3.59 3.79 Kondisi I ndustri Gula di Kabupaten Pasuruan

pulih dari dampak krisis ekonomi, hal ini ditunjukkan oleh rerata pertumbuhan y ang negatif. Tabel 17 . Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pasuruan Tahun 1998-2004 Sekt or 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Pertanian -4.17 1.58 2.69 0.18 2.45 2.26 2.19 Pertambangan dan Penggalian -63.86 -6.37 -18.18 8.46 13.25 -7.86 -9.25 I ndustri Pengolahan -28.52 1.44 4.30 4.66 3.46 4.78 5.68 Listrik, Gas dan Air 3.94 7.92 3.11 13.50 10.54 4.40 7.65 Bangunan -49.25 -10.05 -0.61 6.18 7.78 8.83 10.01 Perdagangan, Hotel dan Restoran -19.66 2.03 4.51 5.59 5.10 5.16 5.79 Angkutan dan Komunikasi -3.20 8.00 7.05 8.67 9.67 4.22 2.48 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -22.39 -3.48 2.26 4.60 5.30 5.14 5.11 Jasa-jasa -3.85 -0.06 2.17 3.17 2.24 2.62 2.66 Total -15.85

1.54 3.59

3.74 3.79

3.90 4.37

Sumber: PDRB Kabupaten Pasuruan 1998- 2004, diolah Tin gginya pertumbuhan sektor pertanian ini didukung oleh pertumbuhan y ang relatif tinggi dari ketiga sub sektornya yakni, sub sektor tanaman pangan 1.68 persen, sub sektor perikanan 1.53 persen dan sub sektor perkebunan 0.43 persen sedangkan sub sektor peternakan dan kehutanan masih mengalami kontraksi masing-masing -2.50 persen dan -8.3 4 persen. Pertumbuhan sektor pertanian ini merupakan salah satu indikator bahwa sektor pertanian di kabupaten Pasuruan masih menjadi sektor andalan dalam menggerakkan perekonomian daerah.

5.4.2. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari kontribusi masing- masing sektor ekonomi terhadap total nilai produksi yang dihasilkan oleh semua sektor ekonomi. Semakin tinggi kontribusi suatu sektor akan menun jukkan pentingnya peranan sektor tersebut dalam perekonomian suatu daerah. Kontribusi masing -masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Pasuruan tahun 1998-2004 secara rinci disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Distribusi PDRB Kabupaten Pasuruan Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 1999-2004 Sekt or 1999 2000 2 0 0 1 2 0 0 2 2003 2004 Pertanian 32.15 31.95 31.13 30.67 29.98 28.82 Pertambangan dan Penggalian 0.02 0.02 0.02 0.03 0.02 0.02 I ndustri Pengolahan 33.86 33.89 33.70 33.47 33.85 34.88 Listrik, Gas dan Air 1.57 1.88 2.28 2.78 2.96 3.10 Bangunan 0.85 0.86 0.90 0.97 1.04 1.13 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.70 15.29 15.49 15.57 15.71 15.80 Angkutan dan Komunikasi 3.21 3.05 3.20 3.42 3.42 3.38 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.54 3.25 3.21 3.24 3.28 3.32 Jasa- j asa 10.11 9.82 10.06 9.85 9.73 9.55 Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: PDRB Kabupaten Pasuruan 1999-2004, diolah Pada Tabel 18 di atas terlihat bahwa struktur ekonomi Kabupaten Pasuruan selama enam kurun waktu terakhir didominasi oleh tiga sektor yaitu sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran . Selama t ahun 1999 -2004 rata-rata kontribusi sektor pertanian 30.78 persen dan sektor industri pengolahan 33.94 terhadap total PDRB hampir seimbang yakni di atas 30 persen. Jika dibandingkan dengan tahun -tahun sebelumnya 1993-1997, struktur ekonomi Kabupaten Pasuruan dikuasai oleh sektor industri pengolahan dengan pangsa lebih dari 40 persen. Namun sejak terjadinya kirisis ekonomi, pangsa sektor industri mengalami penurunan dari 49.45 persen pada tahun 1997 menjadi 35.14 persen pada tahun 1998. Sementara itu, peranan sektor pertanian meningkat dari 27.04 persen menjadi 30.90 persen pada tahun yang sama. Pada dasarnya dinamika industri pengolahan di Kabupaten Pasuruan tergantung pada dinamika sub sektor agroindustri, karena lebih dari 55 persen nilai industri pengolahan disumbang oleh sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau yang menggunakan produk-produk pertanian sebagai bahan baku. Oleh sebab itu, pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Pasuruan harus didukung dengan pengembangan sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku. Begitu juga sebaliknya, untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar terh adap produk-produk pertanian maka pengembangan industri pengolahan mutlak diperlukan.

