7 b. Adanya indikasi hubungan derajat kemiringan batang dengan besarnya
persentase kayu reaksi, dapat sebagai dasar untuk mengambil langkah- langkah preventif atau tindakan silvikultur yang lebih tepat dalam
pengelolaan hutan tanaman industri, terutama yang terjadi pada jenis-jenis pohon cepat tumbuh.
c. Perlunya melakukan kolaborasi penelitian yang sinergis antara masyarakat peneliti kayu wood technologist dan masyarakat silviculturist. Hal ini
penting dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu tegakan untuk menghasilkan kayu yang lebih berkualitas, sehingga hutan sebagai sumber
daya alam dapat dimanfaatkan secara lebih efisien. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pertimbangan
dalam penyusunan kebijakan alternatif mengenai sistem silvikultur hutan tanaman di tanah air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kayu Reaksi
Lazimnya pohon yang pertumbuhannya normal batangnya tumbuh vertikal dengan bentuk batang silindris dan mempunyai bentuk penampang melintang
yang bulat Panshin 1980 dan Haygreen 1982. Penyimpangan dari struktur normal kayu bukanlah hal yang tidak umum terjadi, karena pohon adalah
organisme hidup, sehingga menerima segala pengaruh sepanjang hidupnya. Struktur abnormal kayu dapat terjadi seperti adanya penyimpangan dari
pertumbuhan batang yang vertikal, bentuk batang tidak silindris dan bentuk penampang melintang batang tidak bulat.
Kayu reaksi adalah salah satu bentuk abnormalitas pada batang pohon yang dapat dicirikan oleh adanya pertumbuhan batang yang miring, melengkung
atau bengkok. Kayu reaksi timbul sebagai reaksi dari batang pohon yang tumbuhnya miring atau melengkung untuk kembali ke posisi normalnya yaitu
berdiri tegak vertikal Panshin 1980; Haygreen 1982; Tsoumis 1991; Torges 2005. Kayu reaksi dapat ditemui baik pada kelompok Kayu Daun Jarum KDJ
maupun Kayu Daun Lebar KDL. Kayu reaksi yang terjadi pada kelompok KDL disebut kayu tarik tension-
wood, sedangkan bila terjadi pada KDJ disebut kayu tekan compression-wood Panshin 1980; Tsoumis 1991; Torges 2005. Biasanya kayu tekan dibentuk
pada bagian bawah dari suatu lengkungan batang pohon KDJ, sedangkan kayu tarik biasanya dibentuk pada sisi atas dari bagian batang pohon KDL yang
tumbuhnya miring Panshin 1980; Haygreen 1982; Tsoumis 1991; Gilmen 2005; Torges 2005.
B. Pembentukan Kayu Reaksi
Para ilmuwan sebelumnya percaya bahwa kayu reaksi terbentuk sebagai akibat gaya tekan atau gaya tarik yang terjadi pada batang untuk menyesuaikan
dari kondisi batang yang miring ke posisi tegak Metzker 1964 dalam Haygreen 1982. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut, menunjukkan bahwa
9 gaya gravitasi bukan satu-satunya penyebab terjadinya kayu reaksi. Hal ini telah
dibuktikan secara efektif dalam suatu percobaan dengan batang muda yang dibengkokkan sempurna, sesaat sebelum musim pertumbuhan dan kemudian
diamati setelah satu periode tumbuh Ewart dan Mason-Jones 1906; Jaccard 1938 dalam Haygreen 1982.
Pertumbuhan batang KDJ di bawah kondisi ini mengakibatkan pembentukan kayu tekan sepanjang sisi bawah lengkungan , dan hasil sebaliknya
didapatkan pada uji dengan KDL. Dalam suatu percobaan yang berhubungan dengan hal di atas, batang kayu pinus dibengkokkan, dan direbahkan ke arah
samping hingga horizontal. Keadaan ini mengakibatkan pembentukan kayu tekan bukan pada sisi tekanan ataupun sisi tarikan, kesimpulannya adalah bahwa gaya
berat lebih mengakibatkan pembentukan kayu reaksi dari pada gaya lengkungan Haygreen 1982.
Bagaimana kerja gaya berat untuk menimbulkan pembentukan kayu reaksi telah ditunjukkan di mana bahwa auksin yang diberikan secara buatan seperti
asam indol-asetat IAA dan asam giberelat dapat menyebabkan pembentukan kayu tekan Fraser 1952; Wardrop dan Davies 1964 dalam Haygreen 1982. Di
samping itu juga telah ditunjukkan bahwa injeksi IAA ke dalam satu sisi suatu batang KDJ yang tumbuh vertikal menyebabkan batang tersebut menjadi miring
Wardrop dan Davies 1964 dalam Haygreen 1982. Hasil penemuan ini digabungkan dengan hasil pengamatan batang KDJ
yang tumbuhnya miring ternyata memiliki konsentrasi auksin yang lebih tinggi pada sisi bawah dari pada sisi atas Onaka 1949 dalam Haygreen 1982, dan gaya
berat berpengaruh pada distribusi IAA dalam tanaman. Petunjuk yang kuat bahwa konsentrasi auksin akan menyebabkan terbentuknya kayu tekan, juga telah
menunjukkan bahwa auksin berpengaruh pada pembentukan kayu tarik Necesany 1958; Westing 1968 dalam Haygreen 1982. Peneliti ini melihat bahwa
konsentrasi auksin disini berfungsi untuk menghambat pembentukan kayu tarik. Nampak hasilnya semakin jelas bahwa dua faktor gaya berat dan auksin
memainkan peranan sangat penting dalam pembentukan kayu reaksi Haygreen 1982; Bowyer 2003.