melalui media relations. Penggunaan press release dan building personal relationship
dengan wartawan menjadi kerja yang menonjol dalam pendekatan ini.
d. Persuasi politik Political Persuation
Ini merupakan sebuah pendekatan pluralis dimana hubungan power power relationship tidaklah sama. Langkah persuasi merupakan
upaya memperkaya informasi dan mengubah perilaku serta sikap dari khalayak-khalayak kunci. Pendekatan ini kerap diidentikan dengan
propaganda. e.
Managemen Hubungan Politik Political Relationship Management Tujuan pendekatan ini adalah memberi tekanan dan lobi dalam
memengaruhi kebijakan pemerintah. Pendekatan ini memaksimalkan ide, kontak dimana individu-individu aktivis organisasi menjadi bagian
dari kebijakan komunitas. f.
Managemen Reputasi Politik Political Reputation Management. Pendekatan ini menekankan pada manajemen lintas hubungan.
Fokus dalam identifikasi, pengaturan, dan perubahan pada reputasi organisasi. Pendekatan ini menggunakan tindakan persuasif untuk
menajamkan opini, baik untuk audiens kecil maupun publik opini secara luas, sehingga bisa mengarahkan opini publik sesuai dengan
harapan dari institusi. g.
Hubungan Publik Politik Political Relation in Public
Perpektif ini biasanya sering digunakan di Eropa, dan menjadi fokus utama adalah “working in public” dengan cara memberi
perhatian lebih pada penanganan isu-isu HAM Hak Asasi Manusia dan kebebasan berbicara freedom of speechi.
h. Pembangunan Komunitas Politik Political Community Building
Pendekatan ini lazimnya digunakan di The Mid West America, fokusnya pada upaya menciptakan dan mengatur rasa memiliki
komunitas sense of community. Pendekatan komunitas ini dianggap cocok, terutama untuk mengurangi konflik.
E. Konseptualisasi Citra
1.
Pengertian Citra
Citra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa
inggris. Citra merupakan sesuatu yang abstrak dan kompleks serta melibatkan aspek emosi afeksi dan aspek penalaran kognisi. Justru itu citra mengandung
unsur emosi dan rasional sekaligus, sehingga secara serentak memiliki sifat subjektif dan objektif. Citra pada khalayak terbentuk sebagai dampak afeksi dan
kognisi dari komunikasi.
56
Pada hakikatnya citra merupakan hasil dari kontruksi realitas yang merupapkan bentuk representasi dan persepsi khalayak terhadap individu,
kelompok atau lembaga yang terkait dengan kiprahnya dalam masyarakat.
56
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hal 178
Sedangkan perncitraan merupakan proses pembentukan citra melalui informasi yang disebarkan baik secara langsung mapun melalui media massa, maupun
media sosial. Menurut Baudrillard yang dikutip oleh Anwar Arifin, citra memiliki empat
fase. Pertama, representasi dimana citra merupakan cermin suatu realitas; kedua, ideologi di mana citra menyembunyikan dan memberikan gambaran yang salah
akan realitas; ketiga, citra menyembunyikan bahwa tidak ada realitas; keempat, citra tidak memiliki sama sekali hubungan dengan realitas apapun.
2. Citra personal tentang politik
Pikiran, perasaan, dan kesudian subjektif yang menyusun citra orang tentang politik itu berguna, dan juga memuaskan bagi orang itu, setidaknya ada
tiga fungsi dalam menyusun citra personal. Pertama, betapapun benar atau kelirunya, lengkap atau tidak lengkapnya penegetahuan orang tentang politik, hal
itu memberi jalan kepadanya untuk memahami peristiwa politik tertentu. Kedua, kesukaan atau ketidaksukaan umum pada citra seseorang tentang politik
menyajikan dan untuk menilai objek politik. Ketiga, citra diri seseorang memberikan cara menghubungkan dirinya dengan orang lain.
57
Citra dapat membantu kita dalam pemahaman, penilain, pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan, atau pemimpin politik. Citra memberikan alasan yang
dapat di terima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya, tentang prefernsi politik, dan tentang penggabung
dengan orang lain.
57
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, khalayak dan efek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 6-7
Bagi seseorang politisi citra merupakan hal yang sangat penting untuk dapat menarik simpatik dari konstituen atau pemilih dalam pemilu. Citra itulah
yang menjadi dasar mereka untuk memilih atau tidaknya seorang politisi dalam kontestasi pemilhan umum. Oleh karena itulah, citra menjadi identitas penting
untuk menjaga dan menarik pemilihnya agar mendukungnya dalam pemilhan umum.
Bagi para politisi atau partai yang mengalami “turbulensi” citra sangat berimbas pada perolehan suara dari pemilih, karena bagaimanapun juga citra akan
menjadi masalah pokok dalam mempertimbangkan hak suaranya. Orang bertukar citra itu melalui komunikasi politik sebagai cara untuk mengatur pertikaian
mereka untuk menjami ketertiban sosial yang melindungi peluang untuk memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis.
58
3. Strategi pembentukan citra
Para politisi atau pemimpin politik sangat berkepentingan dalam pembentukan citra politik dirinya melalui komunikas politik dalam usaha
menciptakan stabilitas sosial dan memenuhi tuntutan rakyat.
59
Misalnya seorang presiden atau politisi membentuk opini yang berupa informasi kepada khalayak
publik bahwa ia sudah mengatasi krisis global atau memberantas teroris sehingga negaranya aman. Dari situlah sudah mulai membentuk citra sebagai sebuah
strategi dalam pembentukan citra, bahwa dirinya presiden atau politisi sudah menjalankan amanahnya dengan baik, dan dapat memenuhi aspirasi dari
58
Ibid, hal. 8
59
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hal. 179