5.5. Kondisi I ndustri Gula di Kabupaten Pasuruan

I ndustri gula Kabupaten Pasuruan merupakan usaha yang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan tebu. Hal ini disebabkan karena gula tebu merupakan hasil pengolahan tebu oleh pabrik -pabrik gula. Oleh karena itu perkembangan industri gula tebu sangat tergantung kepada perkembangan perkebunan tebu. I ndustri gula Kabupaten Pasuruan termasuk kedalam agroindustri tertua y ang dikenal oleh masyarakat. Sejak zaman kolonial Belanda Awal Abad 19 usahatani tebu dan pabrik gula menjadi bagian penting bagi masyarakat Kabupaten Pasuruan . Pengenalan dan penyebarluasan teknik budidaya tebu, pada saat itu didukung oleh adanya pusat penelitian pergulaan milik Belanda Het Proefstation Oost -Java yang telah didirikan sejak 9 Juli 1887 P3GI ,1987. Secara agroklimatologis, sebagian besar wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan daerah yang potensial sebagai usahatani tebu. Hasil penelitian Dinas Kehutanan dan Perkebunan menyatakan bahwa dari 24 Kecamatan yang berada di Kabupaten Pasuruan, 21 Kecamatan diantaranya merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan usahatani tebu. Areal perkebunan tebu di Kabupaten Pasuruan pada tahun 2004 mencapai 4 848.90 ha atau 15.63 persen dari total areal perkebunan 31 030.4 h a. Daerah sentra tanaman tebu umumnya berada di wilayah timur Pasuruan, yakni di Kecamatan Grati 1 827.2 ha, Winongan 628.5 h a, Gondang Wetan 455.7 ha dan Rejoso 421.9 h a, sedangkan sisanya tersebar di kecamatan lain. Perkembangan luas areal dan produksi tebu rakyat selama 12 tahun terakhir disajikan pada Tabel 19. Perkembangan luas areal dan produksi tebu rakyat selama 12 tahun terakhir memiliki kecenderungan menurun. Rata-rata pertumbuhan luas areal tebu selama kurun waktu 1993-2004 mencapai -2.39 persen sedangkan rata- rata pertumbuhan produksinya mencapai –4.96 persen. Tabel 19 . Luas Areal dan Produksi Perkebunan Tebu Rakyat Kabupaten Pasuruan , Tahun 1993 -2004 Tahun Luas Areal Ha Produksi Ton 1993 6 155.00 34 179.00 1994 6 235.22 32 250.30 1995 5 579.50 24 739.13 1996 5 829.70 25 898.57 1997 5 414.90 26 584.57 1998 6 490.80 22 740.95 1999 5 694.00 21 402.00 2000 4 235.00 20 284.00 2001 4 586.70 21 663.98 2002 4 784.20 20 842.60 2003 5 169.30 21 184.76 2004 4 848.90 22 225.86 Sum ber : BAPPEDA dan BPS, berbagai terbitan Keterangan : Produksi dalam bentuk kristal gula Produksi tebu rakyat berfluktuasi seiring dengan adanya perubahan p roduktivitas lahan dan luas areal perkebunan tebu. Menurut laporan dinas kehutanan dan perkebunan 2004, fluktuasi luas areal tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan yang cenderung menurun diantaranya disebabkan oleh fluktuasi harga gula sehingga petani enggan menanam tebu dan beralih pada komoditi lainnya. Sebagian besar produksi tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan diolah oleh PG Kedawung, yang merupakan bagian dari PT Perkebunan Negara XI dan sebagian kecil lainnya diolah oleh PG Candi Baru secara administrat if, PG ini berada di Kabupaten Sidoarjo. Wilayah kerja PG Kedawung meliputi 16 kecamatan atau 90 persen luas areal perkebunan tebu Kabupaten Pasuruan sedangkan PG Candi Baru meliputi 5 kecamatan yang berada di wilayah barat yakni Kecamatan Gempol, Pandaan , Sukorejo, Beji dan Prigen. Dengan kata lain, dinamika industri gula tebu di Kabupaten Pasuruan lebih ditentukan oleh dinamika kondisi pergulaan di PG Kedawung. Kondisi pergulaan di