RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.17
Semarang, dimana merupakan embrio angkutan massal Kedungsepur Kendal, Demak, Ungaran, Semarang dan Purwodadi.
Hal yang perlu menjadi perhatian serius yaitu terkait kondisi VC rasio jalan- jalan di Kota Semarang, dengan bertambahnya armada bus diharapkan rasio jumlah
kendaraan pribadi dan angkutan umum kecil lainnya ikut berkurang serta waktu jarak tempuh perjalanan harus semakin cepat. Hal lainnya yang perlu diperhatikan antara
lain: penambahanpemanfaatan Automatic Traffic Control System ATCS yang terhubungkan di semua titik lokasi lampu lalu lintas, optimalisasi dan penataan
terminal-terminal angkutan darat sebagai terminal penumpang.
h. Lingkungan Hidup
Kinerja pembangunan pada urusan lingkungan hidup dapat dilihat dari cakupan penanganan terhadap lahan yang kritis di Kota Semarang. Dari data yang didapat dari
Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang pada tahun 2012 ini BLH telah memulihkan 5 ha lahan kritis di Kecamatan gunungpati dan Kecamatan Mijen yang merupakan
Daerah Tangkapan Air Waduk Jatibarang sebagai Rencana Tempat IPA PDAM. Sehingga BLH Kota Semarang secara umum telah memulihkan seluas 20 Ha tahun
2009 sd tahun 2012 .
Untuk cakupan wilayah yang melaksanakan program “Biopori” di Kota Semarang pada akhir tahun 2012 mencakup 42.866.978 m2 atau kira-kira 15,17 dari
keseluruhan Lubang Resapan Biopori dan Sumur Resapan diperkirakan seluas 28.249,667 Ha atau seluas 282.496.670 m2. Luas cakupan ini meningkat sekitar
1,99 dibanding tahun 2011 yang tercatat seluas 13,17.
i. Pertanahan
Kinerja urusan pertanahan dapat dilihat dari jumlah tanah yang bersertifikat dan persentase bidang tanah yang sudah melaksanakan pendataan administrasi
pertanahan. Sampai dengan tahun 2011 terdapat 18 Kelurahan yang telah melaksanakan
kegiatan Penataan,
Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah P5T dan pada tahun 2012 sebanyak 16 Kelurahan sehingga sampai dengan tahun 2012 sudah dilaksanakan di 34 kelurahan. Sedangkan untuk
jumlah kasus pertanahan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Semarang adalah sejumlah 19 kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan pada tahun 2011 yang
sejumlah 20 kasus.
j. Kependudukan dan Catatan Sipil
Keberhasilan urusan Kependudukan dan Catatan Sipil dalam rangka tertib administrasi kependudukan dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja yaitu
kepemilikan KTP, rasio bayi berakta kelahiran, rasio pasangan nikah dan penerapan KTP nasional berbasis NIK. Dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan tertib
administrasi kependudukan di Kota Semarang semakin meningkat. Terlihat pada kepemilikan Kartu Tanda Penduduk KTP sebesar 85 di tahun 2012 atau sama
dengan tahun sebelumnya, namun apabila dilihat dari jumlahnya mengalami peningkatan, pada tahun 2011 sebesar 1.110.209 jiwa meningkat menjadi sebesar
1.219.390 jiwa di tahun 2012. Untuk e-KTP, sampai dengan akhir tahun 2012 perekaman e-KTP telah mencapai 85,31 atau sebesar 1.028.585 wajib KTP dari target
1.205.691 wajib KTP.
Sedangkan rasio bayi berakta kelahiran juga mengalami kenaikan dari 81,85 tahun 2011 menjadi 90,96 tahun 2012 atau ada peningkatan sebesar 9,11 . Rasio
Pasangan nikah yang berakta nikah juga mencapai 100. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK pada tahun 2012.
k. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak mengalami peningkatan dari 81 kasus di tahun 2011 menjadi 125 kasus di tahun 2012 atau ada penurunan
sebesar 54,32. Hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan pada urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak belum berjalan secara optimal.
RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.18
Indikator lainnya adalah Tingkat partisipasi angkatan TPAK perempuan, meningkat sebesar 74,84 di tahun 2012 dari tahun sebelumnya yang hanya 10.
l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Tingkat partisipasi masyarakat Kota Semarang dalam ber-KB pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 2,81 dari 75,05 di tahun 2011 menjadi 77,86 di
tahun 2012. Jumlah peserta KB aktif juga mengalami peningkatan dari 194.166 orang di tahun 2011 menjadi 203.322 orang di tahun 2012 atau meningkat sebesar 4,71.
Jumlah pasangan usia subur PUS juga mengalami peningkatan sebesar 0,93 yaitu dari 258.712 orang di tahun 2011 menjadi 261.133 orang di tahun 2012.
m. Sosial
Jumlah PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Semarang menurut data sektoral SKPD mengalami kenaikan sekitar 2. Dilihat dari jenis PMKS,
pada tahun 2011 jumlah PMKS tercatat sejumlah 462.660 jiwa meningkat menjadi 473.552 jiwa di tahun 2012. Sedangkan untuk jumlah PMKS yang mendapatkan
penanganan meningkat dari 3.218 jiwa di tahun 2011 menjadi 3.411 jiwa di tahun 2012 ini atau meningkat hampir 6.Salah satu bentuk penanganan terlihat dari
kegiatan pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial. Dari jumlah Kelompok Usaha Bersama KUBE yang meningkat dari 65 kelompok di tahun 2011 menjadi 70
kelompok di tahun 2012, 50 orang peserta diantaranya adalah termasuk kedalam kelompok penyandang masalah kesejahteraasn sosial. Meski telah dilakukan
penanganan namun hal ini masih perlu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah, karena masih ada kenaikan jumlah pada sub-sub PMKS yang penting,
dilihat pada data anak jalanan justru meningkat menjadi 401 anak di tahun 2012 dari jumlah 151 anak dari tahun sebelumnya. Jumlah gelandangan naik dari 29 jiwa
menjadi 199 jiwa di tahun 2012. Jumlah pengemis meningkat cukup drastis dari 117 jiwa menjadi 500 jiwa di tahun 2012. Jumlah Anak korban tindak kekerasan
meningkat dari 4 anak menjadi 16 anak di tahun 2012. Jumlah Wanita korban tindak kekerasan meningkat menjadi 103 jiwa dibanding tahun 2011 yang hanya 30 jiwa.
Meski angka kenaikan ini juga dikarenakan kesadaran masyarakat untuk berani melaporkan kepada yang berwajib yang meningkat, namun Pemerintah Kota tetap
harus serius dalam penanganan.
Upaya penanganan sudah dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatasi PMKS tersebut, tetapi mengubah pola pikir untuk hidup yang layak dengan kemampuan yang
ada memang bukan pekerjaan yang mudah dan instan. Penyebab yang paling mendasar terjadinya PMKS adalah karena faktor kemiskinan, pendidikan yang rendah,
tidak mempunyai ketrampilan, tidak mempunyai pekerjaan tetap, dan penghasilan yang rendah.
n. Ketenagakerjaan