output tipe II untuk semua sektor yang mencapai 1.82. Sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda output tipe I I peringkat lima terbesar berturut-turut
adalah industri makanan lain 2.91, industri kimia lain 2.90, industri pupuk dan pestisida 2.88, industri tekstil dan pakaian jadi 2.81 dan industri makanan
ternak 2.61. Nilai pengganda output tipe I dan I I sektoral disajikan pada Tabel 48.
Jika nilai pengganda output pada industri gula dianalisis lebih lanjut terlihat bahwa efek putaran pertama dari meningkatnya permintaan akhir
industri gula lebih banyak dinikmati oleh sektor perkebunan tebu. Apabila permintaan akhir industri gula meningkat 1 satuan maka efek putaran pertama
pada semua sektor sebesar 0.24 satuan dan efek putaran pertama yang dinikmati oleh sektor perkebunan tebu adalah 0.14 satuan 58.33 persen dari
total efek putaran pertama. Nilai pengganda output industri gula di Kabupaten Pasuruan disajikan pada Tabel 49.
2. Pengganda Pendapatan
Konsep pengganda output hanya men unjukkan tingkat ketergantungan interdependence struktural dari masing-masing sektor terhadap sektor-sektor
lain dalam perekonomian. Dalam perspektif pembangunan ekonomi, pengaruh penciptaan kesempatan kerja dan pendapatan merupakan hal yang lebih
diperh atikan Richardson, 1972 dalam Siregar, 1998. Nilai pengganda pendapatan tipe I industri gula relatif tinggi yakni
mencapai 1.97 dan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata nilai pengganda pendapatan seluruh sektor yang hanya 1.47. Nilai in i menunjukkan
bahwa apabila permintaan akhir industri gula meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor sebesar 1.97 satuan,
b aik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai pengganda pendapatan industri gula menduduki peringkat ke-5 dari 40 sektor sedangkan empat sektor
lainnya yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar adalah sektor industri makanan ternak 3.26, industri susu dan makanan dari susu 3.23,
industri kapuk randu 2.75 dan industri barang dari logam 2.42. Sementara itu nilai pengganda pendapatan pada perkebunan tebu hanya sebesar 1.15. Hal ini
disebabkan rasio upah tenaga kerja pada sektor industri gula Rp 8.29 juta TK jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan tebu Rp 0.54 juta TK
sehingga nilai pengganda pendapatan yang tecipta dari industri gula lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan tebu.
I ndustri gula juga memiliki nilai pengganda pendapatan tipe I I yang relatif besar yakni 2.88. Nilai tersebut berarti jika terjadi peningkat an permintaan
akhir industri gula sebesar 1 satuan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga seluruh sektor, baik secara lansung maupun tidak langsung termasuk
faktor induksi sebesar 2.88 satuan. Besarnya induksi konsumsi dari industri gula adalah 0.91 sat uan. Nilai ini merupakan peranan konsumsi rumah tangga dalam
rangka menciptakan pengganda di semua sektor ekonomi, tiap perubahan satu satuan output industri gula. Nilai pengganda pendapatan Kabupaten Pasuruan
untuk masing -masing sektor disajikan pada Tabel 50. Besar pengganda pendapatan yang diciptakan oleh industri gula
menunjukkan bahwa sektor industri gula relatif potensial dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun demikian sama halnya dengan pengganda
output, dampak pengganda pendapatan yang ditimbulkan sebagian besar hanya dapat dinikmati oleh sektor industri gula itu sendiri Tabel 51. Sektor yang
memperoleh dampak terbesar kedua dari pengganda pendapatan industri gula adalah sektor perkebunan tebu.
3. Pengganda Tenaga Kerja