PG Kedawung selama 5 tahun tahun giling terakhir dapat dilihat dari perkembangan luas areal, produksi kristal gula dan tingkat rendemen. Selama kurun waktu 5 tahun giling yaitu 1998 1999 -2002 2003, luas areal perkebunan tebu mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 4.63 persen. Produksi tebu dan kristal gula juga mengalami peningkatan dengan rat a-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 6.51 persen dan 5.14 persen, sedangkan tingkat rendemen mengalami penurunan sebesar -1.57 persen. Pada tahun giling 2002 2003, produktivitas lahan mengalami penurunan relatif besar yakni sebesar -17.49 persen sehingga produksi tebu menurun dari 3 254 817 kw menjadi 2 903 165 kw menurun sebesar 12. 11 persen. Kondisi luas areal, produksi tebu dan kristal gula serta tingkat rendemen selen gkapnya disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 . Luas Areal Tebu, Produksi Tebu, Kristal Gula dan Tingkat Rendemen di PG. Kedawung , Tahun Giling 1998 1999 -2002 2003 Tahun Giling Luas Areal Tebu Ha Tebu Kw Kristal Gula Kw Rendemen 1998 1999 3 874.50 2 154 350 154 561.90 7.17 1999 2000 3 749.80 2 654 350 180 646.00 6.81 2000 2001 4 123.80 2 862 401 175 856.60 6.14 2001 2002 4 492.70 3 254 817 220 065.20 6.76 2002 2003 4 708.20 2 903 165 197 852.00 6.82 Sumber: PG Kedawung, 2004 Peranan industri gula di Kabupaten Pasuruan dalam perekonomian, bukan hanya dilihat dari kontribusinya dalam menciptakan nilai tambah namun sekaligus dapat dilihat dari peranannya menjadi penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Nilai produksi industri gula dan penyerapan tenaga kerja pada sub sektor ini pada tahun 1999 -2003 dapat dilihat pada Tabel 2 1 . Tabel 21 . Nilai Produksi dan Penyerapan Tenaga Kerja I ndustri Gula di Kabupaten Pasuruan , Tahun 1999-2003 Uraian 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 Nilai Produksi PG Ribu Rp 30 075 613 33 250 335 44 689 295 51 602 693 58 696 199 PG 5 580 5 417 5 936 6 413 6 683 Tenaga Kerja Orang Pet ani 14 969 18 544 18 790 22 269 24 778 Sumber: PG Kedawung, 2004 diolah Dari Tabel 21 terlihat bahwa nilai produksi industri gula mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan yang relatif tinggi yakni 18.54 persen. Dari kurun waktu 1999-2003, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yakni sebesar 34.40 persen. Hal ini disebabkan, harga gula pada tahun tersebut mengalami peningkatan dari Rp 184 063.50 kw tahun 2000 menjadi 254 123.50 kw atau meningkat sebesar 38.06 persen. Pada tahun 2003, peningkatan nilai produksi juga lebih disebabkan oleh adanya peningkatan harga gula yang relatif tinggi yakni sebesar 26.52 persen, sementara produksi kristal gula mengalami penurunan 11.2 persen dibandingkan tahun 2002. Penyerapan tenaga kerja pada industri gula dikelompokkan menjadi dua yakni tenaga kerja yang diserap oleh sub sektor perkebunan tebu dan tenaga kerja yang diserap oleh sub sektor industri penggilin gan tebu Pabrik Gula. Secara keseluruhan tenaga kerja yang diserap oleh industri gula di Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan yang relatif tinggi dengan rata-rata pertumbuhan 11.37 persen. Pada tahun 2003, tenaga kerja yang mampu diserap oleh industri gula PG dan perkebunan tebu adalah 4.54 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja. Jika dilihat dari penduduk yang bekerja di sektor pertanian 39.83 persen, 8.97 persen diantaranya adalah penduduk yang berkerja di sub sektor perkebunan tebu. Sementara