BAB III GAMBARAN UMUM PKS PKS
A. Profil PKS
PKS merupakan partai yang lahir pada masa transisi orde baru menuju reformasi. PKS yang dulu bernama Partai Keadilan PK berkembang dengan
pesat dengan gerakan dakwahnya sebagai basis gerakan partai. Tentu hal ini menjadi pertanyaan besar kita apa yang kemudian menjadi strategi dalam
mendulang suara rakyat di setiap pemilu. Ada yang menarik dari gerakan PKS ini, sejarah yang dimulai dari sebuah
gerakan dakwah kampus dengan sebuah tradisi mengadakan kajian di setiap masjid kampus yang berada di masing-masing kampus terkemuka baik di jawa
maupun di luar jawa. Hal inilah yang menjadi cikal bakal kader PKS PKS untuk mengikuti dan menjadi bagian dari partai tersebut.
Pada tanggal 30 Januari 2013, tepatnya hari rabu, Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq di tangkap KPK, karena tersandung kasus suap daging impor. Tentu
hal ini menjadi bumerang dan juga ledakan bahaya bagi PKS, yang sebelumnya masyarakat mengenal PKS sebagai partai bersih dan peduli, namun ternyata
terlibat dalam kasus suap impor daging sapi. Kasus ini membuat PKS semakin terpojokan, dan menghancurkan citra partainya sebagai partai yang bersih dan
peduli Sehari setelah tertangkapnya mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq
oleh PKS, tepatnya hari jum‟at 1 februari 2013, Ketua majlis Syuro yang di pimpin oleh Hilmi Aminudin Hidayat, langsung mengadakan syuro dan menunjuk
Sekjend PKS Anis Matta menjadi Presiden PKS menggantikan Luthfi Hasan Ishaq yang tertangkap oleh KPK atas perbuatannya terlibat dalam kasus suap
impor daging sapi. Tentu hal ini menjadi tantangan terbesar PKS dalam menghadapi tahun pemilu 2014.
1. Sejarah PKS PKS
Setiap partai memiliki sejarahnya masing-masing, usaha untuk mendirikan sebuah partai yang baik dan menjadi harapan masyarakat untuk merubah
bangsanya menjadi hal yang harus di prioritaskan. Pada masa orde baru, kontestasi politik di Indonesia, tidak berwarna, partai-partai yang menjadi
mayoritas masih dapat di hitung, diantaranya, Golkar, PDIP dan PPP. PKS merupakan partai yang lahir pasca runtuhnya rezim Soeharto dari
kedudukannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Masa-masa reformasi merupakan masa-masa kebebasan, di ibaratkan seperti berjalan di gurun yang
tandus, melihat Oase atau mata air. Jika kita bandingkan dengan masa orde baru, memang banyak sekali perubahan yang saat ini terjadi, terutama dalam kebebasan
HAM. Kebebasan berkumpul, berserikat, dan berpendapat inilah, yang menjadi
angin segar masyarakat indonesia yang dahulu sangat takut dengan pemerintah. Pada masa transisi orde baru menuju era Reformasi, banyak sekali partai-partai
yang muncul dan ikut dalam kontestasi politik di Indonesia, termasuk PKS. Berdirinya PKS, yang dulu masih bernama Partai keadilan, berbeda
dengan partai-partai lainnya, baik secara ideologis maupun non ideologis. Kelahiran Partai Keadilan berangkat dari musyawarah yang cukup panjang, yang
membahas tentang penyikapan terhadap era reformasi. Persoalan mendirikan partai adalah agenda yang hangat dibicarakan sebagian mengatakan perlu
mendirikan partai politik dan sebagian menyatakan tidak perlu.
62
Sebelumnya dewan dakwah yang merupakan satu ikatan dalam jama‟ah tarbiyah kecewa atau “gagal” membuat partai politik yang berazaskan Islam.
Lahirnya Partai Bulan Bintang dengan azas pancasila membuat sebagian anggota Dewan Dakwah yang terlibat dalam merumuskan partai islam kecewa dengan
hasil keputusan tersebut. Kekecewaan Dewan Dakwah yang mengatasnamakan jama‟ah tarbiyah,
yang melatarbelakangi petinggi-petingginya yang saat itu di ketuai oleh ustadz Abu Ridho berpikir kembali untuk mendirikan sebuah partai politik. Inisiatif itu
menjadi sebuah tindakan untuk melakukan survei, atau jejak pendapat kepada para kader dakwah baik di kalangan aktivis dakwah kampus maupun aktivis dakwah
non kampus. Dari pertanyaan-pertnyaan tersebut terfokus pada penting atau tidaknya
membuat sebuah partai. Saat itu sebaran pertanyaan di bagikan kepada 6000 orangresponden pada seluruh komponen aktivis dakwah, sebanyak 5800
pertanyaan kembali. Dan hasilnya dari 5800 reseponden, 86 lebih menginginkan untuk mendirikan partai politik. Dan 27 sisanya menginginkan mempertahankan
habitat semula, yaitu dalam bentuk yayasan, LSM, kampus, dan pesantren dan berbagai lembaga lainnya.
63
62
Aaay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta: Teraju Mizan Publika, 2004, hal.150
63
Ibid, hal. 151