Visi dan Misi PKS PKS

percaya diri yang memungkinkan kita berdiri sama tegak, dan tidak didikte oleh bangsa lain.

b. Misi PKS PKS

Adapun Misi PKS yang merupakan Platform partai adalah sebagai berikut: 1. Mempelopori reformasi sistem politik, pemerintahan dan birokrasi, peradilan, dan militer untuk berkomitmen terhadap penguatan demokrasi. Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses saling mengawasi. Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat, yang mempunyai kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, yang memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas. Melanjutkan reformasi birokrasi dan lembaga peradilan dengan memperbaiki sistem rekrutmen dan pemberian sanksi-penghargaan, serta penataan jumlah pegawai negeri dan memfokuskannya pada posisi fungsional, untuk membangun birokrasi yang bersih, kredibel, dan efisien. Penegakan hukum yang diawali dengan membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif. Mewujudkan kemandirian dan pemberdayaan industry pertahanan nasional. Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi pada semangat keadilan dan proporsionalitas melalui musyawarah dalam lembagalembaga kenegaraan di tingkat pusat, provinsi dan daerah. Menegaskan kembali sikap bebas dan aktif dalam mengupayakan stabilitas kawasan dan perdamaian dunia berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, saling menguntungkan, dan penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Menggalang solidaritas dunia demi mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya. 2. Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat melalui strategi pemerataan pendapatan, pertumbuhan bernilai tambah tinggi, dan pembangunan berkelanjutan, yang dilaksanakan melalui langkah-langkah utama berupa pelipatgandaan produktifitas sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan; peningkatan dayasaing industri nasional dgn pendalaman struktur upgrading kemampuan teknologi; dan pembangunan sektor-sektor yang menjadi sumber pertumbuhan baru berbasis resources knowledge. Semua itu dilaksanakan di atas landasan filosofi ekonomi egaliter yang akan menjamin kesetaraan atau valuasi yang sederajat antara pemilik modal dan pelaku usaha, dan menjamin pembatasan tindakan spekulasi, monopoli, dan segala bentuk kriminalitas ekonomi yang dilakukan oleh penguasa modal dan sumber-sumber ekonomi lain untuk menjamin terciptanya kesetaraan bagi seluruh pelaku usaha. 3. Menuju pendidikan yang berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun sistem pendidikan nasional yang terpadu, komprehensif dan bermutu untuk menumbuhkan SDM yang berdaya saing tinggi serta guru yang professional dan sejahtera. Menuju sehat paripurna untuk semua kelompok warga, dengan visi sehat badan, mental spiritual, dan sosial sehingga dapat beribadah kepada Allah SWT untuk membangun bangsa dan negara; dengan cara mengoptimalkan anggaran kesehatan dan seluruh potensi untuk mendukung pelayanan kesehatan berkualitas. Mengembangkan seni dan budaya yang bersifat etis dan relijius sebagai faktor penentu dalam membentuk karakter bangsa yang tangguh, disiplin kuat, etos kerja kokoh, serta daya inovasi dan kreativitas tinggi. Terciptanya masyarakat sejahtera, melalui pemberdayaan masyarakat yang dapat mewadahi dan membantu proses pembangunan berkelanjutan. . Gambar 3.2. Irisan tiga bidang platform kebijakan pembangunan PKSejahtera yang sejalan dengan Misi Partai

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Strategi PR PKS dalam Mereformulasi Citra Partai.

