Ultrastruktur Kayu Reaksi TINJAUAN PUSTAKA

13 atau lumen sel serabut. Adanya lapisan G ini menyebabkan dinding sel selalu lebih tebal dibanding kayu normal, dan dengan pewarnaan kimia tidak menunjukkan adanya lignin. Permulaan pembentukan kayu tarik terjadi segera sesudah batang pohon dimiringkan, dan seel-sel serabut gelatinous nampak dalam anakan Populus yang dirangsang oleh kemiringan batang, setelah selama 24 jam Panshin 1980. Tingkat kemiringan batang ternyata merupakan faktor yang paling penting dalam perkembangan sejumlah serabut gelatinous terutama pada jenis Populus Panshin 1980. Dalam semua kondisi tempat tumbuh, persentase jumlah kayu tarik akan naik dengan kenaikan kemiringan batang, dan bentuk eksentrisitas penampang melintang batang Panshin 1980.

E. Ultrastruktur Kayu Reaksi

Penggunaan pertama Transmission Electron Microscopy TEM untuk mempelajari arah orientasi mikrofibril selulose MFs terhadap sel-sel trakeida dimulai sejak tahun 1950 Wardrop dan Dadswell 1953; Wardrop 1954; 1957; 1958; Harada et al. 1958; Wardrop 1964; Wardrop and Harada 1965 dalam Abe 2005. Arah orientasi MFs lapisan dinding sekunder S2 dipelajari lebih rinci karena lapisan ini paling tebal dan mempengaruhi karakteristik sifat fisik kayu dan kertas yang dihasilkan Chafe 1974; Scallan 1974; Meylan dan Butterfield 1978; Ruel et al. 1978; Hirakawa dan Fujisawa 1995 dalam Donaldson 2001. Perkembangan teknologi SEM dengan resolusi yang lebih tinggi yang disebut Field Emission-Scanning Electron Microscopy FE-SEM, memungkinkan untuk pengujian secara lebih detail struktur dan orientasi sudut mikrofibril MFA dinding sel trakeida, dan pemecahan permasalahannya dapat dilakukan dengan apa yang disebut Transmission Electron Microscopy TEM. Hasil observasi orientasi MFA tanaman berkayu woody plants yang sangat terinci telah dilaporkan oleh Hirakawa Ishida 1984; Bookers and Sell 1998; Yoshida et al. 2000; Awano et al. 2000; 2001; Hosoo et al. 2002; Sano 2004 dalam Abe 2005. Ultrastruktur dinding sel tumbuhan berkayu disusun oleh dua lapisan yaitu dinding primer Dp dan dinding sekunder Ds, dimana Ds umumnya disusun atas tiga lapisan yaitu dinding sekunder S1 Ds S1, dinding sekunder S2 Ds S2, 14 dan dinding sekunder S3 Ds S3. Di antara Dp sel yang satu dengan Dp sel di sebelahnya terdapat lamella tengah sejati true middle lamella Panshin 1980; Haygreen 1982; Tsoumis 1991 dan Bowyer 2003. Dua Dp dengan lamella tengah sejati di bagian tengah disebut juga lamella tengah majemuk compound middle lamella. Lapisan terluar dari Ds yaitu Ds S1, tebalnya sekitar 0,12 mikron pada bagian kayu awal earlywood, dan 0,38 mikron pada bagian kayu akhir latewood pada kayu Norway spruce Picea abies L. Karst. demikian Brandstrom 2003. Dinding sekunder S1 Ds S1 secara keseluruhan tebalnya sekitar 16 dengan orientasi MFA sekitar 50-70 o terhadap sumbu panjang sel Panshin 1980. Dinding sekunder S2 DsS2 ternyata paling tebal, yaitu sekitar 74 dengan orientasi sudut MFA sekitar 10-30 o terhadap sumbu panjang sel. Sedangkan dinding sekunder S3 Ds S3 lebih tipis dibanding Ds S1, dan tebalnya sekitar 8 dengan orientasi MFA sekitar 60-90 o Panshin 1980. Penelitian tentang orientasi MFA selulose di dalam dinding sel-sel trakeida beberapa jenis kayu konifer telah diteliti dengan Field Emission-Scanning Electron Microscopy Fe-SEM oleh Hisashi 2005. Hasilnya antara lain dinyatakan arah orientasi MFA Ds S1 membentuk arah hurup S S-helik, dan arah orientasi MFA Ds S2 membentuk arah huruf Z Z-helik dengan besaran sudut sekitar 15 o terhadap sumbu panjang sel. Sedangkan orientasi MFA Ds S3 besarnya sekitar 40 o dengan arah huruf Z dan sudut sekitar 20 o menurut arah huruf S Hisashi 2005.

F. Kelemahan Sifat Kayu Reaksi