Rasio Penduduk Miskin Pendidikan

RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.12 19,86 dan sektor Jasa sebesar 13,22.

b. Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran untuk menggambarkan kenaikanpenurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari tingkat keparahan inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan daerah dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Namun sebaliknya pada inflasi yang tinggi masyarakat menjadi tidak bersemangat untuk bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi yang disebabkan harga meningkat dengan cepat. Inflasi Kota Semarang di tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 4,85 dibandingkan 2011 yang tercatat sebesar 2,87 angka inflasi Kota Semarang ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 4,30 maupun inflasi Jawa Tengah yang tercatat 4,24 . Isu kenaikan BBM yang gencar cenderung menjadi salah satu faktor penyebab naiknya angka inflasi di Kota Semarang selain juga dipengaruhi krisis ekonomi di negara-negara Eropa PIGS Portugal, Italia, Greece, Spain serta harga minyak dunia yang sempat mencapai 125 dollar barrel.

c. PDRB per Kapita

Jika dilihat dari jumlah PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2011-2012 Kota Semarang mengalami pertumbuhan yang cukup baik dari Rp 31.101.850,41 di tahun lalu menjadi Rp 35.033.671,76 atau naik sekitar 11,2 di tahun 2012 ini.

d. Indeks Gini

Dari data Susenas tahun 2011, indeks Gini Ratio Kota Semarang lebih tinggi dari Jawa Tengah 0,3462, dengan angka mencapai 0,3545. Angka indeks gini ini masih digunakan juga di tahun 2012 yang berarti ketimpangan pemerataan penduduk di Kota Semarang mencapai level sedang. Indeks gini adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam pendapatan distribusi yang ditentukan dengan koefisien gini rasio antara 0 – 1 0 dan 1, semakin rendah koefisien gini maka pendapatan pada suatu wilayahdaerah semakin merata. Kategori ketimpangan tinggi apabila indeks gini besar dari 0,5 dan kategori rendah dengan indeks gini dibawah 0,5 tinggi 0,5 dan rendah 0,5. Sedangkan menurut kriteria bank dunia, masyarakat kelompok I kurang beruntung menyentuh angka 21,68 , masyarakat kelompok II menengah mencapai 35,13 dan masyarakat kelompok III kaya mencapai persentase tertinggi yaitu diatas 43.

e. Rasio Penduduk Miskin

Untuk perhitungan angka kemiskinan tahun 2012 di Kota Semarang masih menggunakan data base kemiskinan tahun 2011 yaitu 26,44 hal ini disebabkan karena survey terhadap penduduk miskin dilakukan secara periodik 2 tahun. Rasio ini mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 yaitu dari 26,41 atau dari 398.009 jiwa111.558 KK menjadi 448.398 jiwa128.647 KK dasar: Keputusan Walikota Semarang tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Th. 2011. Rasio penduduk miskin yang dilihat berdasarkan review database gakin ditambah hasil uji publik memungkinkan penambahan, sesuai dengan pergerakan warga miskin perkotaan kemiskinan yang masih tinggi inilah yang perlu menjadi perhatian khusus, karena berdasarkan dokumen RPJMD Kota Semarang tahun 2010-2015 angka kemiskinan pertahun ditargetkan turun 2 sehingga target th 2011 yang dipatok sebesar 24,41 dan target th 2012 dilevel angka 22,41 tidak tercapai dan ini juga akan memperberat kinerja pemerintah Kota Semarang di tahun-tahun kedepan. Namun hal tersebut berlawanan jika yang menjadi acuan adalah data base yang terdata di Badan Pusat Statistik BPS, berdasarkan data versi BPS, September 2011 rasio penduduk miskin Kota Semarang hanya menyentuh angka 5,68 dan bahkan RKPD Kota Semarang Tahun 2014 II.13 jauh lebih rendah bila dibandingkan angka kemiskinan Jawa Tengah 14,98 maupun angka kemiskinan nasional yang mencapai 11,66 di tahun yang sama.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi pembangunan yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat antara lain pendidikan, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan dasar sosial masyarakat lainnya. Kondisi pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial sampai dengan tahun 2012 pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pembangunan pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator pendidikan antara lain Angka Melek Huruf, Angka Rata-Rata Lama Sekolah, Partisipasi Murni APM, Angka Putus Sekolah APS, dan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan. Kondisi makro Kota Semarang dari sisi pendidikan semakin membaik dari tahun lalu. AMH pada tahun 2012 naik menjadi 99,79 dibanding tahun 2011 yang tercatat . Angka rata-rata lama sekolah untuk pendidikan wajib belajar 9 tahun cenderung tetap. Sedangkan rata-rata Angka Partisipasi Kasar Sekolah di Kota Semarang untuk SDMI naik dari 105,9 menjadi 107,25 dengan Angka Partisipasi Murni naik dari 90,55 menjadi 92,58 pada tahun 2012. Untuk APK SMPMTs naik dari 110,31 menjadi 112,20 dengan APM turun dari 79,24 menjadi 79,14. Pada pendidikan menengah atas APK naik dari 111,39 menjadi 119,56 dengan APM naik dari 79,29 menjadi 84,11 di tahun 2012 ini. Untuk angka pendidikan yang ditamatkan, pada tahun 2012 ini mengalami penurunan dibanding tahun 2011 untuk jenjang SMASMK dan SMPMTs. Untuk Jenjang Pendidikan SMASMK pada tahun 2012 sebesar 99,62 atau mengalami penurunan sebesar 0,23 dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 98,85 dan untuk jenjang pendidikan SMPMTs sebesar 97,28 mengalami penurunan sebesar 1,18 dibanding tahun 2011 yang sebesar 98,46. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SDMI tetap yakni sebesar 100. Dari Angka Kelulusan AL SMAMASMK yang 99,62 dengan jumlah lulusan 20.674 siswa, hanya 42,86 yang merupakan lulusan siap kerja SMK . Untuk pendidikan luar sekolah dalam hal ini PAUD, jumlah anak usia 4-6th yang mengikuti PAUD pada tahun 2012 ini mencapai 94,84 hal ini naik secara signifikan dibanding tahun 2011 yang hanya sebesar 68,66.

b. Kesehatan