RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.4
lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang
potensial dan bersifat tawar. Untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi
damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara 50 - 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih mungkin ditemukan, karena adanya formasi damar
yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu lempung.
f. Klimatologi
Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan muson
timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut NW menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Sifat periode
ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif tinggi dan mendung. Lebih dari 80 dari curah hujan tahunan turun di periode ini. Dari Juni hingga Oktober
angin bertiup dari Selatan Tenggara SE menciptakan musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit jumlah curah hujan,
kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung.
Curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan
curah hujan khas pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun
Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C.
Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61 pada bulan September ke maksimum 83 pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata
di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 kmhari pada bulan Agustus sampai 286 kmhari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan
rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46 pada bulan Desember sampai 98 pada bulan Agustus.
g. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi penggunaan lahan sawah, lahan non sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan sawah terdiri dari irigasi teknis 198
Km
2
, setengah teknis 530 Km
2
, irigasi sederhanairigasi desanon PU 45 Km
2
, tadah hujan 2,031 Km
2
, dan yang tidak diusahakan 267 Km
2
. Penggunaan lahan sawah dan lahan non sawah meliputi lahan pekarangan 38, ladang 21, tegalan 14,
lainnya 11, perkebunan 5, tambak dan kayu-kayuan 4, padang rumput 2, tidak diusahakan 1. Sedangkan lahan kering meliputi pekarangan dan bangunan
42, padang gembala 5, tambakrawa, tegalan dan kebun 27, tambakkolam, lainnyatanah kering 26.
Penggunaan lahan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, rencana pola
pemanfaatan ruang meliputi: Kawasan lindung yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan; dan Kawasan Budidaya yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
2.1.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan,
pertanian, pariwasata dan industry dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.
RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.5
a. Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa