Performa Enkulturasi Strategi Public Relations PKS dalam Meningkatkan elektabilitas jelang

Namun menurut ketua majelis Syuro Hilmi Aminudin mengatakan bahwa inklusifitas PKS merupakan konsistensi PKS dalam melaksanakan ajaran Islam. Inilah yang kemudian menjadi performa enkulturasi yang dulu masih ekslusif, saat ini mulai membuka diri menjadi partai yang inklusif.

C. Strategi Public Relations PKS terhadap Aktivitas Persuasif

Pemilih Dalam melakukan aktivitasnya, Public Relations politik tak akan lepas dari aktivitasnya untuk melakukan persuasi yang dilakukan terhadap publik internal maupun publik eksternal. Ada beberapa pendekatan strategi PR Politik yang dipakai oleh PR politik PKS :

1. Relasi Politik PKS dengan Publik Political Relations with Public

Setiap partai harus memiliki kedekatan ataupun hubungan dengan publiknya, karena partai politik akan berbicara mengenai konstituen dalam setiap pemilu. Meraka harus menarik hati para pemilih untuk memenangkan percaturan politik dalam pemilu. PKS memiliki cara untuk melakukan hubungan dengan masyarakat melalui beberapa media diantaranya adalah jejaring sosial. Salah satu contohnya adalah akun twitter pkspiyungan. Saat ini akun twitter ini sedang meramaikan bagaimana keadaan palestina, sebagaimana kita ketahui bahwa kader PKS memiliki solidaritas tinggi terhadap kaum palestina. Gambar 4.17 Akun twitter pks 111 piyungan Beberapa tweetnya yang ada di jejaring sosial ini yang fokus untuk mendukung Prabowo, karena PKS merupakan bagian dari koalisi capres- cawapres Prabowo Hatta. Dalam hal ini PR PKS mencoba untuk melakukan pendekatan melalui akun twitternya untuk mendiskusikan opini-opini yang ada di masyarakat. PKS merupakan partai kader, yang selalu mengedapankan sistem pengkaderan dengan berbagai macam tahapan-tahapan yang harus dilalui. Dalam internal partai di PKS, mereka mengharuskan untuk menjadi PR atau humas partai untuk menjelaskan kepada masyarakat secara umum. Jadi di tingkatan grassroot mereka merupakan PR yang selalu berkomunikasi secara intens kepada masyarakat di sekitarnya. 111 https:twitter.compkspiyungan diakses pada tanggal 11 Juli 2014. Pukul 13, 47 WIB “memang ada dua ranah besar di Humas ada internal PKS kader maupun eksternal masyarakaat indonesia secara umum selalu menekankan kepada seluruh kader agar menjadi HUMAS partai, PKS merupakan partai kader yang jarang di Indonesia ini, jika kita menghitung kader, paling hanya kisaran 500.000 sampai satu juta kader di seluruh Indonesia, tentu hal ini tidak sebanding dengan jumlah pemilih di indonesia yang mencapai kisaran 160-an juta, sehingga penting bagi kader untuk berpikir bahwa mereka juga PR bagi partai, jadi internal kita mengharuskan kader kita untuk menjadi humas bagi partai ” 112 Tidak hanya itu, di eksternal dia menggunakan politisi wakil untuk menjadi bagian dari PR PKS, sebagaimana dijelaskan dalam buku komunikasi politik yang ditulis oleh Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, bahwa politisi di bagi menjadi dua tipe, yakni politisi wakil dan politisi ideolog. Politikus sebagai wakil adalah komunikator politik yang menjadi perwakilan artikulasi kepentingan politik individu ataupun kelompok. Biasanya politisi wakil ini tidak melalui proses pengkaderan, melainkan dari posisinya sebagai voter getter pendulang suara, Adang Darajatun merupakan contoh dari politisi wakil di PKS. Sedangkan politikus ideolog adalah komunikator politik yang menjadi kader ideologi dan representasi nilai-nilai normatif yang diusung oleh individu atau kelompok politik, biasanya berdasarkan sebuah proses kaderisasi yang panjang. 113 Misalnya Fahri Hamzah, Anis Matta, dan yang lainnya, yang benar-benar lahir dari proses sistem pengkaderan melalui tarbiyah. Komunikasi Politisi itu, akan mencoba untuk menjadi komunikator baik di parlemen maupun di pemerintahan. Mereka akan memperjuangkan hasil-hasil Syuro PKS sebagai sumbar dan kebijakan tertinggi di tingkat pusat. Hal itu 112 Wawancara pribadi dengan bapak Dedy selaku direktur operasional humas DPP PKS, di Sekretariat DPP PKS jakarta Selatan, 25 April 2014, pukul 13.45 WIB. 113 Ibid, hal. 15