62 Hasil observasi sifat mikroskopik pada bidang tangensial juga menunjukkan
bahwa lebih dari 90 sel-sel trakeida aksial kayu damar kontak dengan sel-sel parenkim jari-jari. Hal ini disebabkan karena kayu damar mempunyai sel-sel trakeida
yang tergolong berukuran panjang, sehingga kemungkinan kontak lebih besar dengan sel-sel parenkim jari-jari, seperti dinyatakan Zhang 2004. Informasi tentang
persentase sel-sel trakeida aksial yang kontak dengan sel-sel parenkim jari-jari penting, untuk menjelaskan karakter suatu jenis kayu dan hubungannya dengan sifat
pertumbuhan pohon. Banyaknya sel-sel trakeida yang kontak dengan sel-sel parenkim jari-jari menunjukkan bahwa akses untuk memperoleh hasil photosintesis
lebih banyak dibandingkan jenis pohon yang sel trakeida atau sel serabutnya sedikit yang kontak. Panshin 1980 juga menjelaskan bahwa pada proses pembelahan sel-sel
induk fusiform tidak selalu menghasilkan sel-sel turunan yang sama panjang. Sel-sel hasil pembelahan yang lebih panjang, mempunyai peluang lebih banyak kontak
dengan sel-sel parenkim jari-jari, sehingga mempunyai peluang lebih besar untuk terus hidup menjalankan fungsi fisiologisnya.
B. Karakteristik ultrastruktur kayu tarik pada sengon
Hasil observasi menggunakan mikroskop payaran SEM menunjukkan bahwa karakteristik ultrastruktur dinding sel kayu sengon akibat terbentuknya kayu tarik
adalah sebagai berikut : 1.
Penampang melintang sel serabut kayu tarik bentuknya berbeda dengan sel serabut kayu normal, lihat Gambar 25 dan 26.
2. Ultrastruktur dinding sel serabut kayu tarik mengalami modifikasi dengan
hilangnya dinding sekunder S3 DsS3, sehingga susunannya menjadi dinding sekunder S1 dan dinding sekunder S2 DsS1; DsS2.
3. Karakteristik ultrastruktur dinding sel-sel serabut kayu tarik pada sengon juga
dicirikan oleh adanya modifikasi ultrastruktur dinding sel dengan adanya lapisan gelatinous
G layer. Ultrastruktur dinding sel kayu tarik pada sengon berubah
63 strukturnya menjadi Ds S1, Ds S2 dan lapisan gelatinous DsS1;DsS2;G layer.
Lapisan gelatinous adalah suatu selubung mikrofibril selulose yang mempunyai sudut sekitar 5
o
terhadap sumbu panjang sel Panshin 1980. Adanya lapisan G ini akan mempengaruhi sifat dasar kayu tarik sebagai bahan baku industri.
4. Hasil penelitian ini juga memberi informasi bahwa: modifikasi ultrastruktur
dinding sel kayu tarik tidak hanya terjadi pada sel-sel serabut fibers, tetapi juga terjadi pada dinding sel-sel parenkim. Dinding sel-sel parenkim jari-jari pada
bidang tangensial nampak jelas lapisan gelatin hampir memenuhi bagian dekat lumen sel Gambar 28. Lapisan gelatin G layer pada dinding sel-sel kayu tarik
merupakan sifat ultrastruktur yang karakteristik dan hasil yang sama juga telah dilakukan oleh Panshin 1980, Haygreen 1982, Tsoumis 1991, Bowyer
2003 dan Clair 2005. Panshin1980 lebih jauh menyatakan bahwa adanya lapisan G akan menyebabkan kayu gergajian yang mengandung kayu tarik
sering mengalami cacat yang disebut serat berbulu wooly grain, sehingga permukaan kayu sangat kasar.
Keterangan : Tanda panah menunjukkan ultrastruktur dinding sel serabut fibers kayu normal pada sengon
Gambar 25. Penampang melintang ultrastruktur kayu normal pada Paraserianthes falcataria L. Nielsen.