itu, jika dilihat proporsi penduduk yang bekerja di sektor industri pengolahan 21.61 persen, 4.46 persen diantaranya adalah penduduk yang bekerja di sub sektor industri penggilingan tebu. penyerapan tenaga kerja pada sub sektor industri penggilingan tebu ini tergolong tinggi mengingat jenis industri menurut klasifikasi KLUI 5 digit yang ada di Kabupaten Pasuruan jumlahnya relatif banyak, yakni 127 jenis industri I ndustri Besar Sedang, 2002. Peranan industri gula Kabupaten Pasuruan dalam perekonomian daerah dapat dilihat dari proporsi nilai produksi industri gula terhadap PDRB Kabupaten Pasuruan. Pangsa industri gula terhadap total PDRB, sektor industri pengolahan dan sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau selengkapnya dapat dilihat p ada Tabel 22. Tabel 22 . Pangsa Nilai Produksi Industri Gula Terhadap Total PDRB, I ndustri Pengolahan dan Sub Sektor I ndustri Makanan, Minuman dan Tembakau , Tahun 1999-2003 Tahun Pangsa I G terhadap Tot al PDRB Pangsa I G tehadap I ndustri Pengolahan Pangsa I G t erhadap I MMT 1999 0.99 2.91 4.99 2000 0.96 2.84 4.86 2001 1.12 3.31 5.68 2002 1.13 3.38 6.00 2003 1.16 3.45 6.19 Sum ber : PG Kedawung , 2004 Diolah Keterangan : IG : I ndustri Gula I MMT : I ndustri Makanan, Minuman dan Tembakau Pada Tabel 22 terlihat bahwa pangsa industri gula terhadap total PDRB Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2000 terjadi penurunan pangsa sebesar 2.60 persen namun secara rata-rata dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah terjadi pertumbuhan pangsa industri gula terhadap PDRB sebesar 4.25 persen. Peningkatan harga gula pada tahun 2001 telah mendorong peningkatan nilai produksi dan pada akhirnya pangsa industri gula juga mengalami peningkatan paling tinggi dibandingkan tahun-tahun lain yakni sebesar 15.98 persen. Jika dilihat struktur PDRB Kabupaten Pasuruan, lebih dari 33 persen PDRB Kabupaten Pasuruan disumbang oleh sektor industri pengolahan. Sementara itu sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi lebih dari 55 persen terhadap total nilai produksi industri pengolahan. Sebagai salah satu industri yang berada pada sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau, industri gula juga turut memberikan kontribusi yang relatif besar pada sub sektor ini. Pada tahun 2003, pangsa industri makanan, minuman dan tembakau adalah sebesar 18.68 persen terhadap total PDRB Kabupaten Pasuruan, 6.19 persen diantaranya adalah sumbangan dari industri gula. Dari uraian diatas terlihat bahwa peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten Pasuruan tercipta karena industri gula , termasuk perkebunan tebu, berperan sebagai penyedia lapangan kerja dan sebagai penyumbang dalam PDRB daerah , walaupun secara kuantitas bukan merupakan kontributor terbesar . Selain itu, industri pengolahan di Kabupaten Pasuruan yang didominasi oleh industri makanan dan minuman, paling tidak akan membutuhkan industri gula sebagai salah satu industri penyedia bahan baku. Ketersediaan gula dalam jumlah yang cukup akan turut meningkatkan kinerja industri pengolahan makanan dan minuman. Dengan kata lain peranan industri gula di Kabupaten Pasuruan juga didukung oleh adanya keterkaitan yang diciptakan industri gula terhadap sektor-sektor lain perkebunan tebu dan industri makanan -minuman. VI . DESKRI PSI KELEMBAGAAN 6 .1 . Kelembagaan Pemerintahan Daerah Sejak adanya pemberlakuan UU tentang otonomi daerah yang baru yaitu UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, struktur organisasi pemerintahan daerah Kabupaten Pasuru an mengalami beberapa perubahan. Pembentukan struktur organisasi didasarkan pada kewenangan baru yang diterima oleh pemerintah daerah . Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 kewenangan baru pemerintah daerah Kabupaten Pasuruan meliputi kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain. Khusus di bidang keagamaan, sebagian kegiatannya dapat ditugaskan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai salah satu upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah dalam menumbuhkembangkan kehidupan beragama. Kedudukan Kabupaten Pasuruan sebagai pelaksana otonomi daerah diemban oleh bupati beserta perangkatnya. Sebagai kepala daerah atau kepala eksekutif, bupati dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh wakil bupati dan bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten karena bupati dipilih oleh lembaga legislatif tersebut. DPRD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah daerah namun bukan merupakan bagian dari pemerintah daerah Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Bupati berkewajiban memberikan laporan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Ketentuan tentang organisasi perangkat daerah terdapat dalam UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 84 Tahun 2000, yang secara detail dijabarkan dalam peraturan daerah. Susunan organisasi perangkat daerah di Kabupaten Pasuruan meliputi: 1 . Sekretariat daerah : merupakan unsur staf pemerintah kabupaten, dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati. Tugas sekretaris daerah adalah membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah. 2 . Dinas Daerah : merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupaten, dipimpin oleh Kepala yang berada dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah . Dinas mempunyai tugas melaksanakan otonomi daerah dalam rangka pelaksaan desentralisasi. Dinas kabupaten dapat membentuk cabang dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD y ang berada di wilayah kerja Kecamatan dan dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan secara operasional dikoordinasikan oleh Camat . 3 . Lembaga Teknis Daerah : merupakan unsur penunjang pemerintah daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Lembaga teknis daerah dapat berbentuk badan atau kantor yang bertugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya. 4 . Kecamatan : merupakan perangkat daerah kabupaten yang dipimpin oleh seorang Camat. Camat diangkat oleh bupati atas usul Sekretaris Daerah dari Pegawai Negeri Sipil PNS yang memenuhi syarat. Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati dan Camat bertanggung jawab kepada Bupat i. 5 . Kelurahan : merupakan perangkat kecamatan yang dipimpin oleh Lurah, y ang diangkat oleh Bupati atas usul Camat dari PNS yang memenuhi syarat. Lurah mendapat pelimpahan sebagian kewenangan dari Camat dan bertanggung jawab kepada Camat. Perbedaan susunan organ isasi Pemerintah Daerah Kabupaten menurut UU No 5 Tahun 1974 dengan UU No. 22 Tahun 1999 terletak pada kedudukan perangkat daerah . Pada UU No. 5 Tahun 1974, kedudukan dinas dan lembaga teknis daerah berada di bawah dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Daerah Bupati Gambar 3 sedangkan pada UU No. 22 Tahun 1999, dinas dan lembaga teknis daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah Bupati melalui Sekretaris