Selain melakukan dramaturgi, PKS juga mencoba untuk memperkuat kadernya melalui performa komunikatif. Performa komunikatif adalah metafora
yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi.
Mengingat partai PKS merupakan partai kader, yang lebih di utamakan, maka partai tersebut mencoba untuk melakukan konsolidasi melalui performa
komunikatif. performa ritual dalam hal ini PKS melakukan konsolidasi internal dengan pertemuan-pertemuan yang rutin dilakukan oleh PKS untuk menjaga rasa
memiliki terhadap ideologi dan partai. Pertemuan ini biasanya disebut dengan liqo.
Selain itu PKS juga melakukan performa lainnya seperti performa politis, sosial, enkulturasi, dan perfoma hasrat. Semuanya dilakukan dengan konsolidatif
serta mencoba untuk dapat membuka celah baru dalam melakukan strategi untuk dapat meraik suara pada pemilu 2014.
3. Perolehan Suara PKS pada Pemilu 2014
Pemilu 2014 merupakan pemilu yang menjadi buah simalakama bagi PKS. Dalam kampanye PKS sulit untuk menjual gagasan anti korupsi karena kini
presiden PKS merupakan tersangka dari kasus tersebut. Sama halnya dengan partai Demokrat yang dulu mengagadang-gadang semangat anti korupsi, kini
kedua partai itu pun ”masuk angin” karena ulah oknum partainya yang melakukan tindakan korupsi yang tentu dapat menghilangkan rasa kepercayaan
dari masyarakat untuk memberikan dukungannya. Kedua partai itupun terjun bebas dengan perolehan yang berbeda dengan
pemilu 2009 lalu. Partai PKS pada pemilu 2009 mendapatkan perolehan suara
7,88, sedangkan pada pemilu tahun 2014, hanya memperoleh suara suara 6,79. Hal ini mengalami penurunan, tapi tidak separah partai demokrat yang
terjun bebas dari angka prosentase 20,81 pada pemilu 2009, dan kini hanya mendapatkan 10,19 separuhnya hilang karena badai demokrat yang juga
melibatkan mantan ketua umum Partai berlambang mercy Anas Urbaningrum. Sebelum pemilu 2014, PKS termasuk salah satu partai yang tidak akan
lolos Parlementary Threshold dengan batas ambang 3,5. Beberapa lembaga survei, salah satunya Lembaga surver Indikator politik mengatakan bahwa
perolehan suara PKS hanya sampai pada 3,1. Itu artinya partai bulan sabit ini tidak dapat memenuhi batas ambang Parlementary Threshold.
Menurut pengamatan peneliti mengenai efek komunikasi politik yang dilakukan oleh DPP PKS melalui PR politik, cukup berhasil, karena memang jauh
sebelum dilakukannya Pemungutan Suara pada 9 April 2014, lembaga survei politik, indikotr politik Indonesia memperdiksi bahwa PKS tidak akan lolos dalam
PT Parliamentary Threshold yang sudah ditentukan pada kisaran 3,5.
Gambar 4.25
127
Hasil survei Indikator Politik Indonesia Jelang Pemilu Legislatif 2014
127
http:indikator.co.idnewsdetails135Laporan-Konferensi-Pers-Indikator-Efek- Jokowi-terhadap-Elektabilitas-Partai-dan-Simulasi-Elektabilitas-Capres-Potensial-di-2014
diakses pada tanggal 22 Mei 2014, pukul 23.41 WIB.
Sebagaimana yang bisa kita lihat grafik di atas, tingkat elektabilitas PKS hanya pada kisaran 3,1, itu artinya jauh jauh hari PKS tidak akan lolos pada batas
ambang Parliamentary Threshold karena efek LHI yang membuat elektabilitas PKS semakin terpuruk.
Berbeda halnya dengan hasil Survei menjelang pemilu legislatif 2014, Jika kita amati hasil final pemilu legislatif 2014 pada tabel di bawah ini,
sebenarnya PKS tidak mengalami penurunan dalam kuantitas suara pada pemilu 2014, jika perolehan suara pada pemilu 2009, PKS mendapatkan suara 8.204.946
suara, kini mengalamai kenaikan yakni berjumlah 8.480.204 suara. Ada kenaikan secara jumlah suara, walaupun secara presentasenya menurun. Hal ini dikarenakan
perampingan peserta pemilu yang cendrung lebih sedikit dibandingkan dengan pemilu 2009 lalu.
Kita semua mengetahui bagaimana PKS di serang media dengan kasus korupsi yang melibatkan mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq. Jika kita
melihat bagaimana krnologi penangkapan LHI, sangat memalukan, karena di tangkap di markasnya sendiri. Ini menunjukan bahwa PKS sangat lemah dan
ceroboh dalam kasus tersebut.