64
Keterangan : Tanda panah menunjukkan ultrastruktur dinding sel kayu tarik sengon
Gambar 26. Penampang melintang ultrastruktur dinding sel kayu tarik pada Paraserianthes falcataria L. Nielsen.
5. Karakteristik ultrastruktur dinding sel kayu tarik pada sengon juga dicirikan oleh
adanya perubahan bentuk mulut noktah halaman aperture bordered pits. Bentuk mulut noktah berbatas pada kayu normal umumnya bulat sedangkan
pada kayu tarik bentuknya berubah menjadi oval. Perubahan bentuk mulut noktah pada kayu tarik, tidak diikuti oleh perubahan pola penyebarannya yaitu
dengan pola berseling alternate seperti Gambar 27. 6.
Lapisan gelatinous G layer pada kayu tarik sengon juga terjadi pada dinding sel-sel parenkim jari-jari, seperti pada Gambar 28. Hasil obseravsi ini
merupakan temuan yang baru dalam penelitian karakteristik ultrastruktur kayu tarik pada jenis-jenis KDL. Adanya lapisan gelatinous pada dinding sel-sel kayu
tarik sengon ini akan mempengaruhi sifat-sifat dasar kayunya sebagai bahan baku industri sehingga mempunyai dampak dalam teknologi pengolahan dan
pemanfaatannya.
65
Keterangan : Tanda panah menunjukkan bentuk mulut noktah dinding sel serabut kayu tarik sengon.
Gambar 27. Pola penyebaran noktah pada dinding samping sel pembuluh kayu tarik sengon
Keterangan : Tanda panah menunjukkan adanya lapisan gelatinous pada dinding sel parenkim kayu tarik sengon.
Gambar 28. Ultrastruktur lapisan gelatinous pada sel parenkim kayu tarik pada sengon
66 Ultrastruktur dinding sel kayu tarik pada sengon juga ditunjukkan oleh
adanya ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sudut mikrofibril MFA sel-sel serabut kayu tarik bertambah besar
dibanding kayu normal. Dari hasil observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa sel-sel serabut kayu normal MFA membentuk sudut sekitar 20,59
o
sampai dengan 22,25
o
terhadap sumbu panjang sel Gambar 29 dan 30. Pada kayu tarik MFA bergerak makin menjauhi sumbu panjang sel yaitu
membentuk sudut sekitar 40,06
o
sampai dengan 54,10
o
. Perubahan besarnya MFA kayu tarik pada sengon ini sangat mempengaruhi sifat dasar
kayu sengon sebagai bahan. MFA yang besar menyebabkan penyusutan arah longitudinal kayu tarik menjadi bertambah besar. Di samping itu
seperti dinyatakan Andersson 2000 dan Donaldson 2004 kayu reaksi mempunyai hubungan dengan sifat kekakuan kayu stiffness. Andersson
2000 melaporkan bahwa sifat kekakuan kayu akan meningkat lima kali lipat bila MFA turun dari 40
o
menjadi sekitar 10
o.
Adanya kayu tarik juga akan menyebabkan kerapatan kayunya meningkat 22 dibanding bagian kayu normal Tetapi peningkatan
kerapatan kayu tarik tidak diikuti dengan peningkatan sifat keteguhannya Andersson 2000. Keadaan ini yang menyebabkan kayu reaksi merupakan
cacat kayu yang serius. 2.
Hasil observasi dalam penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa karakteristik dinding sel kayu tarik pada sengon dicirikan oleh arah
orientasi mikrofibril pada dinding sekunder S2 kayu tarik pada sengon membentuk huruf Z Z helix yang artinya miring ke arah kanan dari
sumbu panjang sel. Jadi selama transisi kayu normal menjadi kayu tarik pada sengon tidak ada perubahan arah orientasi mikrofibril. Hasil penelitian
ini hasilnya sama seperti hasil yang dilaporkan oleh Yamamoto 2004.