Daerah Gambar 4. Berdasarkan ketentuan yang baru tentang pemerintahan daerah tersebut maka selanjutnya Kabupaten Pasuruan mengatur kedudukan perangkat daerah melalui Peraturan Daerah Perda. Perda-perda yang mengatur susunan organisasi perangkat daerah Kabupaten Pasuruan adalah Perda No. 33 Tahun 2001 tentang susunan organisasi sekretariat DPRD, Perda No. 34 Tahun 2001 tentang susunan organisasi sekretariat daerah Kabupaten Pasuruan, Perda No. 35 Tahun 2001 tentang susunan organisasi dinas daerah dan Perda No. 36 Tahun 2001 tentang susunan organisasi lembaga teknis daerah Susunan organisasi pemerintahan daerah Kabupaten Pasuruan pada periode sebelum dan sesudah pelaksanaan otonomi daerah disajikan secara lengkap pada Lampiran 4. Dari Lampiran 4 tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa setelah pelaksanaan otonomi daerah, beberapa susunan organisasi Sumber: Bratakusumah dan Solihin, 2003 Gambar 3. Kedudukan Perangkat Daerah Menurut UU No. 5 Tahun 197 4 Sum ber: Bratakusumah dan Solihin, 2003 Gambar 4. Kedudukan Perangkat Daerah Menurut UU No. 22 Tahun 1999 perangkat daerah mengalami pengurangan bagian perampingan struktur, kecuali pada organisasi lembaga teknis. Susunan organisasi Sekretariat DPRD, Sekretariat Daerah dan Dinas Daerah mengalami efisiensi dengan menghapus suatu bagian dan atau menggabungkan pada bagian lain. Bagian Keuangan pada organisasi Sekretariat DPRD digabungkan dan menjadi Sub bagian pada Bagian Umum. Pada organisasi Sekretariat Daerah, Asisten Kesejahteraan dan Asisten Ekonomi Pembangunan digabung menjadi Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan sedangkan pada Asisten Administrasi, Bagian Kepegawaian dimasukkan pada Bagian Umum. DPRD Kepala Daerah Bupat i Dinas Daerah Sekretaris Daerah Lembaga Teknis DPRD Kepala Daerah Bupat i Sekretaris Daerah Dinas Daerah Lembaga Teknis Dinas daerah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah juga mengalami pengurangan kuantitas. Jumlah dinas daerah mengalami pengurangan dari 20 dinas menjadi 18 dinas pada periode sesudah otonomi daerah, karena ada dua dinas yang ditiadakan yakni Dinas Pertambangan dan Dinas Pertanahan. Sesuai Perda No. 35 Tahun 2001, Dinas Tata Ruang Prasarana Jalan dan Pemukiman diubah menjadi Dinas Cipta Karya dan Bina Marga. Dinas Cipta Karya merupakan dinas yang melaksanakan pengelolaan tata ruang dan penataan bangunan, perumahan dan pertamanan serta penyediaan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan sementara Dinas Bina Marga melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan. Dinas Kebersihan dan Pertamanan dihapuskan dan sebagian tugas dan kewenangannya telah dialihkan pada Dinas Cipta Karya. D inas yang dialihkan menjadi lembaga teknis adalah Dinas Penduduk dan Catatan Sipil yang dialihkan menjadi Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil. Dalam rangka melaksanakan kewenangan penanaman modal maka sejak pemberlakuan otonomi daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan membentuk dinas yang baru yaitu Dinas Perijinan dan Penanaman Modal. Jika dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kewenangan utama yang harus dijalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten sebagaimana yang tercantum pada pasal 11 UU No. 22 Tahun 1999 maka terlihat bahwa pembentukan dinas daerah Kabupaten Pasuruan sebagai unsur pelaksana otonomi daerah belum sepenuhnya memenuhi sebelas kewenangan utama Pemerintah Daerah Kabupaten. Pada