32 specimen holder untuk dilapisi coating dengan emas 18 karrat. Lamanya
coating memerlukan waktu sekitar 4 menit untuk mencapai ketebalan sepuhan sekitar 300A
o
Rachman 2001. 4. Bahan untuk penelitian sifat fisik untuk menentukan kadar air, berat jenis dan
persentase penyusutan, contoh kayunya dibuat masing berukuran 5x5x5 cm.
E. Tahapan Kegiatan Penelitian
Dalam rangka membangun dan mengembangkan hutan tanaman industri, banyaknya cacat kayu reaksi terutama pada jenis-jenis pohon yang tumbuhnya cepat
akan menimbulkan banyak masalah. Masalah itu terutama disebabkan karena sifat-sifat kayu reaksi mempunyai banyak kelemahan, sehingga nilai ekonominya
menjadi lebih rendah. Untuk menjelaskan tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat dalam diagram alir yang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Kegiatan Penelitian Ultrastruktur Kayu Reaksi pada Damar Agathis loranthifolia dan Sengon Paraserianthes falcataria.
HUTAN TANAMAN DAMAR DAN SENGON ASPEK 1. KEMI RI NGAN POHON KAYU REAKSI
PENELI TI AN LAPANGAN
SAMPEL PENELI TI AN MAKROSKOPI K PEN. MI KROSKOPI K
PEN. ULTRA MI KROSKOPI K ASPEK 2. KARAKTERI STI K KAYU REAKSI
ASPEK 3. STRUKTUR ANATOMI DAMAR
SENGON ASPEK 4. KARAKTERI STI K
ULTRA STRUKTUR KAYU REAKSI
ASPEK 5. PENGARUH KAYU REAKSI TERHADAP TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN
PENELI TI AN LAB
33
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap sifat makroskopik, sifat mikroskopik dan ultrastruktur
dinding sel kayu reaksi, baik pada kayu damar maupun kayu sengon yang diteliti. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menyusun data yang sudah dikumpulkan
dalam bentuk tabulasi, kemudian dengan analisis Statistical Procedures for Social Science SSPS for Window untuk disajikan berupa histogram atau gambar
grafiknya. Analisis diskriptif data kualitatif terutama untuk menentukan karakteristik ultrastruktur kayu reaksi dilakukan dengan melakukan observasi
terhadap semua sediaan yang telah dibuat. Hasil observasi sifat-sifat kayu reaksi yang objektif dan secara konstan selalu terdapat pada setiap preparat yang diamati,
dinyatakan sebagai sifat yang karakteristik. Data sifat fisik kayu normal dan kayu reaksi, baik pada kayu damar maupun
kayu sengon diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
a. Rumus untuk menghitung kadar air basah kayu adalah sebagai berikut :
Kadar Air KA =
100 ×
− Wo
Wo Wb
dimana : Wb = berat contoh kayu dalam kondisi basah. Wo = berat contoh kayu dalam kondisi kering tanur.
b. Rumus untuk menentukan berat jenis kayu adalah sebagai berikut :
Berat Jenis BJ =
V Wo
dimana : Wo = berat contoh kayu kering tanur.
V = berat air yang volumenya sama dengan volume kayu. c. Rumus untuk menentukan penyusutan kayu adalah sebagai berikut :
Penyusutan Kayu PK = 100
× −
DB DKT
DB dimana : DB = dimensi basah dan DKT = dimensi kayu kering.
d. Rumus untuk menentukan persentase kayu reaksi adalah :
Kayu Reaksi KR = 100
x VKt
VKn VKt
− dimana : VKt = volume kayu total dan VKn = Volume kayu normal.
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dalam disertasi ini disusun dalam lima 5 aspek sbb:
Aspek 1: Kemiringan batang hubungannya dengan persentase kayu reaksi. Aspek 2: Karakteristik kayu reaksi dan mekanisme pembentukannya.
Aspek 3: Struktur anatomi kayu damar Agathis loranthifolia Salisb.
dan kayu sengon Paraserianthes falcataria Nielsen.
Aspek 4: Karakteristik ultrastruktur dinding sel kayu tekan pada damar
dan kayu tarik sengon.
Aspek 5: Perubahan ultrastruktur dinding sel dan dampaknya terhadap teknologi
pengolahan kayu tekan damar dan kayu tarik sengon.
Aspek 1. Kemiringan Batang Hubungannya dengan Persentase Kayu Reaksi A. Persentase batang yang mengalami cacat kayu reaksi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, besarnya persentase cacat kayu tarik pada tegakan sengon ternyata sangat besar. Hasil penelitian yang
diperoleh di dua lokasi menunjukkan bahwa kayu tarik ringan pada tegakan hutan tanaman sengon di BKPH Banjarsari, KPH Ciamis adalah sebesar 55,36 sedangkan
yang mengalami cacat kayu tarik berat adalah sebesar 42,86. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase batang pohon sengon
yang tumbuhnya normal rata-rata kurang dari 10. Kenyataan ini menunjukkan bahwa cacat kayu tarik pada tegakan sengon persentasenya ternyata sangat besar.
Informasi tentang besarnya persentase cacat kayu tarik pada tegakan sengon perlu mendapat perhatian. Melihat dari kenyataan ini, diperlukan perhatian yang serius
dari para peneliti untuk mulai melakukan kolaborasi antara silviculturist dengan wood techonologist
untuk melakukan kerjasama untuk mengatasi masalah ini. Diagram besarnya cacat kayu tarik dari dua lokasi penelitian disajikan seperti pada
Gambar 3 dan 4 berikut :