Stuktur anatomi kayu sengon

48

B. Stuktur anatomi kayu sengon

Kayu sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen, digolongkan ke dalam kelompok kayu daun lebar hardwood karena secara botanis termasuk dalam klass Dicotyledonae Angiospermae dan merupakan jenis kayu yang pertumbuhannya paling cepat untuk daerah tropik Prosea 1994. Hasil observasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sel-sel penyusun kayu sengon terdiri dari sel pembuluh vessel element rata-rata 19,63, sel serabut fibers cells rata-rata 59,37, sel parenkim aksial axial parenchyma rata-rata 2,43 dan sel parenkim jari-jari ray parenchyma rata-rata 18,58. Sel-sel yang menyusun kayu sengon lebih kompleks, sehingga dikelompokkan dalam kayu yang berstruktur heterogen. Sel-sel pembuluh pada penampang melintang bentuknya hampir bulat sehingga sering disebut pori-pori. Keadaan ini dipakai dasar bahwa kayu sengon di kelompokkan ke dalam kayu berpori porous wood Pori-pori pada kayu sengon sebagian soliter dan sebagian lainya bergabung ke arah radial sampai miring terdiri dari 2-3 pori. Bidang perforasinya sederhana simple perforation plate dan pada dinding samping sel pembuluhnya, penuh dengan noktah berbatas bordered pits disusun berseling alternate. Pada ujung sel pembuluh terdapat bentuk menyerupai ekor tails yang disebut ligulate extensions Panshin 1980. Sel-sel pembuluh kayu sengon mempunyai ligulate extensions hanya pada satu ujungnya yaitu pada ujung sel pembuluh bagian atas berfungsi sebagai tongue. Sedangkan pada ujung sel pembuluh bagian bawah terdapat coakan nick yang fungsinya sebagai groove. Sel pembuluh yang mempunyai diameter tangensial besar, umumnya mempunyai ligulate extensions yang pendek. Jenis-jenis kayu yang mempunyai diameter sel pembuluh berukuran kecil, umumnya ligulate extensions lebih panjang Panshin 1980. Ligulate extensions ini bila diamati pada sel pembuluh yang masih tersambung, kelihatan melekat antara sel pembuluh di bagian bawah dengan sel pembuluh di atasnya. Melihat kenyataan ini, ligulate extensions diduga mempunyai fungsi sebagai kait untuk memperkuat hubungan antar sel pembuluh. Dengan demikian lebih tepat ligulate extensions ini disebut kait hook dibanding sebagai ekor tails. 49 Ligulate extensions sel pembuluh kayu sengon yang lepas hasil proses maserasi dapat dilihat pada Gambar 11, sedangkan Gambar 12 adalah ligulate extensions yang mengkait pada sel pembuluh yang masih tersambung. Keterangan : Tanda panah atas menunjukkan tongue, sedangkan tanda panah bawah groove sel pembuluh hasil proses maserasi. Gambar 11. Sel pembuluh kayu sengon hasil proses maserasi. Keterangan : Tanda panah menunjukkan liqulate extension pada sel pembuluh yang masih tersambung. Gambar 12. Sel-sel pembuluh kayu sengon yang masih tersambang. 50 Untuk meyakinkan bahwa ligulate extension mempunyai fungsi sebagai kait hook, pada Gambar 13A diberikan rekayasa dua sel pembuluh kayu sengon dan teknik penyambungan bagian tongue dan groove sehingga membentuk ikatan yang kuat. Gambar 13B adalah sel pembuluh kayu kuku Pericopsis mooniana di mana ligulate extension bagian ujung atas dan bawah sel pembuluh bentuknya sama, sehingga kurang tepat bila disebut tongue dan groove. . Keterangan : Tanda panah atas gambar 13A menunjukkan kait hook adalah tongue dan tanda panah bawah gambar 13A menunjukkan groove. Tanda lingkaran pada gambar 13B menunjukkan kait hook Gambar 13. Liqulate extension yang mengkait dua sel pembuluh sengon hasil proses maserasi A. Liqulate extension yang mengkait dua sel pembuluh kayu kuku hasil proses maserasi B. A B 51 Sel-sel serabut fibers kayu sengon dindingnya tebal sesuai dengan fungsinya sebagai jaringan penguat. Bentuknya seperti pipa yang panjang, ujung- ujungnya runcing dan tertutup. Panjang sel serabut kayu sengon yang sudah dewasa dapat mencapai rata-rata 1200–1300 mikron Pandit 1988. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang sel-sel serabut kayu tarik selalu lebih pendek dibanding kayu normal. Panjang sel-sel serabut kayu normal rata- rata 823 mikron 637-1274 mikron, pada kayu tarik ringan panjangnya menjadi 749 mikron 481-1170 mikron, dan bila mengalami cacat kayu tarik berat panjang sel serabut rata-rata hanya 720 mikron 338-1079 mikron. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa panjang sel serabut kayu normal dan kayu tarik sengon rata-rata kurang dari 1000 mikron, hal ini disebabkan karena kayu sengon yang dipakai bahan dalam penelitian ini, belum mencapai umur yang dewasa 6 tahun dan 10 tahun. Hasil penelitian sebelumnya Pandit 1988 menunjukkan bahwa panjang sel- sel serabut sengon yang sudah dewasa umumnya mencapai rata-rata lebih dari 1000 mikron. Dari hasil penelitian sebelumnya juga diketahui bahwa ada variasi panjang sel-sel serabut sengon berdasarkan umur pohon dan lokasi tempat tumbuh. Makin tinggi umur pohon, sel-sel serabutnya akan makin panjang dan setelah mencapai umur tertentu panjangnya menjadi konstan. Diagram variasi panjang sel serabut dari empulur ke arah kulit sengon yang sudah dewasa, dapat dilihat pada Gambar 14. 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1.40 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 Jarak Empulur Ke Kulit P an jan g S er ab u t d al am m m Sel Kayu Normal Sel Kayu Tarik Ringan Sel Kayu Tarik Berat Gambar 14. Diagram variasi panjang sel serabut sengon umur 20 tahun + ◊ Asal Cibinong Asal Leuwiliang Asal Yogyakarta 52 Dari hasil penelitian ini yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa umur pohon waktu ditebang sangat berpengaruh terhadap kualitas kayu yang dihasilkan. Persediaan bahan baku kayu akhir-akhir ini semakin terbatas, sehingga banyak para ahli kehutanan berpikir untuk menghasilkan kayu secara cepat instant. Jenis-jenis pohon cepat tumbuh menjadi perhatian para ahli kehutanan dan rekayasa teknologi terus dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan. Keadaan seperti ini perlu mendapat perhatian karena sesungguhnya masa kayu xylem yang dibentuk oleh proses pertumbuhan yang sangat cepat akan menghasilkan kayu yang mempunyai sifat dasar seperti sifat-sifat kayu juvenil Panshin 1980; Haygreen 1982: Bowyer et al . 2003. Kayu juvenil mempunyai banyak kelemahan dibanding kayu dewasa Panshin 1980; Haygreen 1982 dan Bowyer 2003. Dari kenyataan itu ada yang perlu mendapat perhatian bahwa: bila orientasi banyak orang hanya ingin mengembangkan jenis-jenis pohon cepat tumbuh untuk menghasilkan kayu dalam waktu singkat, suatu saat kita akan kehilangan karakter kayu dewasa mature woods. Bila itu yang terjadi maka suatu saat kita tidak lagi dapat mencium harumnya bau kayu cendana Santallum album dan tidak lagi dapat menyaksikan aktraktifnya corak kayu ebony Diospyros celebica. Kayu sengon mengandung dua macam sel parenkim yaitu sel parenkim aksial axial parenchyma dan sel parenkim jari-jari ray parencyma. Pola penyebaran parenkim aksial