Sifat Makroskopik Kayu Reaksi Sifat Mikroskopik Kayu Reaksi

10 Kayu reaksi juga telah ditemukan pada batang yang tidak miring pada Pinus loblolly Zobel dan Haught 1962, yellow poplar Taylor 1968, dan beberapa jenis Populus Krempl 1975 dalam Haygreen 1982. Tsoumis 1991 menerangkan hal ini dengan menujukkan bahwa pohon-pohon yang sangat muda mungkin miring membentuk kayu tarik dan dapat pulih kembali ke posisi tegak, tetapi gaya berat bukan satu-satunya faktor lingkungan yang menyebabkan pembentukan kayu reaksi. Penelitian-penelitian terhadap kayu tropika menunjukkan bahwa kayu tarik mungkin berfungsi untuk menggerakkan tajuk-tajuk ke ruang-ruang terbuka dalam suatu lapisan tajuk hutan yang lebat Panshin 1980. Terdapat bukti yang kuat bahwa pembentukan kayu reaksi berhubungan dengan pertumbuhan yang cepat Isebrands 1972; Crist 1977 dalam Haygreen 1982. Kemiringan batang lebih besar dari 2 o dapat menyebabkan pembentukan kayu tekan, jumlah persentase kayu reaksi yang terbentuk berhubungan langsung dengan sudut kemiringannya Haygreen 1982. Penelitian telah pula menunjukkan kayu reaksi tumbuh dan berkembang dalam jangka waktu kurang dari 24 jam setelah batang memperoleh tekanan Kennedy 1965 dalam Haygreen 1982.

C. Sifat Makroskopik Kayu Reaksi

Kayu reaksi baik yang terjadi pada kelompok KDJ maupun KDL secara makroskopik dicirikan oleh adanya bentuk penampang melintang batang yang eksentrik artinya pusat batang atau empulur pith tidak lagi berada di tengah, dan bagian kayu reaksi menempati bagian batang yang riap tumbuhnya terlebar, sehingga kelihatan seperti bulan sabit Panshin, 1980; Torges 2005. Kayu reaksi yang terjadi pada KDL tension-wood dicirikan oleh bentuk penampang melintang batang yang tidak bulat, dan riap tumbuhnya yang besar terdapat pada bagian atas lengkungan. Secara makroskopik kayu tarik umumnya warnanya lebih terang dibanding kayu normalnya, sehingga di Jerman kayu tarik disebut kayu putih weiszholz Panshin 1980. Desch 1982 juga menyatakan bahwa kayu tarik umumnya menampakkan warna yang lebih terang dibanding bagian kayu normalnya. 11 Adanya kayu tarik juga dapat dikenal secara makroskopik yaitu pada papan yang diserut dalam kondisi basah akan sulit mengahasilkan permukaan halus dan umumnya permukaan papan tampak berbulu halus woolly grain Haygreen 1982. Berbeda dengan KDL kayu reaksi yang terjadi pada KDJ compression-wood dicirikan oleh bentuk penampang melintang batang yang eksentrik, dan riap tumbuhnya yang besar terdapat pada bagian sisi bawah lengkungan. Secara makroskopik kayu tekan umumnya mempunyai warna yang lebih gelap dibanding kayu normalnya, sehingga di Jerman kayu tekan sering juga disebut kayu merah rotholz Panshin 1980. Penelitian tentang kayu tekan sudah cukup banyak dilakukan terutama dari jenis-jenis Pinaceae, akan tetapi tidak demikian halnya dengan penelitian sifat- sifat kayu tarik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kayu tekan banyak ditemukan pada Ginkgoales, Coniferales dan Taxales, namun cacat kayu tekan tidak ditemukan pada Cycadales dan Gnetales Westing 1965; Timel 1983 dalam Yoshizawa 1986.

