Botani dan Habitus 1. Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen
21 daerah Banda, kemudian dibawa ke Kebun Raya Bogor, dan dari Kebun Raya
Bogor disebar luaskan ke seluruh Nusantara sejak tahun 1871. Buku Tree Flora of Indonesia, check list for Sumatera Whitmore,
1986 mengungkapkan bahwa baik Albizzia falcata L.Backer, maupun Albizia falcataria L. Fosberg, sebenarnya namanya adalah Paraserianthes
falcataria L. Nielsen. Nama Paraserianthes falcataria L. Nielsen sebenarnya sudah lebih dahulu diberikan oleh Nielsen, tetapi tidak banyak
dikenal orang, sehingga menurut aturan tata nama international nama yang lebih dahulu diberikan itulah yang diakui. Oleh karena itu sejak tahun 1986
mulai diperkenalkan nama kayu sengon sebagai Paraserianthes falcataria L. Nielsen.
Paraserianthes falcataria L. Nielsen termasuk jenis pohon yang cepat tumbuh dan dapat mencapai tinggi sampai 45 m dengan diameter batang
mencapai 100cm. Batangnya tidak berbanir, kulit berwarna kelabu muda, licin batang lurus dengan batang bebas cabang dapat mencapai tinggi 20 m,
tajuknya berbentuk perisai, agak jarang dan selalu hijau Griffioen 1954. Sengon termasuk jenis pohon yang pertumbahannya sangat cepat sehingga
disebut “miracle tree” Prosea 1994. Perakarannya terbentang melebar dan di samping susunan akar yang agak dangkal, terdapat pula susunan akar yang
berkembang masuk agak dalam. Pohon kayu sengon umumnya berbunga dalam bulan Juni-Nopember dan umumnya berbuah terutama pada akhir
musim kemarau Griffioen 1954. Jumlah biji kering ada sekitar 40.000- 55.000 per kg atau sekitar 36.000 per liter, dan daya kecambah rata-rata
sekitar 80. Bijinya berkulit keras dan dapat mempertahankan daya kecambahnya selama beberapa tahun Griffioen 1954.
Ciri-ciri botani sengon menurut Tantra 1981 adalah sebagai berikut: Pohonnya dapat mencapai tinggi 30-45 m, ranting muda berbentuk persegi dan
berambut. Daun sempurna menyirip rangkap dengan satu kelenjar atau lebih pada tangkainya. Sirip 6-20 pasang, anak daun 6-26 pasang setiap sirip, bentuk
ellip sampai memanjang dengan ujung yang sangat miring atau runcing. Bunga berbilangan lima, kelopak bergigi, tingginya lebih kurang 2 mm.
Tabung mahkota bentuk corong, putih sampai kuning pucat, berambut tingginya lebih kurang 6 mm. Benang sari banyak, muncul ke luar mahkota,
tangkai sari putih, pada pangkalnya bersatu menjadi tabung dan panjangnya
22 sekitar 1,5 cm. Polongan bentuk pita, lurus di atas tenda bekas mahkota
dengan tangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Di atas biji terdapat sedikit melembung lebar lebih-kurang 2 cm, membuka dengan dua katup, dan jumlah
biji sekitar 16 buah atau kurang.
2. Damar Agathis loranthifolia Salisb. Agathis loranthifolia Salisb. termasuk famili Araucariaceae, seksi
Microbracteatae Team Reboisasi LPH Bogor 1971. Buah berbentuk conus yang khas, sisik berlapis seperti atap genteng imbricatus dan membentuk
suatu spiral mengelilingi suatu poros berbentuk ganda yang berdaging tebal. Biji berbentuk telur terbalik, panjang 10-11 mm, lebar 8 mm, bersayap. Daun
dewasa berhadap-hadapan, pada dahan muda daun berbentuk bulat panjang hingga berbentuk telur; panjang 7,5 -12 cm, lebar 2-3,5 cm, pada dasarnya
sedikit membulat; tangkai daun jelas kelihatan. Agathis loranthifolia termasuk pohon besar, tingginya dapat mencapai
60 m, dan diameter setinggi dada dapat mencapai 200 cm. Batang monopodial, lurus, tidak berbanir, kulit kayu tebalnya 1-2 cm berwarna coklat kelabu
Prosea 1995. Tajuk tidak lebar, berbentuk kerucut dan agak rapat terutama pada pohon yang masih muda, menjadi agak jarang dan sedikit mendatar bila
sudah tua. Sistem perakaran pada pohon yang masih muda selalu terdapat akar tunggang dengan akar mendatar yang kecil, dan baru setelah pohon mulai
dewasa dikembangkan akar-akar tenggelam zinkers dan akar-akar mendatar yang kuat.
Pohon damar umumnya mempunyai dua sistem perakaran yaitu system perakar mendatar yang dalamnya hanya beberapa desimeter, tapi menjalar
sampai jauh ke semua jurusan. Sedangkan sistem perakaran vertikal akar tunggang berbentuk kerucut di kelilingi akar-akar tenggelam besar yang
tumbuh lurus ke bawah. Pohon damar dikenal mempunyai sistem perakaran yang kuat, sehingga jarang ditemukan ada pohon damar yang tumbang,
kecuali disebabkan keadaan tanah tertentu, sebaliknya banyak pohon roboh
karena pangkal batang busuk Team Reboisasi LPH Bogor 1971.
23
L. Penyebaran dan Tempat Tumbuh 1. Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen
Pohon ini secara alami ditemukan di Maluku Griffioen 1954 dan pada tahun 1871 mulai di masukkan ke Jawa. Lain daripada itu pohon ini juga
terdapat di Toampala, Sulawesi Selatan dan di daerah Irianpun terdapat jenis ohon ini Hildebrand 1951. Selain di Indonesia pohon ini juga ditanam di
Serawak, Brunai dan Kepong Anonymous 1953. Troup 1921 seperti dikutip Alrasjid 1973 di Sri Langka maupun di India Assam jenis pohon ini
sering dipakai peneduh di perkebunan-perkebunan teh. Di Jawa pohon ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m. di atas pemukaan laut Griffioen
1954, dan bahkan pada 1600 m di atas permukaan laut pohon ini masih dapat tumbuh Hildebrand 1951.
Batas terendah pohon ini masih dapat tumbuh adalah 10 m dpl. Di Serawak dan Brunai pohon ini tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada
tanah yang berdrainase jelek Anonymous 1953. Di Jawa Barat jenis pohon ini sudah menjadi tanaman rakyat, dan biasa di tanam di pekarangan rumah,
tegalan dan di pematang sawah. Di daerah Cibinong Bogor telah dilaporkan bahwa kayu sengon dapat tumbuh dengan baik pada tanah berkapur Pandit
1988.