67
Keterangan : Tanda panah menunjukkan besarnya sudut mikrofibril 20,59 °
Gambar 29. MFA dan arah orientasi mikrofibril dinding sel serabut kayu normal pada sengon.
Keterangan : Tanda panah menunjukkan besarnya sudut mikrofibril 22,25 °
Gambar 30. MFA dan arah orientasi mikrofibril dinding sel serabut kayu normal pada sengon.
68
Keterangan : Tanda panah menunjukkan sudut mikrofibril 40,06 ° kayu tarik sengon
Gambar 31. MFA dan arah orientasi mikrofibril dinding sel serabut kayu sengon yang mengalami cacat kayu tarik ringan.
Keterangan : Tanda panah menunjukkan sudut mikrofibril 54,10 ° kayu tarik
berat pada kayu sengon
Gambar 32. MFA dinding sel serabut kayu tarik pada sengon
69 Aspek 5. Ultrastruktur kayu reaksi dan dampaknya terhadap teknologi
pengolahan kayu tekan damar dan kayu tarik sengon
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa struktur anatomi dan ultrastruktur dinding sel kayu tekan pada damar dan kayu tarik pada
sengon, berbeda dibanding kayu normalnya. Seperti telah diketahui bahwa kayu merupakan suatu bahan yang berasal dari hasil proses metabolisme tumbuh-
tumbuhan yang berbentuk pohon dan sifat-sifat dasar kayu inherent di dalam struktur sel-sel penyusunnya Haygreen 1982; Bowyer et.al 2003. Oleh karena itu
adanya perubahan di dalam struktur anatomi dan ultrastruktur dinding sel penyusun kayu, akan mempengaruhi sifat-sifat dasar kayu sebagai bahan baku industri.
Perubahan sifat-sifat dasar kayu reaksi akan mempunyai dampak juga terhadap teknologi pengolahan kayu tekan pada damar dan kayu tarik pada sengon.
A. Perubahan bentuk penampang melintang batang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik kayu tekan pada
damar dan kayu tarik pada sengon menyebabkan adanya perubahan bentuk penampang melintang batang. Pada kayu normal bentuknya bulat, pada kayu
reaksi menjadi tidak bulat oval dan posisi jaringan empulur kayu normal konsentrik, sedangkan pada kayu reaksi menjadi tidak konsentrik. Kedaan ini
jelas akan mempunyai dampak dalam teknologi pengolahannya. Dalam industri penggergajian bahan baku kayu yang bentuk penampang
melintangnya tidak bulat akan berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan. Begitu juga untuk industri kayu lapis, bentuk penampang melintang bahan baku
kayu yang tidak bulat akan menyebabkan persentase limbah yang terjadi lebih besar, dibanding bahan baku yang bentuknya bulat. Adanya cacat kayu reaksi
jelas akan menurunkan rendemen kayu gergajian, maupun rendemen industri kayu lapis, sehingga menurunkan nilai ekonominya.
Inovasi teknologi penggergajian yang perlu dilakukan untuk mengurangi kerugian karena adanya kayu reaksi dapat dilakukan dengan teknik pemisahan
bagian kayu normal dengan kayu reaksi yang ada. Teknik pemisahan bagian kayu normal dengan kayu reaksi dapat dilakukan dengan teknik membelah
papan secara plat-sawn diantara bagian kayu normal dan kayu reaksi.
70 Untuk bahan baku industri kayu lapis, posisi jaringan empulur pada kayu
reaksi yang tidak lagi konsentrik, akan berdampak dalam teknologi pengolahan dan pemanfaatannya. Adanya kayu reaksi akan menyebabkan limbah yang besar
sehingga akan menurunkan nilai kayunya sebagai bahan baku.
B. Perubahan panjang sel trakeida kayu tekan dan sel serabut kayu tarik