D. Sifat Mikroskopik Kayu Reaksi

Kayu reaksi baik yang terjadi pada KDJ kayu tekan maupun yang terjadi pada KDL kayu tarik mempunyai struktur mikroskopik yang berbeda dengan bagian kayu normalnya. Perubahan struktur anatomi selama transisi dari kayu normal ke posisi kayu tekan telah diteliti. Karakteristik struktur mikroskopik kayu tekan dicirikan oleh bentuk penampang melintang sel-sel trakeida yang bulat, ultra-struktur dinding sekunder S2 DsS2 menjadi lebih tebal dan absennya dinding sekunder S3 DsS3 Panshin 1980; Yoshizawa 1986; Tsoumis 1991; Kartal 2000. Bentuk penampang melintang sel-sel trakeida yang bulat akan menyebabkan pola penyusunan sel-selnya menjadi tidak rapat dan menghasilkan ruang-ruang antar sel intercellular spaces. Ruang-ruang antar sel ini bila dilihat pada penampang aksial radial atau tangensial section secara mikroskopik kelihatan seperti adanya celah atau retak-retak. Retak-retak ini sebenarnya adalah suatu sistem rongga-rongga radial yang berasal dalam DsS2 selama pembentukan lapisan ini, dan tidak disebabkan karena proses mengeringnya dinding sel. 12 Sifat mikroskopik kayu tekan lainnya adalah sel-sel trakeida kayu tekan 10-40 lebih pendek daripada sel trakeida kayu normal pada riap tumbuh yang sama, dan ujung trakeida kayu tekan kerap kali terganggu. Kadar lignin kayu tekan umumnya 9 lebih tinggi daripada kayu normal, kadar selulosenya 10 lebih rendah daripada kayu normal Panshin 1980. Sel-sel pembuluh vessel cells dalam zone kayu tarik tidak berubah sifatnya dari struktur sel pembuluh kayu normalnya, tetapi biasanya diameter sel pembuluh menjadi lebih kecil dan jumlahnya menjadi lebih banyak. Perubahan yang paling nyata dari modifikasi ultrastruktur kayu tarik terutama dicirikan oleh adanya perubahan ultrastruktur dinding sel serabutnya fiber cells, dinding sel serabut kadang-kadang hampir memenuhi seluruh rongga selnya, sehingga rongga sel hanya kelihatan berupa celah yang sempit. Dinding sel bagian dalam kelihatan seperti kaca dan bersifat gelatinous sehingga sering disebut gelatinous layer G layer Panshin 1980; Clair et al. 2005. Ada tiga kemungkinan modifikasi dinding sel serabut akibat kayu tarik, tergantung dari besar kecilnya sudut kemiringan batang Panshin 1980; Haygreen 1982: 1. Pada kayu tarik ringan mild tension wood, lapisan G dapat dibentuk pada bagian dalam dinding sekunder S3 Ds S3, sehingga struktur dinding sel menjadi: Dp, Ds S1, Ds S2, Ds S3, G. 2. Lapisan G dapat juga dibentuk menggantikan Ds S3, sehingga susunan dinding sel menjadi : Dp, Ds S1, Ds S2, G, ini terjadi pada kayu tekan sedang. 3. Lapisan G dibentuk dapat menggantikan Ds S1, Ds S2 dan Ds S3, sehingga susunan dinding sel akan menjadi : Dp dan G., ini terjadi umumnya pada kayu tarik berat severe tension wood. Lapisan G adalah suatu selubung mikrofibril selulose yang mempunyai sudut orientasi 5 o terhadap sumbu panjang sel. Lapisan khusus ini biasanya sama atau lebih tebal daripada lapisan S2 dinding sel kayu normal. Lapisan G ini selalu ada pada sisi lumen atau mengelilingi lumen, dan kerapkali nampak membengkak dan sedikit terlepas dari lapisan di bawahnya. Lapisan G ini lebih memantulkan cahaya sehingga nampak lebih terang dan hampir memenuhi rongga 13 atau lumen sel serabut. Adanya lapisan G ini menyebabkan dinding sel selalu lebih tebal dibanding kayu normal, dan dengan pewarnaan kimia tidak menunjukkan adanya lignin. Permulaan pembentukan kayu tarik terjadi segera sesudah batang pohon dimiringkan, dan seel-sel serabut gelatinous nampak dalam anakan Populus yang dirangsang oleh kemiringan batang, setelah selama 24 jam Panshin 1980. Tingkat kemiringan batang ternyata merupakan faktor yang paling penting dalam perkembangan sejumlah serabut gelatinous terutama pada jenis Populus Panshin 1980. Dalam semua kondisi tempat tumbuh, persentase jumlah kayu tarik akan naik dengan kenaikan kemiringan batang, dan bentuk eksentrisitas penampang melintang batang Panshin 1980.

E. Ultrastruktur Kayu Reaksi