Definisi Pemilu Konseptualisasi Pemilu

menjadi pemenang tunggal the first past post dan akan mewakili daerah itu dalam parlemen. Suara kandidat yang kalah tidak lagi diperhitungkan, sehingga suaranya hilang. Namun kandidat yang menang tidak lagi mewakili sebagai partainya, namun mewakili sebagai perwakilan dari daerah asal pemilihannya. 48 Sistem distrik sering dipakai di negara yang memiliki sistem dwi partai seperti inggris serta negara-negara bekas jajahannya seperti India, Malaysia, dan Amerika. Dalam sistem distrik karena hanya diperlukan pluralitas suara suara terbanyak untuk membentuk suatu pemerintaha, dan bukan mayoritas 50 plus satu dapat terjadi bahwa partai yang menang dengan hanya memperoleh pluralitas suara dapat membentuk kabinet. Pemerintahan semacam ini dinamakan monority government. 49 Selain itu, ciri khas yang terdapat pada sistem distrik, adalah pelaksanaan sistem disrik kerap kali memunculkan “distorsi” atau kesenjangan jumlah suara yang diperoleh suatu partai secara nasional dan jumlah kursi yang diperoleh partai tersebut. Akibat dari distorsi distortion effect menguntungkan partai besar melalui over-representation, dan merugikan partai kecil karena under representation . Hal ini disebabkan karena banyak suara dari partai kecil bisa dinyatakan hilang atau wasted, yaitu lantaran tidak berhasil menjadi juara pertama di suatu distrik. Keadaan seperti ini sangat berpengaruh dalam masyarakat yang pluralis, dengan banyaknya kelompok minoritas, baik agama maupun etnis. 48 Anwar Arifin, Komunikasi politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, cet. 2, hal. 222 49 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar ilmu politik, Jakarta: PT Gramedia, 2008, cet. 3. , hal. 465

2. Sistem Proporsional

Dalam sistem proporsional, satu wilayah besar yaitu daerah pemilihan memilih beberapa wakil multi-member constituency. Perbedaan dengan sistem distrik terletak pada cara menghitung perolehan suara dapat menghasilkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi masing-masing partai politik. Selain itu, dalam sistem proporsional, satu wilayah dianggap sebagai satu kesatuan, dan dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang diperoleh oleh para kontestan, secara nasiona, tanpa menghiraukan distribusi suara. Secara umum dapat disebutkan bahwa pemilihan umum sistem proporsional menunjuk kepada pertarungan antara partai politik dalam sebuah daerah pemilihan yang luas unttuk mencari beberapa wakil. Dalam hal ini, partai politik mencalonkan banyak kandidat dalam sebuha daftar dengan nomor urut dan rakyat tidak perlu memilih nama orangnya, tetapi cukup dengan memilih tanda gambar partai politik yang terdaftar sebagai kontestan. Dari situlah suara yang diperoleh oleh setiap kontestan dalam hal ini partai politik dihitung, kemudian setiap kontestan akan memperoleh jumlah kursi secara proporsional dengan hasil suara yang diperoleh. Biasanya kandidat yang terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut dari atas ke bawah. Oleh karenanya, suara yang masuk tidak ada yang terbuang atau hilang. Pertarungan dalam sistem distrik dan sistem proporsional memiliki strategi yang berbeda. Jika sistem distrik yang harus di jual adalah kandidat perorangan yang masuk dalam partai di masing-masing daerah, namun beda halnya dengan