Tabel 23 terlihat bahwa kewenangan dalam bidang lingkun gan hidup t idak memiliki dinas tersendiri dan sebagian kewenangan dalam bidang ini dilaksanakan oleh lembaga teknis, yaitu oleh BAPEDALDA Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah. Kewenangan dalam bidang pertanahan juga tidak dilaksanakan oleh dinas tersendiri. Salah satu penyebab tidak dibentuknya dinas pertanahan di Kabupaten Pasuruan adalah karena terjadi perbedaan antara UU No. 22 Tahun 1999 dengan Undang- Undang Pokok Agraria UUPA, yaitu UU No. 5 Tahun 1960. UUPA menyatakan bahwa masalah keagrariaan adalah masalah pemerintah pusat sedangkan UU pemerintahan daerah menyatakan bahwa pertanahan merupakan kewenangan utama yang harus dijalankan oleh daerah. Sampai saat ini UUPA masih mengacu pada UU No. 5 Tahun 1960 sehingga dikeluarkanlah Keppres No. 1 0 Tahun 2000, Keppres No. 62 Tahun 2001 dan surat Kepala Badan Pertanahan Nasional BPN y ang secara tegas menarik kembali kewenangan bidang pertanahan tersebut. Oleh sebab itu, dinas pertanahan Kabupaten Pasuruan yang pernah dibentuk pada tahun 2000 untuk persiapan otonomi daerah dihapuskan kembali karena masih belum jelasnya perundangan pertanahan dan kemudian kewenangan bidang ini dilaksanakan oleh BPN yang berkedudukan di Kabupaten . Tabel 23 . Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Dinas Daerah Kabupaten Pasuruan Pada Periode Sesudah Otonomi Daerah No. Kew enangan Kabupaten UU No. 22 1999 Dinas Daerah PERDA No. 35 2001 1. Cipta Karya 1. Pekerjaan Umum 2. Bina Marga 1. Pertanian Tanaman Pangan 2. Kehutanan dan Perkebunan 3. Kelautan dan Perikanan 2. Pertanian 4. Peternakan dan Kehewanan 3. Kesehatan Kesehatan 4. Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan 5. Perhubungan Perhubungan 6. I ndustri dan Perdagangan Perindustrian dan Perdagangan 7. Penanaman Modal Perijinan dan Penanaman Modal 8. Lingkungan Hidup - 9. Pertanahan - 10. Koperasi Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah 11. Tenaga Kerja Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumber: UU No.22 1999 dan Perda No.35 2001 Hasil wawancara dengan key person menyatakan bahwa pada tahap pelaksanaan, otonomi daerah di Kabupaten Pasuruan telah menimbulkan permasalahan diantaranya adalah kesalahan interpretasi mengenai siapa mengerjakan apa karena belum adanya aturan yang tegas dan jelas antara pusat, provinsi dan kabupaten. Akibat tidak adanya peraturan tersebut, pada awal pelaksanaan otonomi daerah pernah terjadi bahwa dinas daerah tidak memiliki program kerja yang jelas untuk dijalankan. Selain peraturan yang belum jelas, ketidak siapan sumber daya di daerah juga menjadi penyebab tersendat nya program kerja dinas. Dengan otonomi daerah, sistem yang berlaku adalah sistem bottom up , dimana para pegawai dituntut untuk lebih banyak berinisiatif dan melakukan perencanaan sendiri atas program kerja yang akan dijalankan sesuai dengan kebutuhan daerah. Perencanaan yang harus dilakukan meliputi perencanaan kegiat an dan perencanaan pembiayaan kegiatan. Jika Pemda Kabupaten Pasuruan tidak memiliki dana yang cukup maka pembiayaan kegiatan diperoleh dari pusat dengan jalan mengajukan program kerja tersebut pada departemen yang bersangkutan. Pegawai– pegawai dinas yang telah terbiasa dengan sistem top down yakni menjalankan instruksi dari pusat, mengalam i kesulitan untuk membuat perencanaan yang bagus. 6.2 . Keuangan Daerah 6.2 .1. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah