Teori Performa Komunikatif KAJIAN TEORITIS

budaya yaitu: ritual, hasrat, sosial, politik, dan enkulturasi. 32 Berikut ini penjelasan kelima macam performa yang dapat kita pelajari. 1. Performa Ritual Semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang disebut performa ritual ritual performance. Ritual terdiri atas empat jenis: personal, tugas, sosial, dan organisasi. Ritual personal personal ritual mencakup semua hal yang anda lakukan secara rutin di tempat kerja. Misalnya, banyaknya karyawan dalam suatu perusahaan yang menyalakan dan mengerjakan tugas kantor di komputer kerjanya masing- masing setiap hari. Ritual tugas tugas ritual adalah perilaku rutin yang dikaitkan dengan pekerjaan seseorang. Ritual tugas membantu menyelesaikan pekerjaan. Misalnya, tugas seorang akuntan yang kemudian melakukan audit keuangan baik yang masuk maupun keluar sebagai pencatatan arus kas dalam setiap transaksi di sebuah perusahaan tersebut. Ritual Sosial sosial trust adalah rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain. Misalnya, ada beberapa komunitas pencinta alam yang berkumpul setiap hari ahad di alam terbuka untuk menanam pohon dan menghijaukan alam di sekitarnya. Ritual organisasi organizational ritual adalah kegiatan perusahaan yang sring dilakukan seperti rapat divisi, rapat BEM, dan yang 32 Ibid, hal. 325 lainnya yang berkaitan langsung dengan sebuah interaksi dalam suatu organisasi. 2. Performa Hasrat. Performa hasrat passion performance adalah kisah-kisah mengenai organisasi yang sering kali diceritakan secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain. Biasanya, performa hasrat ini, sering kali orang dalam organisasi itu begitu menggebu-gebu dalam bercerita, sehingga apapun yang terjadi pada suatu organisasi itu, akan selalu diceritakan.

3. Performa Sosial

Performa sosial social performance merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama di antara anggota organi sasi. Sebagimana yang dikatakan oleh pepatah bahwa “hal kecil memulai hal yang besar” artinya seberapa kecilnya nilai-nilai dari sikap santun dan sopan merupakan hal terpenting ketika kita berinteraksi dengan orang lain. 4. Performa Politis Ketika budaya organisasi mengomunisasikan performa politis political performance , budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dan kontrol merupakan ciri dari kehidupan korporat di Amerika serikat. Mereka akan melakukan apapun untuk dapat mempertahankan kekuasaannya sertu mengontrol apapun yang terjadi di setiap negara, demi menjaga stabilitas kekuasaannya. 5. Performa Enkulutrasi Performa enkulutrasi Enculturationa performance merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi. Performa- performa ini dapat berupa suatu yang berani maupun hati-hati, dan performa ini mendemonstrasikan kompetensi seorang anggota dalam sebuah organisasi. Secara singkat, performa komunikatif adalah sebuah metafora yang menampilkan bahwa sesungguhnya di dalam organisasi merupakan sebuah teatrikal. Berikut ini bentuk ringkasan performa komunikatif. Tabel 2.1 Performa Budaya dalam Organisasi No Macam-macam performa Pengertian contoh 1. Performa Ritual Ritual personal – mengecek pesan suara dan e- mail; ritual tugas mengeluarkan tiket, menerima pembayaran; ritual sosial – acara kumpul karyawan; ritual organisasi – rapat departemen, pikni perusahaan 2. Performa Hasrat Penceritaan kisah, metafora, dan pembicaraan yang berlebihan – “ini adalah perusahaan yang paling tidak menghargai karyawan” “ikut mata rantai perintah yang diberikan, jika tidak perintah itu akan memberlit lehermu” 3. Performa sosial Tindakan santun dan sopan; perpanjang etiket – mengucapkan terima kasih pada pelanggan, obrolan di dekat pendingin air, menjaga “muka” orang lain. 4. Performa politis Menjalankan kontrol, kekuasaan, dan pengaruh – bos yang galak, ritual intimidasi, penggunaan informan, tawar menawar

5. Performa Enkulturasi

Kompetensi yang didapat dari karier dalam organisasi – peranan belajarmengajar, orientasi, wawancara.

C. Konseptualisasi Politik

1. Definisi Politik

Kelahiran partai politik sedianya adalah buah dari pertarungan ideologi antarkekuatan yang ada dalam masyarakat. Ia muncul sebagai representasi kepentingan warga negara. Di barat, partai politik pertama-tama lahir mewakili setidaknya ada tiga golongan masyarakat. Partai politik di barat terutama muncul setelah adanya peralawanan yang begitu kuat kepada dominasi agama gereja. Yang pertama, adalah kekuatan liberal yang melawan kekuatan gereja untuk selanjutnya lahirlah partai-partai konvensional. Ketiga aktor politik yang akhirnya bermuara kepada pengelompokan politik dalam bentuk partai politik saat itu adalah gereja, politisi konservatif, dan politisi liberal. Ketiga kelompok politik ini mewakili semangat zaman yang ada pada saat itu. 33 Bagi suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang sedang membangun proses demokratisasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah. pembentukan Partai politik memang bukan nama asing bagi kita sebagai warga negara, fungsi dan peranannya sangat penting bagi kepentingan bangsa dan negara. Dalam bukunya yang berjudul Economic et Societte 1959 Max Weber menekankan menekankan aspek profesionalisme dalam dunia politik modern. Partai politik 33 Firman Subagyo, Menata Partai Politik, Jakarta: Rakyat Merdeka Group, Hal. 57 kemudian mendefinisikan sebagai organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya politisi untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut. Partai politik menurut Max Weber sangat berkembang pesat di abad ke-19 karena dukungan oleh legitimasi legal-rasional. Partai politik adalah organisasi yang bertujuan untuk membentuk opini publik Seilere, 1993. 34 Menurut La Palombara dan Weiner 1966 yang dikutip oleh Firmanzah dalam bukunya Mengelola Partai Politik, mengidentifikasi empat karakteristik dasar yang menjadi ciri khas organisasi yang dikatergorikan sebagai partai politik. Kriteria ini sangat populer untuk melakukan studi komparasi politis. Keempat karakteristik dasar dari partai politik adalah sebagai berikut : 1. Organisasi jangka panjang. Organisasi partai politik harus bersifat jangka panjang, diharapkan dapat terus hadir meskipun pendirinya sudah tidak ada lagi. Partai politik bukan sekedar gabungan dari para pendukung yang setia dengan pemimpin yang kharismatik. Partai politik hanya akan berfungsi dengan baik sebagai organisasi ketika ada sistem dan prosedur yang mengatur aktivitas organisasi, dan ada mekanisme suksesi yang dapat menjamin keberlangsungan partai politik untuk jangka waktu yang lama. 2. Struktur organisasi. Partai politik hanya akan dapat menjalankan fungsi politiknya apabila didukung oleh struktur organisasi, mulai dari tingkat lokal sampai nasional, dan ada pola interaksi yang teratur di antara keduanya. Partai politik kemudian dilihat sebagai organisasi yang meliputi 34 Firmanzah, Mengelola Partai Politik, Jakarta: Yayasan Obor, 2008, hal. 66 suatu wilayah teritorial serta dikelola secara prosedural dan sistematis. Struktur organisasi partai politik yang sistematis dapat menjamin aliran informasi ke bawah ke atas maupun dari atas ke bawah, sehingga nantinya akan meningkatkan efisiensi serta efektivitas fungsi kontrol dan koordinasi. 3. Tujuan berkuasa. Partai politik didirikan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, baik di level lokal maupun nasional. Siapa yang memimpin negara, propinsi atau kabupaten? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang melatarbelakangi hadirnya partai politik. Ini pula yang membedakan partai politik dengan bentuk kelompok dan grup lain yang terdapat dalam masyarakat seperti perserikatan, asosiasi, dan ikatan. 4. Dukungan publik luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan. Partai politik perlu mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Dukungan inilah yang menjadi sumber legitimasi untuk berkuasa. Karakteristik ini menunjukkan bahwa partai politik harus mampu diterima oleh mayoritas masyarakat dan sanggup mobilisasi sebanyak mungkin elemen masyarakat. Semakin besar dukungan publik yang didapatkan oleh suatu partai politik, semakin besar juga legitimasi yang diperolehnya. Menurut Hafid Cangara, ada tiga prinsip dasar dari partai politik yakni sebagai berikut 35 : 1. Partai sebagai koalisi, yakni membentuk koalisi dari berbagai kepentingan untuk membangun kekuatan mayoritas. Partai yang 35 Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal. 209