Citra merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap institusi ataupun perorangan. Citra merupakan kekayaan ataupun bisa menjadi kerugian setiap institusi ataupun sekelompok orang yang memilikinya, tergantung muatan citra itu sendiri, apakah dia bersifat positif atau negatif. Sederhananya citra dapat didefinisikan sebagai kontruksi atas representasi dan persepsi khalayak terhadap individu, kelompok atau lembaga yang terkait dengan kiprahnya di masyarakat. 77 Jika dikaitkan dengan citra politik kita dapat memahami bahwa citra sendiri memiliki gambaran seseorang tentang politik kekuasaan, kewenangan, otoritas, kerjasama, konflik, dan konsesus. 78 PKS, memiliki citra yang sangat baik yakni citra partai yang bersih, peduli, profesional. Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak awal pendirian PKS, balum ada yang tersandung kasus korupsi. Adapun mantan kader PKS yang pernah menikmati kursi di DPR Misbakhun, sempat di tangkap, karena tersandung kasus skandal century, namun dilepaskan kembali, karena terbukti tak bersalah. Setalah mengalami partai yang memiliki citra bersih, tiba-tiba harus terjerumus pula pada kasus korupsi, dan tak tanggung-tanggung, yang melakukan tindakan skandal korupsi adalah mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq. Hal ini menjadi “boomerang” bagi PKS yang dahulu sangat vokal dalam menyuarakan isu-isu korupsi, namun kali ini, mereka seperti menelan ludahnya sendiri. Hal ini 77 Anwar Arifin, Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hal. 178 78 Ibid membuat heboh banyak orang, karena selain partai yang terkenal bersih, partai ini pula menjadi partai yang berbasis ideologi Islam. Namun, pada akhirnya mereka telah menciderai persepsi publik, dengan kasus suap daging impor yang melibatkan mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq. Hal ini menuai kontroversi baik dikalangan internal partai maupun eksternal partai. Berbagai macam manuver yang dilakukan PKS yang mengkritik KPK terlalu berlebihan, karena sampai saat ini lembaga yang memiliki kepercayaan yang tinggi di masyarakat adalah KPK. Bagaimanapun, jika PKS menyerang KPK, maka persepsi buruk terhadap PKS akan semakin membesar. Selain berkonfrontasi dengan KPK PKS juga selalu menggunakan startegi dalam mereformulasi citra partai, pasca tertangkapnya mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq oleh KPK, startegi dilakukan baik oleh kader partai di dalam Parlemen maupun dalam pemerintahan dalam hal ini menteri yang berasal dari partai, serta kader partai yang menjadi bagian dari struktur partai, namun tidak termasuk dalam parlemen maupun pemerintahan.

1. Managemen Kesan PKS terhadap isu Kenaikan BBM

Dalam perspektif dramaturgis dari Erving Goffman, bahwa politisi kerap kali memunculkan sebuah drama dalam pementasan. Goffman memakai analogi drama sebagai perumpamaan peran yang selalu dilakukan oleh para politisi. Dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life, Goffman menggambarkan bagaimana dasar teori untuk tampil di dunia sosial. Menurut Goffman “ biasanya terdapat suatu arena kegiatan yang terdiri dari serangkaian kegiatan individu-individu yang saling mempengaruhi tindakan mereka satu sama lain, ketika masing- masing berhadapan secara fisik”. 79 Para aktor adalah mereka yang melakukan tindakan-tindakan atau penampilan rutin. Goffman menyaksikan bahwa individu dapat mempertunjukkan show bagi orang lain, tetapi kesan impression yang diperoleh khalayak terhadap pertunjukan itu bisa berbeda-beda. Dalam hal ini misalnya Goffman membagi kehidupan sosial ke dalam dua wilayah, yaitu: wilayah depan front stage dan wilayah belakang back stage. 80 Wilayah depan yaitu tempat atau peristiwa sosial yang memungkinkan individu menampilkan peran formal atau bergaya layaknya aktor yang berperan.. 81 Dapat disimpulkan bahwa wilayah depan merupakan dirinya yang bukan sebenarnya, karena selalu ada manipulasi diri untuk mencitrakan baik di hadapan publik, sedangkan panggung belakang adalah dirinya yang sebenarnya, karena dia akan sadar, bahwa tidak ada yang memperhatikannya, sehingga tidak akan mengubah reputasinya sebagai aktor. Tidak lama dari kasus LHI muncul di ranah publik, Pemerintah mencoba untuk menaikan harga BBM bersubsidi. Pro kontra di DPR semakin memanas, baik dari pihak koalisi maupun oposisi. PKS yang merupakan partai koalisi dari kabinet Indonesia bersatu jilid 2, saat itu menjadi kontra dengan pemerintah yang ingin menaikan harga BBM bersubsidi, penolakan ini semakin keras, dan fraksi 79 Erving Goffman, The Presentation of Self in Everyday Life, Garden City: Dobleday, 1959 hal. 15 80 Prof. Deddy Mulyana, Metode penelitian komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 38 81 Ibid, hal. 41.