pada penampang melintang ada dua macam yaitu: apotrakeal apotracheal dan paratrakeal paratracheal. Parenkim apotrakeal pola penyebarannya umumnya tersebar jarang diffuse, sedangkan parenkim paratrakeal banyak terdapat di sekitar sel-sel pembuluh, menyinggung sel pembuluh secara sepihak scanty. Persentase sel-sel parenkim sedikit 2,43, dan di dalam lumen sel parenkim terutama pada sel-sel parenkim aksial sering ditemukan adanya kristal Gambar 15. Komponen non-struktural pada kayu seperti adanya kristal di dalam sel-sel parenkim ini tidak berpengaruh terhadap sifat kekuatan kayu, akan tetapi berpengaruh dalam sifat pengolahan dan pemanfaatannya sebagai bahan baku industri. 53 Adanya kristal dapat menyebabkan mata pisau cepat menjadi tumpul dan sering menimbulkan cacat pada mata pisau nick. Pola penyebaran sel-sel parenkim aksial kayu sengon umumnya kurang bernilai diagnostik dalam identifikasi. Keterangan : Tanda panah menunjukkan kristal dalam sel parenkim Gambar 15. Penampang radial kayu sengon dari preparat mikrotom Parenkim jari-jari atau biasa disebut jari-jari kayu, pada penampang melintang umumnya terdiri dari jari-jari sempit uniseriate yaitu jari-jari yang terdiri dari satu seri. Jumlah jari-jari per mm arah tangensial sekitar 5-6 jari-jari. Bila dilihat pada penampang radial, komposisi jari-jarinya tergolong homoselular atau homogenous artinya komposisi sel-sel penyusun jari-jari hanya terdiri dari satu macam sel yaitu sel-sel rebah saja procumbent cells, tidak terdapat sel-sel tegak upright cells. Sel- sel rebah ini mempunyai ukuran lebar rata-rata 30 mikron 15-60 mikron, dan panjangnya rata-rata 90 mikron 60-160 mikron. Tinggi jari-jari yang diukur pada penampang tangensial rata-rata mencapai 230 mikron 80-350 mikron. Tinggi jari-jari bila dilihat dari jumlah sel-sel penyusunnya rata-rata terdiri dari 9 sel 3-13 sel, dan persentase sel jari-jari pada penampang melintang sekitar 18.6. 54 Keterangan : Tanda panah sebelah kiri menunjukkan dua pori bergabung radial. Tanda panah sebelah kanan menunjukkan pori soliter. Gambar 16. Penampang melintang kayu P. falcataria L. Nielsen. Keterangan : Tanda panah menunjukkan komposisi jari-jari homoselular, hanya terdiri dari sel-sel rebah procumbent cells Gambar 17. Penampang radial kayu Paraserianthes falcataria Nilsen. 55 Keterangan : Tanda panah menunjukkan jari-jari kayu satu seri uniseriate Gambar 18. Penampang tangensial kayu P. falcataria L. Nielsen. . Aspek 4. Karakteristik Ultrastruktur Dinding Sel Kayu Reaksi Ultra-struktur dinding sel baik pada kayu damar maupun kayu sengon umumnya disusun oleh dua lapisan yaitu lapisan dinding primer Dp dan dinding sekunder Ds. Dinding sekunder terdiri dari tiga lapisan yaitu : lapisan luar yang tipis disebut dinding sekunder S1 Ds S1, lapisan tengah sangat tebal disebut dinding sekunder S2 Ds S2, dan lapisan yang paling di dalam dekat lumen sel, disebut dinding sekunder S3 Ds S3. Di antara dua sel-sel yang berdekatan terdapat lamella tengah sejati true middle lamella, lapisan ini bersifat isotropik Panshin 1980; Haygreen 1982; Desch 1982;Tsoumis 1991 dan Bowyer et.al 2003. Lamella tengah sejati TML dan dinding primer yang mengapitnya sangat tipis, sehingga ketiga lapisan ini yaitu dua dinding primer sel-sel yang berdekatan dan TML di bagian tengah disebut lamella tengah majemuk compound middle lamella biasa disingkat CML.

A. Karakteristik ultrastruktur dinding sel kayu tekan pada damar