2.2.1.2.5 Amanat
Karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya, juga berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain ingin
menghibur pembaca, juga ingin memberi nilai-nilai pendidikan kepada
pembacanya. Ajaran yang ingin disampaikan pengarang itu dinamakan amanat.
Jadi, amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan positif, bermanfaat
bagi kehidupan dan mendidik. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur
pendidikannya setelah membaca seluruhnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah salah satu unsur pemberi nilai moral pendidikan dalam sebuah cerita yang ingin
disampaikan kepada pembaca.
2.2.1.2.6 Sudut Pandang Point Of View.
Sudut pandang atau point of view adalah adalah cara pengarang memandang siapa yang bercerita di dalam cerita itu atau sudut pandang yang
diambi pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang ini berfungsi melebur atau menggabungkan tema dengan fakta cerita Jabrohim
2003:117. Untuk menceritaan suatu hal dalam cerita fiksi, pengarang dapat memilih dari sudut mana ia akan menyajikannya.
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 2005:248 mengemukakan bahwa sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan
pengarang sebagai sarana menampilkan tokoh, tindakan latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah teks fiksi kepada pembaca. Jadi
sudut pandang hakikatnya adalah sebuah cara, strategi atau siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Pemilihan sudut
pandang dalam sebuah cerita fiksi dalam banyak hal akan mempengaruhi kebebasan, ketajaman, dan keobjektifan dalam bercerita. Dalam menceritakan
kembali cerita anak, sudut pandang yang baik adalah deskripsi yang mampu menceritakan tokoh dalam cerita secara jelas sehingga dapat menjelaskan
kedudukan pengarang dalam cerita tersebut. Abrams dalam Kurniawan 2009: 78 mengungkapkan bahwa sudut
pandang point of view mengarah pada cara sebuah cerita dikisahan. Sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membantu yang membentuk cerita dalam sebuah cerita pada pembaca.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro 2005: 269 yang mengungkapkan bahwa sudut pandang dapat dipahami sebagai cara sebuah cerita
dikisahkan. Pada hakikatnya, sudut pandang adalah sebuah cara, strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan
gagasannya. Pemilihan sudut pandang dalam sebuah cerita fiksi dalam banyak hal akan mempengaruhi kebebasan, ketajaman, dan keobjektifan dalam bercerita, dan
itu juga berarti mempengaruhi kadar plausibilitas dan atau kemasukakalan cerita. Stanton dalam Kurniawan 2009:79 membagi sudut pandang dalam
cerita menjadi empat tipe utama yaitu sebagai berikut.
1. Aku sebagai tokoh utama first-person-central yaitu tokoh tamanya
mengisahkan cerita dalam kata-katanya sendiri. 2.
Aku sebagai tokoh bawahan firt-person-peripheral yaitu tokoh bawahannya mengisahkan ceritanya.
3. Ia sebagai pencerita terbatas third-person-limited yaitu pengarang mengacu
semua tokoh dalam bentuk orang ketigadia atau mereka, tetapi hanya menceritakan apa yang dapa dilihat, didengar, atau dipikirkan oleh seorang
tokoh. 4.
Ia sebagai pencerita yang serba tahu third-person omniscient yaitu pengarang mengacu pada setiap tokoh dalam bentuk orang ketiga dia atau
mereka, dan menceritakan apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan oleh beberapa tokoh, seakan-akan menceritakan peristiwa tanpa kehadiran tokoh.
Suharianto 2005:25 menyebut sudut pandang dengan istilah pusat pengisahan, yang mempunyai arti siapa yang bercerita dalam sebuah peristiwa.
Ada beberapa pusat pengisahan point of view yang dapat dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu: 1 pengarang sebagai pelaku utama cerita, kategori ini
ditandai dengan penyebutan “aku” oleh pengarang, 2 pengarang ikut berperan atau sebagai tokoh, namun bukan tokoh utama, 3 pengarang serba hadir. Dalam
hal ini pengarang tidak berperan sebagai apa-apa. Pertanda yang paling jelas dalam jenis ini adalah dengan penyebutan nama tokoh atau dengan menyebut
“dia” sebagai tokoh dalam cerita, 4 pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau
yang ada dalam pikirannya.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah sebuah cara, strategi atau siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk
mengungkapkan cerita dan gagasannya.
2.2.1.2.7 Gaya