RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.9
ditelaah lebih jauh, ketiga macam bencana di Semarang ini saling terkait, dengan sebab baik karena kondisi awal alamnya maupun karena dampak pembangunan.
Banjir sering terjadi di sekitar aliran sungai dan di bagian utara kota yang morfologinya berupa dataran pantai. Kawasan potensi bencana banjir secara umum
diklasifikasikan menjadi:
a. Kawasan Pesisir Pantai
Merupakan salah satu kawasan rawan banjir karena kawasan tersebut merupakan dataran rendah dimana ketinggian muka tanahnya lebih rendah atau
sama dengan ketinggian muka air laut pasang rata-rata Mean Sea Level, MSL, dan menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai. Di samping itu, kawasan
pesisirpantai dapat menerima dampak dari gelombang pasang yang tinggi, sebagai akibat dari badai angin topan atau gempa yang menyebabkan tsunami.
b. Kawasan Dataran Banjir Flood Plain Area
Adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, yang kemiringan muka tanahnya sangat landai dan relatif datar. Aliran air dari kawasan tersebut
menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan potensi banjir menjadi lebih besar, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini
umumnya terbentuk dari endapan sedimen yang sangat subur, dan terdapat di bagian hilir sungai. Seringkali kawasan ini merupakan daerah pengembangan
kota, seperti permukiman, pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, industri dan lain sebagainya.
Kawasan ini bila dilalui oleh sungai yang mempunyai Daerah Aliran Sungai DAS cukup besar, seperti Kali Garang Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di
Kota Semarang, memiliki potensi bencana banjir yang cukup besar juga, karena debit banjir yang cukup besar yang dapat terbawa oleh sungai tersebut. Potensi
bencana banjir akan lebih besar lagi apabila terjadi hujan cukup besar di daerah hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang air laut.
c. Kawasan Sempadan Sungai
Merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan tertentu.
d. Kawasan Cekungan
Merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi hulu sungai dapat menjadi daerah rawan bencana banjir.
Pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan.
Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisirpantai dan daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang
ada dapat diklasifikasikan menjadi 3 tiga jenis, yaitu: banjir limpasan sungaibanjir kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang rob.
Banjir pasang rob terjadi karena pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian permukaan tanah di suatu kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di
sekitar pantai. Penurunan tanah disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen yang terdiri dari batuan
muda ditambah pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat dilihat adanya luasan genangan
rob yang semakin besar. Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota
Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian.
Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga
menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang mengalami kekeringan terdapat di Semarang atas.
RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.10
Berdasarkan data yang ada pada Buku Rencana Aksi Nasional 2010-2014, potensi bencana yang ada di Kota Semarang adalah banjir, kekeringan, longsor,
kebakaran hutan, erosi, kebakaran gedung dan permukiman dan risiko cuaca ekstrim.
2.1.1.4. Demografi
Jumlah penduduk berdasarkan data statistik Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar
1.559.168 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,96 dibanding tahun 2011 yang tercatat sebesar 1.544.358 jiwa. Persebaran penduduk jika dilihat dari
jumlah penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang tidak merata. Kepadatan penduduk yang paling tinggi berada pada
wilayah perkotaan antara lain meliputi kecamatan Semarang Selatan sebesar 14.946 jiwa km
2
, Candisari sebesar 12.228 jiwakm
2
, Semarang Tengah sebesar 11.680 jiwakm
2
, Gayamsari sebesar 11.894 jiwakm
2
, Semarang Utara sebesar 11.599 jiwakm
2
, Semarang Timur sebesar 10.235 jiwakm
2
dan secara rinci jumlah kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan sebagaimana tabel 2.1.
di bawah ini, terlihat bahwa kepadatan paling rendah berada di wilayah kecamatan yang berada di wilayah pinggiran yang merupakan wilayah pertanian, tegalan dan
tambakan yakni Kecamatan Tugu sebesar 955 jiwakm
2
, Kecamatan Mijen sebesar 982 jiwakm
2
, dan Gunungpati sebesar 1.387 jiwakm
2
.
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Semarang per Kecamatan Tahun 2012
No Kecamatan
Luas Km
2
Jumlah Penduduk
Jiwa Kepada
tan JiwaKm
2
Juml. Pend.
Lahir Juml.
Pend. Mati
Juml. Pend.
Datang Juml.
Pend. Pindah
1 Mijen
57,55 56.570
982 845
319 2.121
990 2
Gunung Pati 54,11
75.027 1.387
1.086 379
1.899 1.003
3 Banyumanik
25,69 128.225
4.990 1.786
748 3.568
3.692 4
Gajahmungkur 9,07
63.430 6.991
948 406
1.405 1.720
5 Semarang
Selatan 5,93
82.931 13.963
1.098 663
1.539 2.305
6 Candisari
6,54 79.902
12.228 1.293
621 1.741
2.393 7
Tembalang 44,2
142.941 3.193
2.537 1.523
5.801 4.066
8 Pedurungan
20,72 175.770
8.488 2.579
943 5.417
5.315 9
Genuk 27,39
91.527 3.361
1.665 429
3.652 1.788
10 Gayamsari
6,18 73.584
11.894 1.320
434 2.236
2.669 11
Semarang Timur 7,70
78.889 10.235
1.054 675
1.443 2.624
12 Semarang Utara
10,97 127.891
11.599 1.982
1.018 2.443
3.583 13
Semarang Tengah
6,14 71.674
11.680 944
578 1.285
2.458 14
Semarang Barat 21,74
158.981 7.336
2.268 1.080
3.311 5.117
15 Tugu
31,79 30.904
955 464
161 770
517 16
Ngaliyan 37,99
120.922 3.183
1.761 627
4.266 2.952
Total 373,70
1.559.168 4.167
23.630 10.604
42.897 43.192
Sumber: BPS Kota Semarang 2012
Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2012 dipengaruhi oleh jumlah migrasi dan penduduk yang lahirmati. Walaupun laju pertumbuhan penduduk
mengalami penurunan, yaitu dari 1,11 pada tahun 2011 menjadi 0,96 pada tahun 2012, tetap saja terjadi kenaikan jumlah penduduk yang ditunjukkan dengan tingkat
atau laju pertumbuhan penduduk yang bernilai positif
. Peningkatan jumlah penduduk
tersebut sangat dipengaruhi proses alami yaitu kelahiran dikurangi kematian
RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.11
penduduk, selain itu juga dipengaruhi migrasi penduduk dari daerah sekitar Kota Semarang yang merupakan imbas dari daya tarik Kota Semarang sebagai ibu kota
Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus sebagai pusat perekonomian dan pusat pendidikan.
Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan di atas umur 5 tahun adalah: tidak punya ijazah SD sebesar 21,16; tamat SDMI sederajat
sebesar 26,10; tamat SMPMTs sederajat sebesar 13,71; tamat SMAMA sederajat sebesar 26,83; dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 12,20. Hal ini menggambarkan
masih cukup tinggi komposisi penduduk usia 5th yang belumtidak tamat SD. Dalam hal ini lulusan SMAMA menjadi perhatian yang lebih serius oleh Pemerintah Kota
karena merupakan usia yang produktif.
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang berturut- turut adalah Buruh Industri dengan persentase sebesar 24,76, PNSABRI sebesar
14,11, Lainnya sebesar 12,24, Pedagang sebesar 11,92, Buruh Bangunan 1,80, Pengusaha sebesar 8,52, Pensiunan sebesar 5,33, Petani sebesar 4,27, Angkutan
sebesar 3,60, Buruh Tani sebesar 3,05, dan Nelayan sebesar 0,40 .
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia 15 tahun dan 64 tahun adalah 438.124 jiwa pada tahun 2011 menurun menjadi 428.216 jiwa pada tahun 2012.
Sedangkan jumlah berdasarkan kelompok usia 15 – 64 tahun pada tahun 2011 adalah
1.106.234 jiwa naik menjadi 1.130.952 jiwa pada tahun 2012. Rasio Ketergantungan Total perbandingan antara penduduk usia tidak produktif dengan penduduk usia
produktif di Kota Semarang pada tahun 2012 mencapai 37,86, dengan rasio ketergantungan muda mencapai 31,30 dan rasio ketergantungan tua sebesar 6,56.
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pembangunan daerah yang merupakan upaya menciptakan kondisi kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi 1 aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, 2 aspek
kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; 3 aspek kesejahteraan fokus pada Seni Budaya dan Olahraga. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat
sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut:
2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari indikator-indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan
indeks gini serta rasio penduduk miskin. Kinerja sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan PDRB
Kondisi perekonomian Kota Semarang dapat dikatakan membaik, hal ini dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan PDRB Konstan dalam 2 tahun terakhir yang mengalami
pertumbuhan positif. PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2012 sebesar Rp 24.139.130,96 juta atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya
sebesar Rp 22.736.136,19.410 juta, namun Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE Kota Semarang mengalami penurunan dari 6,41 pada tahun 2011 menjadi 6,17 di tahun
2012. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional yang juga mengalami penurunan dari 6,49 menjadi 6,23.
Dan jika dilihat dari sektor pembentuk PDRBnya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor yang berperan paling tinggi menyumbang PDRB di Kota
Semarang dengan persentase menyentuh 28,01 di tahun 2011 dan 28,30 di tahun 2012. Hal ini selaras dengan visi Kota Semarang yang berfokus untuk Terwujudnya
Semarang Kota Perdagangan Dan Jasa, Yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera Urutan kedua yang juga berperan dalam kontribusi kota yaitu sektor
Industri Pengolahan sebesar 23,91 di tahun 2012 ini diikuti sektor Bangunan sebesar
RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.12
19,86 dan sektor Jasa sebesar 13,22.
b. Laju Inflasi