bersifat u mum karena pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan Mahi dan Adriansyah, 2002. Dalam penelitian ini, kajian terhadap kondisi keuangan daerah kabupaten Pasuruan dilakukan dengan melihat komposisi penerimaan dan pen geluaran daerah pada Tahun Anggaran 1998 1999 sampai dengan Tahun Anggaran 2000 untuk periode sebelum otonomi daerah dan Tahun Anggaran 2001 sampai dengan Tahun Anggaran 2003 untuk periode sesudah otonomi. Rincian realisasi penerimaan daerah Kabupaten Pasu ruan pada periode sebelum dan sesudah otonomi daerah disajikan pada Lampiran 5 sedangkan untuk rincian realisasi pengeluarannya disajikan pada Lampiran 6 . Pada dasarnya, sumber penerimaan pemerintah daerah dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yakni 1 sumber internal yang terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu SI LPA, Pendapatan Asli Daerah PAD dan Penerimaan Bagi Hasil dan 2 sumber eksternal yang terdiri dari DAU dan DAK SDO dan Bantuan Pembangunan sebagai block grants dari pemerintah pusat dan pinjaman daerah. Selama TA 1998 1999–TA 2000, komposisi penerimaan daerah sebagian besar berasal dari Dana Perimbangan yakni sebesar 76.83 persen dan 69.16 persen dari total penerimaan daerah Kabupaten Pasuruan merupakan dana SDO dan Bantuan Pembangunan. Sementara itu, PAD sebagai kekuatan keu angan daerah hanya berkontribusi sebesar 11.89 persen. Pada permulaan penerapan kebijakan desentralisasi, peranan Dana Perimbangan makin meningkat sebagai wujud adanya pengalihan kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah maka kewenangan terhadap keuangan daerah pun makin meningkat. Pada TA 2001 kontribusi Dana Perimbangan melonjak menjadi 88.14 persen dan 81.59 persen diantaranya merupakan pos DAU sebagai dana transfer baru yang bertujuan untuk memantapkan kemampuan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan kewenangan baru desentralisasi . Pada tahun -tahun berikutnya yakni TA 2002 dan 2003, kontribusi DAU semakin mengecil seiring dengan makin menurunnya nilai nominal DAU yang diberikan Pemerin tah Pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan. Secara rata-rata, pada periode TA 2001 -TA 2003, peranan Dana Perimbangan yang berasal dari DAU dan DAK sebesar 64.87 persen dari total penerimaan. Seper ti yang terlihat pada Tabel 24 komposisi penerimaan daerah yang berasal dari PAD dan Dana Perimbangan secara umum tidak mengalami perubahan yang besar walaupun pada periode sesudah otonomi daerah kontribusi PAD dan Dana Perimbangan sedikit mengalami penurunan. Perbedaan y ang paling besar dari sisi penerimaan antara sebelum dan sesudah otonomi daerah adalah pada pos SI LPA yang mengalami laju pertumbuhan cukup tinggi, yakni sebesar 416.37 persen sehingga pada periode ini kontribusi SI LPA relatif jauh melampaui kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Tabel 24 . Kontribusi dan Pertumbuhan Penerimaan Daerah Kabupaten Pasuruan Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Sebelum Ot onomi Daerah TA 1 9 9 8 1 9 9 9 - TA 2 0 0 Sesudah Otonomi Daerah TA 2 0 0 1 – TA 2 0 0 3 Jenis Penerimaan Kontribusi Pertumbuhan Kont ribusi Pertumbuhan SI LPA 11.29

85.68 1 6 .8 4